Tidak perlu menunggu lama, tuan Aslan memboyong istrinya untuk bulan madu ke Eropa. Mungkin mereka tidak akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat karena pekerjaan tuan Aslan yang kadang tidak menetap di suatu negara.
Ia berencana akan menetap di Belanda. Ia ingin memberikan istana terindah untuk istrinya.
Mereka hanya melakukan akad nikah lalu bersalaman dengan para tamu undangan dan langsung pamit menuju bandara internasional Ngurah Rai.
Linka begitu berat meninggalkan pamannya yang selama ini selalu mendukungnya dan tidak membedakan dirinya dan Tiara. Kelemahan pamannya yang tak bisa dikendalikan oleh istrinya yang terus mengaturnya. Kadang dia tegas kadang lidahnya kelu jika sedang terdesak.
"Nak. Tidak ada yang adil di dunia ini. Hanya Allah yang berlaku adil pada hambaNya walaupun hambaNya kadang menolak saat datangnya masa sulit dan hati sempit.
Sebagai orang yang beriman, pikirkan tentang rencana Allah berikutnya karena Dia akan membimbing mu ke jalan yang benar. Selamat jalan putriku...! Aku yakin Aslan akan membahagiakan mu," ucap tuan Alfiansyah sambil menyeka air mata Linka di pipi gadis itu dengan jempolnya.
"Paman. Jaga kesehatanmu untukku...! Terimakasih karena selalu menjaga perusahaanku hingga detik ini. Aku percayakan perusahaanku pada paman.
Ternyata rasa sakit itu memberiku jalan untuk tahu bagaimana membedakan apel yang segar untuk dimakan," sindir Linka pada Tantenya yang berdiri di sebelah pamannya.
Sementara Tiara dan dokter Dilan berdiri cukup jauh dari tuan Alfiansyah karena sebelah kiri pamannya ada sekertaris Fatin dan direktur utama perusahaannya adalah Vie.
Linka hanya memeluk tantenya sesaat sambil berbisik." Jangan merasa menang dulu, tanteku sayang karena kucing yang selama ini kau piara ternyata berubah menjadi singa yang akan menerkammu suatu hari nanti.
Kau sedang menggali kuburanmu sendiri," bisik Linka sambil memeluk nyonya Widia yang tersentak.
Kini Linka beralih pada kedua orang kepercayaannya yaitu Vie dan sekertaris Fatin.
"Aku mempercayakan perusahaan ku kepada kalian berdua. Aku tetap bekerja walaupun melalui virtual," ucap Linka.
"Baik nona Linka. Kami janji tidak akan mengecewakanmu. Kami akan memberikan laporan setiap harinya. Selamat jalan dan semoga bahagia," ucap Vie.
"Terimakasih. Jaga perusahaanku seperti kalian menjaga diri kalian sendiri...!" ucap Linka lalu cipika-cipiki dengan kedua sahabatnya itu.
Kini giliran Linka harus berhadapan langsung dengan saudara sepupunya Tiara dan mantannya, dokter Dilan yang sejak tadi mencuri pandang pada Linka yang sangat cantik dengan gaun n mewah yang membentuk lekuk tubuhnya walaupun tidak begitu ketat.
Ingin rasanya Linka melewati keduanya namun ia tidak ingin melakukannya karena suaminya akan berpikir buruk padanya.
"Selamat berbahagia Linka. Ternyata kamu sangat cocok dengan tuan Aslan. Mungkin kamu akan menghabiskan hidupmu hanya sebentar karena usianya tidak akan menemanimu sampai tua," ledek Tiara.
"Ajal manusia bukan terletak pada usia karena bayi yang baru lahir saja bisa meninggal dan saat ini aku rasa hidupmu berada diambang kematian karena aku yakin kau tidak akan pernah merasa bahagia dari hasil curian, pencuri...!" balas Linka sambil merapikan tatanan rambut Tiara yang diterpa angin.
Tiba di bagian dokter Dilan yang hendak menyalami Linka namun Linka hanya mengangkat kedua tangannya mengatup di depan dadanya.
"Maaf kakak ipar...! Aku harus menjaga hati suamiku karena yang boleh menyentuh tanganku adalah suamiku dan mahram ku selain kaumku," sarkas Linka terdengar menohok.
Tuan Aslan yang sudah tahu siapa dokter Dilan bagi istrinya menyalami dokter Dilan.
"Terimakasih bro ..! Sudah melepaskan Linka untukku. Aku orang yang paling bahagia mendengar kamu melepaskan Linka demi sesuatu yang kamu anggap ada sebenarnya hanya tipu muslihat ibu mertuamu saja," ucap tuan Aslan yang sudah tahu permainan kotor nyonya Widia yang menipu dokter Dilan.
"Kau ...! apa maksudmu berkata seperti itu..?" tanya dokter Dilan namun tuan Aslan berlalu pergi dari hadapannya karena suara helikopter yang tiba-tiba turun dari tempat itu untuk menjemput mereka.
Para gadis-gadis yang ada di tempat itu terlihat iri pada Linka karena memiliki suami yang tajir melintir. Nyonya Widia yang sangat terkejut dengan apa yang dilakukan tuan Aslan untuk menyenangkan istrinya.
"Astaga....! andai saja Aslan yang saat ini menikahi dengan putriku, oh pasti aku akan hidup enak di masa tuaku dan tidak bergantung pada perusahaan milik Linka," batin nyonya Widia menyesali keputusannya untuk menikahkan putrinya dengan dokter Dilan.
Jika ibunya menyesali keputusannya namun tidak dengan Tiara yang merasa biasa saja dengan apa yang dilakukan oleh tuan Aslan yang menyediakan helikopter untuk istrinya menuju bandara di mana jet pribadi tuan Aslan sudah menunggu pasangan pengantin baru itu.
"Cih ...! sok pamer," sinis Tiara sambil berdecih.
Sementara dokter Dilan sendiri merasa sangat kecil hati untuk mendapatkan Linka yang memang pantas mendapatkan suami seperti tuan Aslan.
"Suatu hari nanti aku akan lebih kaya raya daripada Aslan. Kita lihat saja nanti dengan uang, wanita dengan sendirinya akan datang padaku," batin dokter Dilan yang memiliki segudang impian yang ingin ia wujudkan.
Tuan Aslan naik lebih dulu ke helikopter baru istrinya karena dia yang membantu istrinya agar bisa naik ke atas helikopter yang cukup tinggi itu dengan gaun yang cukup panjang menjuntai lantai.
Dalam beberapa menit kemudian, helikopter itu meninggalkan area taman hotel di mana hamparan laut bergelombang karena baling-baling helikopter itu.
Semua tamu undangan melambaikan tangan mereka melepaskan pasangan pengantin itu untuk bulan madu. Hanya orang-orang terdekatnya Linka yang sangat merasakan kehilangan gadis cantik berhati lembut itu sambil meneteskan airmata mereka.
Tuan Aslan merasa sangat canggung dengan Linka yang terlihat diam dan begitu takut menatap wajah suaminya.
Karena keduanya memang merasa asing satu sama lain dan memilih diam untuk sementara waktu sampai mereka tiba di bandara hanya dalam waktu lima menit.
"Apakah kamu baik-baik saja, Linka?" tanya tuan Aslan saat tiba di bandara.
"Iya kak," ucap Linka terdengar lucu oleh Aslan.
"Tolong jangan panggil aku kakak...! Panggil saja namaku atau sayang misalnya," balas tuan Aslan terkekeh kecil.
"Rasanya kurang sopan aku menyebut namamu secara langsung," tolak Linka.
"Akan lebih aneh jika kamu memanggilku kakak dan aku merasa makin tua dan uban ku akan muncul," gemas tuan Aslan.
"Baiklah. Aku akan memanggil namamu," sahut Linka dengan senyum tulus.
"Terimakasih sudah mau tersenyum padaku. Itu berarti hatimu sudah siap menerima aku sebagai suamimu bukan hanya di atas kertas buku nikah kita," imbuh tuan Aslan yang mengatur lagi rambut Linka yang terhempas angin.
Tuan Aslan menggandeng tangan Linka lalu naik ke tangga pesawat. Kemewahan interior pesawat memanjakan mata Linka. Keduanya disambut pramugari cantik dengan ramah.
"Selamat atas pernikahannya tuan Aslan dan nyonya Linka," ucap mereka kompak dan Linka hanya tersenyum.
Linka duduk dekat dengan jendela diikuti oleh Aslan yang langsung mengenakan sabuk pengaman mereka karena pesawat sudah siap mundur menuju landasan untuk melakukan take-off.
"Ya Allah. Kami adalah dua orang asing yang menyatukan hati kami dengan namaMu, maka eratkan hubungan kami sebagai suami istri dengan Ridho Mu... aaamiin," doa Linka sebagai musafir yang akan diijabah oleh Allah karena lebih mustajabnya doa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
Bu Widia penyesalan selalu datangya trlambat ..
2024-06-05
0
✮тιαɳα☘︎
syokoorrrr
2024-05-09
1
Fatma Kodja
harusnya kamu selidiki dulu sebelum mengambil keputusan menikahi Tiara, karena apa yang kamu lihat tidak sesuai dengan kenyataan karena perusahaan yang dikelola oleh ayahnya Tiara itu adalah milik Linka, jika Linka tidak memikirkan pamannya maka Linka sudah akan mengambil kembali perusahaan dan saat itulah Tiara dan ibunya akan menjadi gembel 😒😒
2024-04-25
1