Hari ini adalah jadwal kontrol Lea untuk pemeriksaan jantungnya di rumah sakit milik keluarga. Dan sekarang mereka tengah menunggu hasil dari dokter dengan Lea yang sudah tertidur dalam gendongan Vincent. Kepalanya bersandar di bahu lelaki yang berstatus ayahnya itu. Sedangkan sang ibu sedang fokus dengan apa yang akan dokter sampaikan kepada mereka berdua.
Keduanya harus menerima apapun pernyataan yang akan disampaikan oleh dokter. Mau itu buruk ataupun baik, mereka hanya bisa berharap bahwa Tuhan mendengarkan doa-doa mereka.
"Jadi, bagaimana dok?" tanya Vincent, sebelah tangannya tengah menggenggam erat tangan sang istri, sedangkan tangannya yang satu lagi sedang menahan bobot tubuh anaknya.
Terdengar helaan nafas panjang dari sang dokter, dia menatap kedua pasangan suami istri itu secara bergantian.
"Saya belum bisa memastikannya lagi, Tuan. Untuk lebih memastikannya, Tuan dan Nyonya bisa kembali pada Minggu depan tepat pada hari Senin" dia menjedanya, lalu membaca selembar kertas yang dia pegang.
"Dari hasil penelitian saya, kemungkinan besar Nona muda Eleanor akan bisa menjalani operasi transplantasi jantung. Namun saya belum bisa menjanjikan apakah operasi ini akan berjalan lancar atau tidak" dia pun kembali menatap kedua orang itu.
"Untuk pendonor sudah kami temukan, beliau akan memberikan jantung anaknya dan mereka meminta bayaran yang cukup fantastis".
Vincent maupun Claudia yang mendengar itu hanya terkekeh singkat, selanjutnya Vincent menatap dokter itu dengan lekat.
"Anda meremehkan kekayaan saya?".
Dengan cepat dokter itu menggeleng "Bu-bukan be-...".
"Harga diri anda saja bisa saya beli! Everything is even very easy for me. Apa yang tidak bis-...".
"Diamlah Vincent! Kau pikir semuanya bisa diselesaikan dengan uang?! Hentikan sikap sombongmu itu!" Sarkas Claudia.
"Maaf dok atas sikap suami saya, masalah bayaran tinggal hubungi kami saja. Asisten suami saya yang akan mengurusnya" ucap Claudia pada sang dokter.
Sedangkan Vincent hanya mendelik kesal pada sang istri. Dirinya bukanlah menyombongkan kekayaannya, kan dia hanya membela dirinya. Bagaimana bisa ada orang yang meragukan kekayaan seorang Vincent Crhistian Draper? Ya dirinya tahu sih jika semuanya tidak bisa diselesaikan dengan uang, tapi apa salahnya? Selagi bisa dengan uang kenapa tidak?.
Dokter yang mendengar itu mengangguk paham "Baiklah, Nyonya. Untuk memastikan tanggal dan waktu operasinya akan kita lakukan pada pertemuan dihari Senin Minggu depan".
"Terimakasih, dok. Mohon bantuannya".
Vincent menegakkan tubuhnya, memandang dokter itu penuh intimidasi "Hubungi semua dokter ahli bedah dan ahli jantung yang terkenal dibeberapa negara. Saya tidak mau tahu, jika operasi kalian gagal dan nyawa anak saya tidak selamat, maka sebagai gantinya kalian yang akan saya habisi! Remember! Lakukan operasi ini sebaik dan seteliti mungkin! Saya tidak ingin mendengar tentang kesalahan atau apapun yang tidak mengenakkan hati. Sedikit saja kesalahan yang kalian lakukan, maka akan ku putuskan tangan kalian! Mengerti?".
Sang dokter mengangguk takut, sedangkan Claudia hanya memutar bola matanya malas. Sungguh suaminya ini benar-benar gila, mengancam apakah harus seperti itu? Tidak adakah cara lain untuk mengancam?.
"Maafkan suami saya dok, tolong jangan dengarkan, dia ini memang sedikit gila! Permisi" Claudia dengan cepat menarik tangan Vincent untuk keluar dari ruangan itu sebelum kata-kata pedas akan keluar dari bibir suaminya itu.
***
"Kau benar-benar gila Vincent!" ucapnya pada sang suami yang sedang menyetir. Sedangkan Lea sudah berada di pangkuannya sambil menyusu, namun anak itu masih tertidur dengan hisapannya yang tentunya masih aktif.
Vincent melirik istrinya dengan malas "Apa lagi, sayang?".
"Oh! Come on, Vincent! Are you crazy? How can you threaten people with threats like that? Are you crazy huh?".
Mendengar itu membuat Vincent terkekeh "Come on, Honey. You don't know me? I'm Vincent Crhistian Draper or-....".
"Ya...ya...ya. Kau sungguh narsis! Semoga itu tidak menurun pada putriku" balas Claudia malas.
Vincent sontak mendelik ke arah Claudia "Hey! She's my daughter too! Ah no, our daughter!".
"Aku yang mengandung dan melahirkannya! Jelas saja dia putriku!" ucap Claudia sombong.
"Benarkah begitu?".
"Tentu saja!".
"Bukankah aku yang memberikan benihku pada rahimmu? Jika bukan benihku, mana bisa kau mendapatkan putri secantik dan semenggemaskan itu?" Ucap Vincent sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
Claudia pun merotasikan bola matanya malas "Baiklah, benihmu!".
Vincent tersenyum, pandangannya lurus kedepan. Tangan sebelahnya terangkat mengelus puncak kepala sang istri.
"Dia putri kita sayang, dan akan selalu seperti itu. Hm?".
Claudia mengangguk "Ya, dan aku tidak ingin untuk kehilangannya, Vin. Kamu tahu sendiri bukan jika dia adalah segalanya bagiku? Aku rela melakukan apapun asalkan dia baik-baik saja..." ucapnya lirih.
"Hatiku tak tenang, Vincent. Operasi itu tidak memungkinkan selamat atau tidak. Aku hanya takut...jika nan-...".
"Susstt, stop honey" Vincent segera menepikan mobilnya, lalu beralih menangkup wajah sang istri dengan tatapan yang begitu dalam "Listen, sudah berada kali aku katakan? Aku tidak akan membiarkan dia pergi tanpa seizin ku, bahkan Tuhan pun tak bisa! Dia adalah permata kita! Dia hidup kita! Dan segalanya bagi kita".
Claudia beralih menatap sang anak yang tengah asik menyusu "Tapi Vincent, sekalipun kau siapa, kau tetap saja tidak akan pernah bisa melawan kehendak Tuhan, hanya dia yang bisa menentukan dengan apa yang akan terjadi pada kita maupun dunia ini. Mau Sekaya apapun kita, hal itu tidak akan menjamin apapun selagi Tuhan yang bekerja".
[Dan aku ingin agar dia jangan membawa putri kita menjauh dari kita...karena hanya dialah satu-satunya yang aku miliki] lanjut Claudia dalam hati.
Keduanya sama-sama terdiam dalam waktu yang lama. Vincent terus menatap Claudia dalam, dan Claudia yang menatap ke arah depan dengan pandangan kosong.
Mendengar perkataan dan tatapan istrinya membuat hati Vincent tercubit. Memang benar adanya dengan apa yang dikatakan istrinya itu. Everything will be related to God. Benar bukan?.
[Maafkan aku sayang, tapi aku janji bahwa aku akan melakukan apapun agar putri kita akan selalu bersama kita, apapun caranya akan aku lakukan. I promise] ucapnya dalam hati.
Lama keduanya seperti itu hingga terdengarlah suara mungil nan cadel khas dari seorang anak perempuan yang cantik jelita.
"Mommy Tama Daddy tot diam-diam? Dan tenapa mobilna tida jalan?" masih dengan posisi yang sama Lea bertanya.
Sontak kedua orang itu langsung mengubah raut wajah mereka dan memandang anak mereka itu.
"Sudah bangun, hm? Masih mau Uyyu?" ucap Claudia.
Lea menggeleng, lalu bangkit dan duduk dipangkuan ibunya. Sedangkan Claudia sibuk memasukan Melonnya pada sarangnya.
Vincent tersenyum sambil mengelus Surai panjang milik putrinya itu.
Sedangkan Lea masih terduduk bengong dengan mata yang masih mengerjap menyesuaikan cahaya siang hari "Hoammm" kedua tangannya terlentang lalu tertutup kembali sambil menggosok-gosok telinganya "Datal" gumamnya pelan.
Vincent dan Claudia hanya terkekeh pelan saat melihat tingkah anak mereka itu. Claudia pun menatap Vincent dengan memberikan kode agar Vincent kembali menjalankan mobil mereka. Vincent yang mengerti pun mulai menjalankan mobilnya.
"Daddy...Daddy" panggil Lea.
"Hem?".
"Tebelum Pulan, tita mampil beli pitta ya Daddy?".
"Oke Princess! Siap laksanakan!" seru Vincent sambil hormat, sesekali tertawa kecil atas tingkahnya itu.
Lea pun tertawa dan ikut memperagakannya "Tiap holmat! Lattanatan!".
"Haha! Your so cute baby".
Claudia hanya tersenyum, dia turut senang dan bahagia ketika melihat senyum anaknya itu. Rasanya hatinya sedikit lega, setidaknya untuk saat ini anaknya bisa mengurangi rasa yang mengganjal dalam hatinya itu.
Lea duduk dengan kepala yang sesekali miring kekanan dan kekiri dengan kedua tangan yang lurus kedepan, seolah sedang meniru apa yang Vincent lakukan.
"Blumm...blumm".
"Nennn...nennn".
"Baby mau Juda Don, dad" celetuk anak itu tiba-tiba.
Dengan wajah kebingungan Vincent melirik ke arah anaknya itu "Mau apa, sayang?".
"Menetil".
Vincent pun tersenyum "Baiklah, kemari".
Tanpa kata Claudia langsung memindahkan Lea ke pangkuan Vincent. Sedangkan dirinya memutuskan untuk merekam moment itu menggunakan ponselnya.
"Ngenn...ngennn! Blumm..blum..blumm".
"Tapan tita tampai?".
"Ini sudah sampai. Kita pakai Drive thru saja oke?".
Lea dengan semangat mengangkat tangannya dengan jari yang sudah berbentuk 'OK' "Ote Daddy!".
Cupp!
Vincent mengecup pipi gembul anaknya itu dengan gemas "Oke, sekarang kembali ke Mommy oke?".
Dia pun mengangguk tubuh mungil itu untuk dipindahkan kembali pada Claudia. Claudia segera mematikan ponselnya, menyimpan kembali pada tasnya lalu mengambil alih Lea dari pangkuan Vincent.
"Mommy...mommy".
"Apa sayangku?".
"Nanti beli et tlim ya?".
"Oke".
"Tama Tentan dolen, telut buldel, tama...emm apa ladi ya?" ucap Lea dengan jari telunjuk yang berada di dagunya.
"Aha! Tama itu, apa namana ya tadi...emm...aduh! Lupa ladi! Udah ah! Tida Utah!" Lea pun menyembunyikan kepalanya pada dada Claudia.
Sedang Vincent dan Claudia hanya terkekeh geli dengan kepala yang menggeleng. Sesekali keduanya mencium puncak kepala anak itu.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments