Menyadari jika dirinya hanya dijebak saat melihat sepatu yang dipakai sandera, Aslan baru menyadari orang yang dijadikan sandera adalah anak buahnya bukan adik kandungnya Edgar. Ia berusaha menyelamatkan dirinya sambil melepaskan tembakan bertubi-tubi ke arah lawan.
Lebih baik ia mati tertembak musuh daripada harus tertangkap oleh musuhnya dan itu pantang bagi tuan Aslan. Tuan Aslan mundur beberapa langkah sambil melihat keberadaan mobilnya yang ia parkir cukup jauh dari lokasi di mana dirinya di jebak.
Setelah melepaskan beberapa tembakan ke arah musuh, tuan Aslan berlari secepat kilat menuju mobilnya yang diparkir di balik semak. Ia menyalakan mesin mobilnya dan langsung meninggalkan tempat itu menuju helikopter yang ia tinggalkan di area pantai.
Sementara itu, Edgar masih berupaya menghubungi kakaknya agar ia bisa mengetahui apakah kakaknya masih hidup atau sudah tewas ditangan musuh.
"Ahhhhkkkkkk...sial...! Kenapa ponselnya malah tidak diaktifkan," kesal Edgar.
Sambil membawa helikopternya menuju lokasi keberadaan kakaknya melalui GPS, lagi-lagi Edgar membayangi wajah cantik Linka yang ia lihat secara dekat.
Ia teringat saat pertama kali kakaknya menawarkan dirinya untuk menggantikannya menikahi wanita pilihan kakaknya itu yang awalnya masih dipasangkan dengan Tiara.
Edgar benar-benar menolak untuk menikah dengan Tiara ketika melihat wajah Tiara yang cantik namun membosankan menurutnya.
"Jika tahu kalau wanita itu adalah gadis yang pernah aku temui di pemakaman, maka aku tidak akan berpikir dua kali untuk menikahinya," gumam Edgar begitu kesal dengan penolakannya waktu itu.
"Tapi, kenapa wajahnya berubah? Bukankah gadis yang pertama ditawarkan padaku adalah wanita yang satunya lagi? Kenapa malah wajah gadis itu berbeda yang aku temui di rumah kakak?
Apakah mereka adalah saudara? Atau mereka sengaja bertukar pasangan?" tebak Edgar masih belum mengerti perubahan wajah istri kakaknya itu.
Helikopter hampir sampai di lokasi di mana tempat Aslan di jebak. Edgar bisa mengikuti jejak kakaknya berdasarkan GPS yang terpasang di jam tangan kakaknya.
Sementara itu Aslan dikejar oleh para penjahat yang begitu bernafsu ingin menghabisinya.
"Bunuh tuan Aslan...! Setelah itu kita bunuh kedua adiknya yaitu Edgar dan Elang agar kita bisa mengusai bisnis mereka," ucap tuan Diego lalu tertawa terbahak-bahak.
Aslan telah sampai di tepi pantai di mana helikopternya menunggu di tempat yang ia tinggalkan tadi. Penjahat pun juga hampir tiba di pantai tersebut.
"Lihatlah...tuan Aslan. Dia mau naik ke helikopternya," ucap salah satu penjahat pada rekannya.
"Sebaiknya kita jangan serang dia sekarang...! Kita tunggu sampai helikopternya sedikit meninggi. Setelah itu kita tembak helikopternya agar jatuh di dalam laut atau di balik bukit tebing terjal itu," ucap sang penjahat yang memiliki strategi yang cukup ampuh untuk membunuh tuan Aslan.
Tuan Aslan yang tidak menyadari dirinya saat ini sedang berada dalam bahaya segera menerbangkan helikopternya menuju bandara karena ia ingin segera menemui istrinya.
Entah mengapa hatinya terpaut pada Linka padahal selama ini banyak wanita cantik yang pernah ia temui namun tidak membuat hatinya tergerak sedikitpun untuk menyukai mereka padahal secara fisik mereka juga tidak kalah cantik dan seksi seperti Linka.
"Sayang. Aku akan pulang. Kita akan menikmati malam pengantin kita di rumah kita. Tunggu aku sayang..!" ucap tuan Aslan tersenyum sendiri karena merasa berhasil terlepas dari serangan musuh.
Baru saja helikopternya menjauh dari area pantai tiba-tiba helikopternya terdorong oleh sesuatu yang begitu dahsyat hingga membuat tubuh helikopter itu meledak di udara lalu jatuh menukik ke dalam laut.
Bummm.......
Para penjahat yang menyaksikan sendiri ledakan helikopter itu membuat mereka spontan berteriak penuh kemenangan lalu tertawa puas karena berhasil membunuh tuan Aslan dengan tembakan peluru basoka portabel yang sudah mereka siapkan di dalam mobil.
"Uhhhh.....! Mampus kau tuan Aslan ...! Akhirnya neraka adalah tempatmu kembali. Kita harus kasih tahu bos tentang berita baik ini." Para penjahat meninggalkan area pantai itu dan kembali ke markas untuk melaporkan hasil tangkapan mereka yang sudah terbunuh dan mereka berharap tuan Aslan benar-benar mati.
"Tidakkkkk.....!" pekik Edgar yang bisa melihat helikopter milik kakaknya meledak dan jatuh ke dalam laut hingga menimbulkan air laut bergelombang tinggi.
Helikopter miliknya masih berada di atas udara di balik tebing yang tidak terlihat oleh para musuh di bawah sana. Edgar yang merasa sangat murka kepada para penjahat itu yang tega membunuh kakaknya langsung mengejar mobil para penjahat yang masih berada di jalanan.
"Kalian harus lenyap juga dari muka bumi ini karena kalian telah membunuh kakakku." Menjatuhkan granat tepat di depan tiga mobil yang sedang berjalan beriringan sambil melihat keberadaan helikopter di atas mereka. Dan mereka mengira kalau helikopter itu adalah milik tuan Aslan.
"Kenapa dia masih hidup? Bukankah tadi kita melihat helikopternya meledak di udara lalu jatuh ke dalam laut?" Baru saja mereka memikirkan kemunculan helikopter itu tiba-tiba, mereka merasakan mobil mereka terlempar jauh karena ledakan granat.
Boooom....
Ledakan dahsyat itu disusul dengan api besar yang langsung membakar ketiga mobil itu tanpa tersisa.
"Selamat bertemu di neraka, para tikus go...!" Edgar menarik sudut bibirnya terlihat getir dan menghubungi tim SAR untuk mencari keberadaan helikopter kakaknya yang jatuh ke dalam laut.
Entah kakaknya masih hidup atau sudah mati saat ini, yang jelas Edgar tidak akan menyerah begitu saja mencari keberadaan kakaknya sebelum melihat jasad kakaknya itu.
"Ya Tuhan. Lindungi kakakku...!" lirih Edgar sambil berputar-putar dengan helikopternya beberapa kali di atas permukaan laut yang mungkin saja bisa menemukan jasad Aslan mengambang di atas permukaan laut.
Sementara itu, Linka nampak gelisah di atas tempat tidur. Matanya terpejam sambil bergumam dengan menggelengkan kepalanya berulang kali.
Keringat dingin mengucur di plipisnya. Ia bermimpi buruk saat melihat tubuh suaminya terbakar habis lalu jatuh ke dalam laut.
"Aslan ...! Aslan...! Aslan...! Jangan tinggalkan aku...! Aslannnnn.....!" Linka terbangun dari tidurnya dengan tubuh terduduk tegak disertai nafas yang tersengal-sengal sambil melihat ke sekitarnya.
"Alhamdulillah. Ternyata hanya mimpi," ucap Linka sambil mengucapkan istighfar lalu meludah ke kiri sebagai syarat untuk mengusir mimpi buruk yang berasal dari setan.
Linka melihat waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Itu berarti ia baru tidur tiga jam yang lalu.
"Ya Allah. Sudah memasuki waktu subuh. Sebaiknya aku mandi dan sholat subuh," ucap Linka setelah perasaannya lebih tenang dan nafasnya teratur.
Namun sebelum ke kamar mandi, ia meraih ponselnya di atas meja nakas. Mungkin saja ada pesan atau telepon dari suaminya yang mungkin saja ia lewatkan karena tidur. Namun tidak ada pesan yang masuk dari suaminya apalagi panggilan telepon.
"Ya Allah. Lindungi suamiku dimanapun dia berada. Semoga mimpi buruk itu adalah bagian dari bunga tidur dari setan," gumam Linka lalu masuk ke kamar mandi.
Setelah menunaikan sholat subuh Linka hendak membaca Alqur'an, namun ketukan di depan pintu kamarnya yang membuat ia meletakkan kembali Al-Qur'an di atas tempat tidurnya.
Dengan masih mengenakan mukena, Linka membuka pintu kamar itu dan melihat pelayan Gea terlihat sendu.
"Ada apa mbak Gea?" tanya Linka sambil memperhatikan wajah pelayanannya itu.
"Ini ada telepon dari tuan Edgar. Tuan ingin bicara dengan anda nyonya karena ini penting," ucap pelayan Gea kembali tertunduk.
Linka mengambil ponsel ditangan pelayan Gea dan menempelkan ke kupingnya.
"Hallo kakak ipar...!" ucap Edgar terburu-buru.
"Iya."
"Tolong dengarkan aku baik-baik tentang apa yang akan aku sampaikan kepadamu...! Saat ini aku sedang mencari keberadaan kak Aslan karena helikopter yang dinaiki kak Aslan jatuh ke dalam laut dan tim SAR sedang mencarinya.
Tolong jangan panik dan tetap berdoa...!" pinta Edgar lalu mengakhiri ucapannya secara sepihak sebelum Linka ingin bertanya sesuatu kepadanya tentang tuan Aslan.
"Ha...llo..! yah. Kenapa langsung dimatikan?" geram Linka.
"Mbak. Apakah ini nomornya Edgar? " tanya Linka.
"Iya nona."
Linka mengirim nomor Edgar ke ponselnya agar ia mudah menghubungi Edgar. Linka mengembalikan ponselnya pelayan Gea.
"Nona. Apakah tuan Aslan akan selamat? Biasanya dia tidak pernah mengalami hal buruk setiap kali berpergian untuk mengurus bisnisnya," ucap pelayan Gea berlinang airmata.
"Insya Allah. Suamiku baik-baik saja. Kita harus yakin dan tetap berharap agar tidak ada hal buruk yang kita akan dengar nantinya," ucap Linka meyakinkan pelayannya walaupun ia sendiri tidak yakin apakah dia kuat atau tidak saat ini menerima kenyataan pahit di hari kedua pernikahan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
jhon teyeng
hhhmmmm.... senangnya selalu bikin mistery and teka teki
2024-03-30
4
Ani Ani
DIA Akan selamat
2024-03-11
2
Mey-mey89
,,
2024-03-10
0