Linka duduk termenung di atas tempat tidurnya dengan air mata berderai. Ia tidak bisa berpikir saat ini dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Ia masih positif thinking pada keluarganya kalau keluarganya tidak mungkin meninggalkannya begitu saja karena hari ini adalah hari bahagianya.
"Apa yang salah dengan diriku? Mengapa tidak ada satupun yang datang melihat diriku?" lirih Linka yang sudah menyerah.
Walaupun ia sangat marah dan kecewa namun ia tetap menjaga penampilannya terutama riasannya agar tidak luntur oleh air matanya. Linka beringsut turun dari tempat tidurnya untuk menuangkan minuman karena ia sangat haus.
Tanpa diketahui oleh Linka, minuman air mineral itu sudah dicampur dengan obat tidur oleh nyonya Widia. Tidak butuh waktu lama, obat tidur itu mulai mengurai dalam darah Linka hingga gadis cantik ini lambat laun mulai menguap.
Matanya yang terasa sangat berat memaksa dirinya untuk segera tidur. Ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuknya itu lalu terlelap begitu saja seperti orang pingsan.
Sementara itu di mesjid agung tempat di mana akan berlangsungnya ijab qobul dihebohkan dengan pengantin wanita yang tidak kunjung muncul diantara para tamu undangan.
Pak penghulu sedari tadi melirik jam tangannya karena mereka sudah menunggu setengah jam lebih bahkan hampir mendekati satu jam.
"Apakah pengantin wanitanya sudah datang?" tanya pak penghulu pada asistennya.
"Katanya masih dalam perjalanan pak," ucap asistennya itu.
"Masih ada pernikahan di tempat lain yang harus kita datangi," gerutu pak Teguh setengah berbisik pada asistennya.
"Tunggu sebentar pak...! Saya akan caritahu informasi pada keluarga pengantin perempuan," ucap asisten pribadinya itu.
Tuan Alfiansyah terlihat tegang karena tidak enak dengan calon besannya apalagi calon pengantin prianya sudah duduk manis di depan pak penghulu yang terlihat gelisah. Ia lalu mendekati istrinya dan meminta konfirmasi pada istrinya yang terlihat pura-pura panik.
"Di mana Linka, Widia...? Kenapa lama sekali datangnya? pak penghulunya sudah menunggu terlalu lama?" geram tuan Alfiansyah.
"Sepertinya macet atau apalah papi. Lagi pula Linka naik mobil khusus untuk pengantin. Aku sudah menghubungi ponselnya Linka dan juga pak Sam sopir pribadinya Linka, namun tidak terhubung juga," sahut nyonya Widia.
"Astaghfirullah halaziiim," tuan Alfiansyah mengelus dadanya yang terasa sesak.
"Begini saja papi. Jika papi tidak keberatan bagaimana kalau kita menggantikan pengantin wanitanya dengan putri kita Tiara menikah dengan dokter Dilan demi menyelamatkan kehormatan kita? Bagaimana, papi?" tanya nyonya Widia pura-pura prihatin namun penuh dengan rencana busuk.
"Apakah kamu masih waras, Widia? Dokter Dilan itu tidak mungkin akan menerima solusi yang kamu tawarkan padaku barusan.
Lagi pula nak Dilan itu calon suaminya keponakan ku Linka bukan Tiara dan Tiara akan menikah dengan tuan Aslan yang akan diadakan Minggu depan," tolak tuan Alfiansyah mentah-mentah.
"Terus papi mau menunggu Linka sampai kapan, hah?! Hanya ini satu-satunya solusi kita. Lagi pula Tiara tidak keberatan untuk menggantikan Linka sebagai calon pengantin wanitanya.
Coba saja tanya nak Dilan, apakah dia mau menerima solusi dari kita?" ucap nyonya Widia yang tidak memberikan celah bagi suaminya untuk berpikir.
"Terus bagaimana dengan tuan Aslan?" tanya tuan Alfiansyah.
"Kamu ingin menyelamatkan perusahaan milik Linka dengan mengorbankan putri kita dengan menikahi pria tua bangka itu? Kenapa bukan Linka saja yang menikah dengan tuan Aslan? Toh itu perusahaannya bukan bukan perusahaan milik kita?" sarkas nyonya Widia.
"Iya itu memang benar perusahaannya Linka, tapi putri kita juga harus hidup lebih layak dengan pria seperti tuan Aslan yang bisa memenuhi semua ambisi dan gaya hidup glamornya.
Kalau Linka memang sudah memiliki perusahaannya sendiri yang merupakan warisan ayahnya lalu putri kita dapat apa, hah?! Di kasih yang enak malah nolak. Dasar anak dan ibu tidak tahu diuntung...!
Kalau itu mau kalian untuk menyelamatkan kehormatan kita, silahkan bawa masuk putrimu ke sini. Ingat satu hal...! Jangan pernah menyesali apa keputusanmu hari ini..!" ucap tuan Alfiansyah yang sudah pasrah menerima saran istrinya.
Nyonya Widia bersorak kegirangan dalam hatinya. Akhirnya semua rencananya berjalan dengan sukses. Ia lalu menghubungi putrinya Tiara yang sudah siap dengan kebaya pengantinnya agar segera masuk ke dalam mesjid menghadap penghulu di mana dokter Dilan sudah menunggu Tiara sejak tadi.
Tidak lama kemudian munculah calon pengantin wanita yang sedari awal para tamu undangan mengira kalau itu adalah Linka. Apa lagi stafnya Linka yang sampai terperanjat begitu melihat wajah pengantin wanitanya berbeda saat memasuki mesjid itu.
"Lho kok itu bukannya saudara sepupunya nona Linka? Kenapa calon pengantin wanitanya ditukar?" tanya salah satu stafnya Linka.
"Coba kamu hubungi nona Linka Vie..!" pinta Fatin.
Fatin mencoba menghubungi Linka dan ternyata ponselnya tidak aktif dan mereka hanya bisa bertanya-tanya ada apa gerangan dengan pertukaran pengantin itu.
"Kenapa calon pengantin wanitanya ditukar?" pertukaran suara diantara tamu undangan itu menjadi riuh saat Tiara duduk bersanding di depan pak penghulu di mana dokter Dilan siap mengucapkan ijab qobul dengan ayah kandungnya Tiara yang akan menikahkan putrinya itu dengan dokter Dilan.
"Saudara Dilan Subagio bin Nugraha Wibowo, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Mutiara Anggita Rahayu binti Alfiansyah Firdaus dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar seribu Dinar dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Mutiara Anggita Rahayu binti Alfiansyah Firdaus dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu.
"Sah ..!"
"Sah...!"
Senyum Tiara mengembang sempurna saat doa dilantunkan oleh bapak penghulu usai ijab Qobul. Sementara itu dokter Dilan merasa jumawa karena dirinya hanya membayangkan akan mendapatkan harta berlimpah dari sang mertua.
Tiara melirik ibunya yang hanya mengangkat jempolnya yang menandakan kalau semuanya sudah berakhir. Sandiwara mereka sempurna dan skenario mereka berjalan mulus.
Setelah acara sungkeman selesai, tuan Alfiansyah langsung angkat kaki dari mesjid itu dan memilih pulang untuk memastikan apakah Linka ada di mansion atau tidak karena firasatnya sangat tidak enak.
Sementara itu sepasang pengantin yang sudah sah itu langsung berangkat ke gedung resepsi pernikahan.
Seperti yang sudah di rencanakan oleh nyonya Widia dan putrinya, ketika tamu undangan yang mulai berdatangan ke gedung resepsi pernikahan itu terlihat syok saat melihat foto prewedding antara dokter Dilan dan Tiara yang sudah dipajang di depan pintu masuk gedung itu.
Terutama para teman dan stafnya Linka yang merasa ada yang janggal dengan pernikahan itu.
"Tadi aku dengar dari kerabatnya nona Linka kalau sepupunya Tiara terpaksa menggantikan posisi Linka sebagai calon pengantin wanitanya dan bersedia menerima pernikahannya dengan dokter Dilan.
Tapi kenapa sudah ada foto prewedding keduanya disini ya? sepertinya background foto ini diambil di studio salah satu butik? Mana mungkin mereka bisa melakukan foto prewedding secara instan begitu? Sepertinya ada yang tidak beres nih," ucap Fatin yang merupakan sekertarisnya Linka.
"Aku foto ini dan biar Linka tahu bagaimana keluarganya sudah mempermainkannya," ucap Rena menjepret beberapa foto prewedding yang dipajang di depan pintu masuk gedung.
Setibanya di mansion, tuan Alfiansyah tidak bisa membuka pintu utama. Ia akhirnya menghubungi satpamnya yang datang tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Siapa yang menyuruhmu mengunci pintu utama ini, hah?!" bentak tuan Alfiansyah pada satpam mansion itu.
"Saya disuruh nyonya tuan. Katanya biar aman karena tidak ada orang di rumah. Walaupun ada kami yang sudah menjaganya takutnya kami lengah jika ada maling yang masuk diam-diam tanpa terlihat oleh kami," ucap pak Tono memberi alasan.
Tuan Alfiansyah tidak ingin memperkeruh suasana hatinya. Tujuannya hanya ingin ke kamar Linka untuk melihat keponakan kesayangannya itu.
"Linka....! Linka...!" panggil tuan Alfiansyah berkali-kali dan mencoba membuka pintu kamar itu namun terkunci.
"Sejak kapan Linka mengunci pintu kamarnya kecuali dia ada di dalam kamarnya. Linka....! Apakah kamu di dalam, nak...?" teriak tuan Alfiansyah sayup-sayup terdengar oleh Linka yang sulit untuk membukakan matanya karena masih ngantuk berat.
Merasa ada yang janggal, tuan Alfiansyah mendobrak pintu itu dan melihat Linka sedang tidur di kamarnya dengan baju pengantin yang masih melekat di tubuhnya.
"Linka....! Linka...! Bangun nak...! Apakah kamu sakit?" panik tuan Alfiansyah sambil mengusap kening dan pipi Linka yang terasa normal.
Tuan Alfiansyah melirik gelas yang masih ada setengah airnya. Ia lalu bangkit berdiri dan mencoba membuka pintu balkon kamar yang juga terkunci. Spekulasi mulai muncul di otaknya.
"Sepertinya istriku terlibat dalam sandiwara pertukaran pengantin ini. Dasar perempuan biadabbb.....!" maki tuan Alfiansyah makin meradang.
Tuan Alfiansyah menghubungi dokter Iwan yang merupakan sahabatnya untuk memeriksa keadaan Linka. Dia juga menyelamatkan air sisa di gelas itu untuk mengetahui zat apa saja yang terdapat di air minum yang diteguk keponakannya sebagai bukti kelicikan istrinya dan putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
pamannya baik dech tpi semoga aja tetap sprti itu dan gak akan prnah nyesel
2024-03-15
5
Ani Ani
baru Kau Tahu isteri dan Anak kamujahat
2024-03-11
4
Mey-mey89
hai
2024-03-08
1