Tahan nafas (Lagi)

"DADDY!" sambut Lea girang setelah melihat Vincent memasuki mansion. Dia langsung berlari dan melompat ke dalam pelukan Vincent ketika lelaki itu berjongkok dengan kedua tangan yang terlentang.

Vincent menangkap tubuh mungil anaknya dan mencium seluruh inci wajah anak itu membuat Lea tertawa karena kegelian.

"Haha! Daddy! Deli! Tumit Daddy Deli! Haha!".

Mendengar itu membuat Vincent terhenti seketika. Tumit? Tumitnya geli?. Pandangannya seketika teralihkan pada Claudia yang nampak duduk santai disofa. Wanita itu duduk dengan satu kaki yang dipangku, satu tangannya menyentuh layar ponselnya.

Claudia hanya pura-pura tidak mendengarnya, dia ingin melihat sejauh mana suaminya itu mengerti akan ucapan putrinya.

Vincent kembali menatap anaknya dengan tatapan kebingungan "Tumit Daddy geli? Tumit?".

Lea mengangguk semangat "Iya! Tumit!" [Anjing! Napa sih nih bocah susah banget ngomong huruf s?].

"Sayang" rengek Vincent pada Claudia.

Claudia menghela napas lelah, dia menatap Vincent dengan malas "Kumis kamu geli".

"Ohh" angguk paham Vincent.

"Maaf, princess. Daddy tidak mengerti dengan apa yang princess katakan" sesalnya. Ingin sekali menghabiskan waktu berdua bersama istri dan anaknya namun terhalang akan dua pekerjaan beratnya.

Lea yang mengerti hanya mengangguk "No ploblem, Daddy. Tapan tita pulan? Baby tudah inin pulan" ujarnya.

"Pulang? Princess ingin pulang?" tanya Vincent memastikan.

Lea mengangguk "Emm. Apatah boleh? Tapi tita mampil tebental untut beli pita".

Kening Vincent mengerut tak mengerti "Pita? Untuk apa, Princess?".

"Ya Tuhan! Pizza Vincent! Pizza!" sela Claudia dengan gemas. Tatapan matanya sangat tajam ke arah Vincent, membuat Vincent seketika menelan salivanya kasar. Jika sudah begini, maka janganlah membuat sang bunda ratu lebih marah. Bisa-bisa dunia ini akan hancur jika sang ratu berkehendak.

"Hehe, namanya juga bekerja, sayang. Ja-...".

Vincen terhenti ketika tatapan mata sang ratu semakin menajam. Dia menelan salivanya kasar "Tolong aku, Tuhan" gumamnya yang masih dapat didengar oleh Lea dikarenakan anak itu masih berada di gendongan sang Daddy.

"Haha! Daddy tatut Tama Mommy? Haha! tili-tili tuami tatut itli! Haha!" ucapan Lea mampu membuat kedua orangtua itu menatapnya cengo.

Lea yang menyadari akan tatapan itu seketika berhenti tertawa [Sialan! Gue lupa lagi!].

"Hehe, solly Mommy. Hehe" Lea menelan salivanya kasar. Tatapan Claudia sangat menakutkan.

"Daddy, Mommy tanat telem, baby tatut" bisiknya ditelinga Vincent.

Vincent tentu senang mendengarnya, nyatanya bukan hanya dia saja yang menilai Claudia seperti itu. Ada anaknya.

"Sustt, diamlah princess. Jika Mommy mendengarnya, maka tamatlah riwayat kita" balas Vincen membisik. Namun tatapannya masih tertuju pada sang istri yang menatapnya dengan tatapan intimidasi.

"Sedang apa kalian, hah?! Bisik-bisik apa itu?!"" hardiknya dengan berkacak pinggang.

Vincent maupun Lea sama-sama menelan saliva mereka dengan kasar.

"Daddy, Mommy tepelti nenet lampil" bisiknya lagi.

Mendengar itu Vincent meringis "Princess, diamlah! Daddy tidak akan menolongmu jika Mommy mendengarnya" balas Vincent.

"Tidak ada, sayang" ujar Vincent menatap sang istri.

Kedua manik cantik Claudia memicing, mencari suatu kebohongan di mata Vincent.

Sang empu yang ditatap seperti itu hanya bisa merotasikan matanya menatap kesana kemari.

"Kau berbohong ya?!" tebak Claudia.

"Daddy, baby atan membantu Daddy" bisik Lea. Matanya masih mengawasi Claudia yang mengawasi mereka dengan tatapan curiga.

"Bantu apa Princess?".

"Baby Atan pula-pula tatit".

Vincent pun tersenyum lebar "Ide yang bagus!".

"Baby! Katakan pada Mommy! Apa yang kalian bisikan hah?! Kalian mengejek Mommy?!" hardik Claudia.

Keduanya masih terdiam. Menunggu waktu yang pas untuk melakukan aksi Lea.

"Vin-...".

"Huaaa! Tatittt! Huhuhu tatit!" acting Lea.

"Pfft!" tahan Vincent. Dirinya ingin sekali tertawa melihat acting sang anak yang begitu lucu dimatanya.

Pura-pura menangis tersedu-sedu dan memekik sakit adalah cara jitu Lea.

Cindy sontak panik, berjalan mendekati mereka dan langsung mengambil alih Lea dari gendongan Vincent.

"Apa yang sakit? Mana? Katakan pada Mommy!" tanya Claudia.

Lea menyembunyikan kepalanya didada Claudia, dalam sembunyi itu Lea tersenyum lebar [Hehe, haus. Batal aja deh acting gue].

"Milt mom, huhu. Milt" pinta Lea.

Claudia menghela nafas panjang, lalu menatap Vincent dengan tatapan tajam "Tunggu setelah aku menidurkan Baby, Vin!" ucapnya tajam.

Vincent menelan salivanya kasar "Habislah aku, bisa-bisa jatahku malam ini gagal aku dapatkan".

Claudia berjalan meninggalkan Vincent yang masih berdiri dengan wajah masam. Lea yang memeluk leher sang Mommy, menatap Vincent dengan tatapan mengejek.

"Wlee! Tatian tetali! Haha!" ejek Lea tanpa suara.

Vincent yang melihat itupun menjadi kesal "Kurang ajar itu anak! Katanya membantu! Justru yang ada menggagalkan semuanya! Untung sayang! Jika tidak, sudah aku buang dia!" gumamnya memandang kepergian istri dan anaknya yang sudah tak terlihat disana.

"Kamu ingin membuang cucu Mama, Vincent?!" hardik Lena yang ternyata mendengar ucapan Vincent barusan.

Vincent sontak terlonjat kaget, menatap ibunya dengan cengiran "E-eh? Mama, hehe. Bukan seperti itu. Vi-vincent hanya bercanda. Hehe".

[Tamatlah riwayatmu Vincent! Ibu negara tidak akan berkehendak kali ini] batinnya merutuki diri sendiri.

Lena berjalan mendekat dan langsung menjewer telinga Vincent "Anak kurang ajar! Sudah punya anak satu, kelakuan masih saja seperti anak-anak!" omel Lena.

"Aduh-aduh! Ampun, ma!. Ampun...Aww! Iya-iya. Tidak lagi, tidak lagi"

***

"Mommy tahu tida?" tanya Lea sembari menyusu.

"Tidak tahu".

Plop!.

"Mommy!" rengek Lea.

Claudia pun terkekeh "Baby kan belum cerita. Bagaimana Mommy bisa tahu?".

"Oh iya ya, hehe" cengirnya.

"Gemes banget!" ujar Claudia sambil menoel-noel ujung hidung mancung putrinya.

Lea yang merasa risih menepis jari Claudia "Janan Mommy! Nanti hidun baby jadi Petet!".

Claudia tertawa mendengarnya "Haha! Baiklah. Jadi apa yang akan baby katakan, hm?".

"Tida jadi deh, baby mau milt dulu" Lea kembali melahap melon kesukaannya itu.

Claudia hanya tersenyum. Dia merasa gemas akan ekspresi anaknya yang terlampau gemas. Bibirnya yang tipis mengerucut dengan gaya maju mundur seirama dengan hisapannya pada nipple milik Claudia.

"Akh! Baby! Jangan digigit! Sakit loh!?" pekik Claudia ketika Lea menggigit nipple nya.

Dalam hisapannya Lea hanya tersenyum dan kembali menggigitnya. Membuat Claudia kembali memekik kesakitan dan melepaskan hisapannya pada nipple Claudia.

"Baby! Jika begitu tidak perlu Milk lagi!" Claudia kembali menutup melonnya dan tidur membelakangi Lea.

Lea yang melihat itu hanya menatap santai Mommy-nya "Maap, Mommy" ujarnya sesal.

"Hmm" balas Claudia bergumam.

Raut wajah Lea seketika berubah kesal "Ck! Mommy tida mau memaaptan baby?!".

Claudia tak menjawab. Tetap diam dalam posisinya.

Lea menghembuskan nafas kasarnya "Yatudah! Baby tida mau belnapat!" ancaman andalan Lea.

Ternyata Claudia tak menggubris nya. Wanita itu tetap diam dan tidak memperdulikan dirinya.

[Ck! Sialan emang! Yaudah deh, gue tahan nafas aja, biar kapok dianya! Gue bakalan nahan selama mungkin!] batinnya.

Lea tidur terlentang menatap langit-langit dan mulai melancarkan aksinya, menahan nafasnya dengan mata tertutup.

Selama dua puluh detik berjalan, Claudia mulai merasa panik. Dia tak merasa pergerakan disampingnya dan langsung berbalik mendongak ke arah Lea yang nampak mulai pucat. Tatapan mata Claudia tertuju pada perut Lea yang nampak tidak bergerak.

"Baby?!".

Lea tak menggubris, dia tetap pada pendiriannya. Yaitu, akan menahan nafas selama yang dia bisa.

Claudia pun diserang rasa panik, dia mengangkat tubuh anaknya dan dipangku "Baby?!" dia menepuk pelan pipi anaknya.

"Baby! Bangun! Baby!".

"...".

"Baby! Mommy hanya bercanda! Cepat bangun!".

"...".

Tak ada respon yang keluar dari anak itu. Claudia mengira anaknya akan mengerjainya saja, ternyata dia salah besar. Tentunya Claudia melupakan kejadian serupa beberapa hari yang lalu.

Satu menit berlalu Lea masih pada posisinya. Claudia jelas semakin kalang kabut, saking paniknya dirinya sampai lupa untuk memanggil penghuni mansion itu. Dirinya terus sibuk membangunkan Lea.

Lea yang sudah tidak tahan langsung mengambil nafasnya "Huh...huh..".

"Baby?! Hiks...maafkan Mommy...".

Lea belum menggubris nya, dirinya masih sibuk mengatur nafasnya [Sialan! Hampir keterusan gue bangsat!].

To be continued...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!