6. Terpaksa Menerima

Linka pulang ke rumahnya setelah dinyatakan sehat oleh dokter. Yah, hanya tubuhnya yang sehat tapi tidak dengan mentalnya.

Ia harus siap dengan apa yang akan ia saksikan setiap harinya di mansionnya. Calon suaminya yang seyogianya akan menjadi suaminya kini beralih menjadi kakak iparnya.

Apa yang harus ia sesali, semuanya sudah kehendak Allah. Manusia yang berencana namun Allah yang menentukan nasib hambaNya.

"Dia bukan jodohku. Jika dia jodohku, Allah akan menghalangi pernikahan itu dengan cara apapun dari manusia licik seperti Tante Widia dan Tiara," batin Linka saat turun dari mobil. Linka membujuk hatinya agar tidak terpaku pada apa yang sudah terjadi.

Yah, semua masalah dalam hidup kita harus disikapi dengan ilmu. Tanpa ilmu manusia akan terpuruk dan menganggap musibah adalah bagian dari ujian yang mengerikan untuk dijalaninya.

Kenapa tidak merubah sudut pandang kita saat menerima musibah yang akan berubah menjadi sebuah anugrah terindah dari Allah.

Hanya saja Allah tidak segera memperlihatkan nikmat dibalik ujian yang Dia berikanNya secepat mungkin pada hambaNya. Tapi semuanya butuh proses untuk meraih bahagia itu.

Tubuh yang sakit saja bisa disembuhkan dengan obat. Namun tidak dengan hati dan jiwa manusia yang harus disembuhkan dengan iman dan takwa. Jika memiliki iman dengan diimbangi ilmu maka selamatlah manusia itu dari kehancuran.

"Oh Linka. Kamu sudah pulang nak? Maafkan Tante karena tidak sempat menengok mu di rumah sakit karena Tante....-" ucap nyonya Widia terhenti kala Linka melewati dirinya begitu saja dan masuk ke kamarnya.

"Sial...! Kenapa dia mengacuhkan aku seperti itu?" umpat nyonya Widia lalu menatap wajah suaminya yang juga bersikap sama seperti Linka.

"Papi. Tunggu...! Kita harus bicara!" ucap nyonya Widia tidak nyaman melihat paman dan keponakan itu mendiaminya seolah menganggapnya tidak ada.

Tuan Alfiansyah merebahkan tubuhnya karena ia cukup lelah karena selama dua malam ini menjaga Linka yang menghabiskan waktunya hanya menangis dan menangis.

"Papi. Apakah Linka sudah tahu apa yang terjadi dengan pernikahannya yang....-"

"Diam Widia...!" bentak tuan Alfiansyah membuat nyonya Widia mengatupkan mulutnya dengan respon terkejut.

"Kenapa suamiku jadi aneh seperti ini? Apa jangan-jangan dia mengetahui kalau aku yang telah meneteskan obat tidur ke dalam minumannya Linka? Ahhhhkkkkkk...! Dasar bodoh...! Kenapa aku tidak peka akan hal itu," batin nyonya Widia merutuki dirinya sendiri.

Ia akhirnya keluar dari kamarnya karena tidak ingin mengajak suaminya bicara lagi. Ingin ke kamar Linka namun ia juga tidak mau melihat wajah Linka yang dingin tanpa ekspresi. Bahkan terlihat sangat menakutkan.

Baru saja dia ingin turun ke lantai bawah, tiba-tiba Tiara sudah memanggilnya dari bawah tangga.

"Mami....!" menaiki tangga dengan cepat lalu mengecup pipi ibunya.

"Bukankah kalian harus pergi bulan madu ke luar negeri? Kenapa malah pulang ke sini? Kalau mau pulang, sana ke apartemen suamimu...!" usir nyonya Widia sambil melirik ke arah menantunya dokter Dilan.

"Maaf mami. Tiara tidak mau tinggal di apartemen Dilan, mami. Apakah kami boleh tinggal di sini untuk sementara waktu?" rayu dokter Dilan sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Tiara.

Masalahnya apartemen yang ditempati dokter Dilan adalah pemberian Linka. Dilan begitu takut mengajak istrinya tinggal di apartemen itu. Saat ini Dilan harus bersandiwara di depan ibu mertuanya agar nyonya Widia menepati janjinya.

"Iya mami. Aku belum siap berpisah dengan mami," timpal Tiara.

"Permisi nyonya. Makan malamnya sudah siap," ucap pelayan.

"Terimakasih bibi. Ayo kita makan malam...!" ajak nyonya Widia pada Tiara dan menantunya Dilan.

"Di mana Linka mami?" tanya Tiara yang belum tahu Linka habis dirawat di rumah sakit.

"Di kamarnya. Tidak usah memikirkan dia...!" sungut nyonya Widia duduk di meja makan yang langsung dilayani oleh pelayannya.

"Lalu di mana papi? Kenapa tidak ajak makan malam dengan kita?" tanya Tiara yang mencium gelagat aneh di rumah ini.

"Bibi Laras. Tolong panggilkan Linka dan suamiku untuk turun makan..!" titah nyonya Widia sedikit tidak senang dengan kehadiran putrinya karena hatinya tidak enak dengan Linka.

"Baik nyonya."

Pelayan mengetuk pintu kamar tuan Alfiansyah terlebih dahulu dan tuan Alfiansyah menolak untuk makan malam begitu juga dengan Linka karena mereka sudah makan di restoran terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.

Suasana makan malam itu terasa mencekam. Lauk pauk yang tersaji dengan sangat indah di atas meja makan itu terasa hambar di lidah ketiganya saat ini.

...----------------...

Pagi harinya, Linka yang sudah mengetahui kehadiran pasangan pengantin baru itu ada di rumahnya memilih untuk berangkat ke butiknya lebih pagi sebelum para penghuni rumah keluar untuk sarapan pagi.

Nyonya Widia melihat suaminya sudah rapi dan siap untuk berangkat kerja.

"Tumben berangkat kerja jam enam pagi papi?" tanya nyonya Widia dengan tidak tahu malunya.

"Aku ada janji dengan klien pagi ini untuk sarapan bersamanya dan sekaligus membahas proyek kami yang tertunda," ucap tuan Alfiansyah dengan wajah datar.

"Baiklah. Apakah papi sudah membicarakan pernikahan Linka dengan tuan Aslan? Empat hari lagi lho papi," ucap nyonya Widia mengingatkan suaminya.

"Aku berangkat. Assalamualaikum...!" menenteng tas kerjanya beranjak keluar dari kamar.

"Sial..! Lagi-lagi aku dicuekin," mengatupkan rahangnya kuat.

Tiba di butik, Linka disambut staffnya seperti biasanya. Para staffnya sudah kompak untuk tidak menyinggung pernikahan Linka yang gagal beberapa hari yang lalu.

Fatin sekertarisnya mengangkat kedua tangannya memeluk bosnya itu penuh cinta. Bulir bening itu kembali menggenang di kelopak mata indahnya Linka.

Walaupun Fatin tidak membuka suara namun gestur tubuh sekertarisnya itu mewakili perasaannya sebagai bentuk keprihatinannya pada Linka.

"Apakah sudah siap bekerja lagi, nona? Banyak sekali permintaan klien kita untuk mempercepat pengerjaan desain gaun pesta yang mereka inginkan," ucap sekertaris Fatin.

"Aku sudah siapkan untuk mereka. Ini berkasnya. Segera jahit gaunnya dan pilih bahan yang sesuai dengan apa yang saya cantumkan di berkas itu. Jika masih ada kekurangannya kamu boleh memberi saran," ucap Linka seraya membuka pintu ruang kerjanya.

"Baik nona. Selamat beraktivitas," ucap Fatin berlalu pergi menuju tim desain lainnya untuk membuat pola kain.

Linka duduk di kursi kebesarannya. Setiap kali hatinya diserang rasa sakit, ia hanya merintih sambil beristighfar agar setan tidak mengintimidasi hatinya yang terluka.

"Ya Allah. Kuatkan aku untuk menerima ujian ini. Semua yang datang dariMu, aku yakin Engkau pasti sedang menyelamatkan aku dari musibah yang lebih besar. Ya Allah, masalah yang ku hadapi begitu kecil karena Engkau yang maha besar untuk menyelesaikan ujianku ini.

Ampunilah aku ya Allah atas dosa maksiat yang pernah aku lakukan," gumam Linka lalu menarik nafas dalam.

Linka kini memiliki ponsel baru yang ia pesan melalui online. Nama Dilan dihapus dari ponselnya begitu juga dengan nomor kontak Tiara.

Drettttttt....

Ada nomor tidak dikenal yang masuk ke ponselnya. Linka heran karena ia merasa belum memberikan nomor barunya pada orang lain kecuali paman dan sekertarisnya.

"Ini nomor siapa?" gumam Linka ragu-ragu menerima panggilan itu.

Ia mematikan panggilan itu karena takut itu dari dokter Dilan. Pikiran buruk menjelajahi benaknya. Tidak lama ada notifikasi pesan masuk dan Linka penasaran lalu membaca pesan itu.

"Angkat teleponku, Linka. Ini dengan calon suamimu, Aslan," tulis pesan itu membuat Linka terhenyak.

Deggggg...

"Apakah paman memberikan nomor ponselku pada tuan Aslan? Kenapa cepat sekali ya Allah. Apakah begini rasanya dipaksa menikah dengan orang yang tidak kita cintai? Apakah itu yang dirasakan Tiara pada tuan Aslan?" batin Linka sendu.

Drettttttt....

Nomor yang sama kembali terdengar. Linka begitu gugup untuk menggeser tanda hijau itu.

"Dia mau apa? Apa yang ingin ia ingin bicarakan padaku?" gumam Linka memberanikan diri untuk menerima panggilan dari tuan Aslan.

"Assalamualaikum calon istriku...!" sapa tuan Aslan terdengar mesra.

Duarrrr....

Visual Linka

Terpopuler

Comments

Nani Mardiani

Nani Mardiani

Visualnya kerennn.... cuantik dan pas banget kriteria wanita tamgguh.

2024-04-30

1

Sumini Ningsih

Sumini Ningsih

Alhamdulilah Alinka tetap tegar dalam menyikapi masalah

2024-04-05

2

jhon teyeng

jhon teyeng

imut

2024-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 1. Syok
2 2. Tawaran
3 3. Siasat Licik
4 4. Tidak Menyangka
5 5. Karma Pertama
6 6. Terpaksa Menerima
7 7. Mari Kita Menikah
8 8. Kecemasan
9 9. Ancaman Linka
10 10. Belum Siap
11 11. Hanya Jebakan
12 12. Kecelakaan
13 13. Janji
14 14. RAHASIA
15 15. Kisah Edgar
16 16. Menjadi Dingin
17 17. Apakah Kamu Yakin?
18 18. Perceraian
19 19. Jadi Gunjingan
20 20. Penjelasan
21 21. Boleh Aku Memelukmu..?
22 22. Sakit
23 23. Bersabar
24 24. Tangan Ketiga
25 25. Penculikan
26 26. Pengakuan
27 27. Good Bye Masa Lalu
28 28. Perkelahian
29 29. Ingin Kembali
30 30. Permohonan
31 31. Kedengkian
32 32. Menunda Bulan Madu
33 33. Makin Keki
34 34. Tak Sesuai Ekspetasi
35 35. Pertukaran
36 36. Positif
37 37. Curiga
38 38. Lagi Ingin Dimanja
39 39. Tidak Mau Mengakui
40 40. Tidak Ingin Ditinggal
41 41. Kenyataan Sebenarnya
42 42. Membisu
43 43. Ternyata Benar
44 44. Sandiwara
45 45. Mencoba Lagi
46 46. Waspada
47 47. Melakukannya Diam-diam
48 48. Tertusuk
49 49. Menyangkalnya
50 50. Tak Akan Kubiarkan
51 51. Tetap Selidiki
52 52. Terciduk
53 53. Memohon Maaf
54 54. Hukuman
55 55. Terpaksa
56 56. Amarah
57 57. Tersentak
58 58. Diperingatkan
59 59. Dipecat
60 60. Kedengkian
61 61. Putus Hubungan
62 62. Melamarmu
63 63. Happy
64 64. Kabar Baik
65 65. Anugerah Terindah
66 66. Tiga Bulan Kemudian
67 67. Ada racunnya
68 68. Diamankan...!
69 69. Ketegangan
70 70. Meninggal
71 71. Penyesalan Tiara
72 72. Badai Pasti Berlalu
Episodes

Updated 72 Episodes

1
1. Syok
2
2. Tawaran
3
3. Siasat Licik
4
4. Tidak Menyangka
5
5. Karma Pertama
6
6. Terpaksa Menerima
7
7. Mari Kita Menikah
8
8. Kecemasan
9
9. Ancaman Linka
10
10. Belum Siap
11
11. Hanya Jebakan
12
12. Kecelakaan
13
13. Janji
14
14. RAHASIA
15
15. Kisah Edgar
16
16. Menjadi Dingin
17
17. Apakah Kamu Yakin?
18
18. Perceraian
19
19. Jadi Gunjingan
20
20. Penjelasan
21
21. Boleh Aku Memelukmu..?
22
22. Sakit
23
23. Bersabar
24
24. Tangan Ketiga
25
25. Penculikan
26
26. Pengakuan
27
27. Good Bye Masa Lalu
28
28. Perkelahian
29
29. Ingin Kembali
30
30. Permohonan
31
31. Kedengkian
32
32. Menunda Bulan Madu
33
33. Makin Keki
34
34. Tak Sesuai Ekspetasi
35
35. Pertukaran
36
36. Positif
37
37. Curiga
38
38. Lagi Ingin Dimanja
39
39. Tidak Mau Mengakui
40
40. Tidak Ingin Ditinggal
41
41. Kenyataan Sebenarnya
42
42. Membisu
43
43. Ternyata Benar
44
44. Sandiwara
45
45. Mencoba Lagi
46
46. Waspada
47
47. Melakukannya Diam-diam
48
48. Tertusuk
49
49. Menyangkalnya
50
50. Tak Akan Kubiarkan
51
51. Tetap Selidiki
52
52. Terciduk
53
53. Memohon Maaf
54
54. Hukuman
55
55. Terpaksa
56
56. Amarah
57
57. Tersentak
58
58. Diperingatkan
59
59. Dipecat
60
60. Kedengkian
61
61. Putus Hubungan
62
62. Melamarmu
63
63. Happy
64
64. Kabar Baik
65
65. Anugerah Terindah
66
66. Tiga Bulan Kemudian
67
67. Ada racunnya
68
68. Diamankan...!
69
69. Ketegangan
70
70. Meninggal
71
71. Penyesalan Tiara
72
72. Badai Pasti Berlalu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!