Ada saja ulah orangtua yang menghalalkan segala cara untuk memanjakan anaknya demi kebutuhan si anak itu sendiri. Hanya sedikit orangtua yang sangat tegas pada anak-anaknya.
Hal itu yang terjadi pada Tiara saat ibunya akhirnya menyerah untuk meyakinkan dirinya dalam menerima perjodohan antara dirinya dan tuan Aslan.
"Sayang. Kenapa kamu harus bersedih kalau kamu sendiri belum menjalani kehidupan pernikahanmu?" membelai lembut rambut putrinya.
"Aku tidak akan menikahi pria tua yang papi jodohkan padaku, mami," tolak Tiara bersikukuh dengan prinsipnya.
"Tapi, pria itu adalah lelaki kaya yang akan membuat hidupmu bahagia. Lagipula ia tidak akan hidup lama dan kau hanya mengambil semua warisan yang ditinggalkannya," ucap nyonya Widia.
"Tidak mami. Tiara tidak akan pernah menikah dengan tuan Aslan," rengek Tiara menutupi wajahnya dengan selimut.
"Semuanya sudah diatur sedemikian rupa. Jika kamu membatalkannya maka perusahaan yang dikelola papimu sedang berada diambang bangkrut," jelas nyonya Widia dengan wajah sendu.
"Bukankah itu perusahaannya Linka? Kenapa bukan dia saja yang menikah dengan tuan Aslan. Kenapa harus aku yang jadi tumbalnya?" geram Tiara sambil cemberut.
"Perusahaan itu bangkrut karena ulah papimu yang menjalin bisnis dengan orang yang salah. Mitra bisnisnya itu menipunya. Ditambah lagi gaya hidup kamu yang harus mengenakan apapun dengan branded terkenal dan harganya kadang tidak masuk akal," geram nyonya Widia.
"Aku melakukan itu karena papi ku yang sudah berkerja keras selama ini demi membesarkan perusahaan itu yang selama ini semakin maju. Coba kalau Linka yang kelola, apakah dia sanggup melakukannya?" cibir Tiara membenarkan perbuatannya yang selalu hidup royal.
"Sudahlah Tiara....! Berhentilah membantah apa kata mami. Jika kamu memang tidak ingin menikah dengan tuan Aslan, kamu mau menikah dengan siapa?" tanya nyonya Widia.
"Jadi mami mau tahu lelaki seperti apa yang aku inginkan untuk menjadi suamiku? Dia adalah Dilan. Calon suaminya Linka. Selama ini aku diam-diam sangat mencintai Dilan," jujur Tiara.
Deggggg....
"Bukankah dia adalah tunangannya Linka? Kenapa harus Dilan, sayang? Dia hanya seorang dokter muda yang selama ini kuliahnya dibiayai oleh Linka. Apa yang kamu harapkan dari dokter kere itu, hah?"
"Setidaknya dia sangat tampan dan masih muda. Aku menginginkannya. Aku akan melakukan apa saja agar bisa mendapatkannya.
Kalau bukan dengan Dilan, aku tidak akan menikah dengan pria manapun sekalipun dia kaya," pekik Tiara membuat nyonya Widia hanya menarik nafas panjang.
Tanpa banyak bicara, nyonya Widia beranjak keluar meninggalkan kamar putrinya. Jauh dalam hatinya ia tidak ingin membuat hidup putrinya setress jika nekat menikahkannya dengan tuan Aslan.
Tapi dia juga tidak enak dengan Linka karena selama ini hidup mereka bergantung dengan perusahaannya Linka. Jika Linka mau, pasti Linka sudah mengambil alih perusahaan mendiang ayahnya karena usianya sudah dewasa.
Keesokan harinya, nyonya Widia menemui calon suaminya Linka yang saat ini sedang dinas di salah satu rumah sakit mewah yang ada di Jakarta.
"Tante. Apa kabar...! Apakah ada yang bisa saya bantu? Apakah Tante sakit?" cecar dokter Dilan.
"Alhamdulillah, Tante sangat sehat, nak Dilan. Maaf. Kedatangan aku ke sini hanya ingin memohon sesuatu kepadamu dan Tante berharap kamu bisa memenuhi harapan Tante ini, nak Dilan. Jika kamu mau memenuhi permintaan tante," ucap nyonya Widia hati-hati.
"Permintaan? Maksudnya apa Tante? Aku belum paham dengan ucapan Tante," ujar dokter Dilan.
"Sebelumnya aku minta maaf nak Dilan. Mungkin permintaan Tante ini terlalu berlebihan tapi, hanya ini satu-satunya cara agar perusahaan Tante selamat dari kebangkrutan," ucap nyonya Linka sendu.
"Maaf Tante. Bukankah Tante tahu kalau aku hanya seorang dokter dan aku tidak mungkin bisa membantu untuk meminjamkan...-"
"Bukan begitu nak Dilan. Tolong jangan salah paham dengan keluhan tante. Tante bukan minta bantuan kamu secara finansial tapi, Tante harap kamu mau membatalkan pernikahan kamu dengan Linka dan sebagai gantinya, tolong nikahi putriku Tiara dan biarkan Linka menikah dengan tuan Aslan karena hanya dia yang bisa membuat perusahaan kami kembali hidup," ucap nyonya Widia membuat dokter Dilan terhenyak.
Deggggg...
"Astaghfirullah halaziiim...!" batin dokter Dilan tidak menyangka jika Tante Widia tega menyakiti Linka.
"Jika kamu bersedia, Tante akan membangun rumah sakit untuk kamu atau jika kamu mau kamu bisa menanam saham di rumah sakit ini agar kamu bisa menjadi direktur utama di rumah sakit ini jika nilai saham kamu lebih besar dari yang lainnya.
Bukankah karirmu saat ini sedang meningkat pesat? Apalagi kamu adalah salah satu dokter bedah yang sangat handal dan membuat rumah sakit ini makin dikenal di kalangan konglomerat," bujuk nyonya Widia dengan pujian dan tawaran yang cukup menggiurkan bagi dokter Dilan.
Dokter Dilan hanya terdiam sambil merenungi setiap perkataan nyonya Widia. Melihat dokter Dilan hanya diam akhirnya nyonya Widia mohon pamit.
"Tidak usah dijawab sekarang dokter Dilan, pikirkan tawaranku. Karena kesempatan emas tidak akan datang dua kali dalam hidupmu," ucap nyonya Widia untuk menggoyahkan iman dan cintanya Dilan pada keponakannya Linka.
Dokter Dilan hanya mengantarkan nyonya Widia sampai di depan pintu ruang kerjanya. Setelah kepergian nyonya Widia, dokter Dilan mulai memikirkan tawaran nyonya Widia padanya.
"Kapan lagi aku bisa hidup menjadi pria kaya. Selama ini aku selalu menyusahkan Linka karena dia yang membiayai semua kebutuhan hidupku.
Sementara dia sendiri hidup menumpang pada pamannya yang kaya itu," lirih dokter Dilan yang tidak tahu bahwa perusahaan yang dikelola oleh tuan Alfiansyah adalah milik mendiang ayah kandungnya Linka.
Karena Linka tidak ingin cinta dokter Dilan padanya hanya karena hartanya. Linka hanya ingin merasakan cinta tulus kekasihnya itu. Linka berniat akan memberitahukan yang sebenarnya tentang apapun yang ia miliki jika mereka sudah sah menjadi suami istri.
Semakin dekat hari pernikahan Linka dan dokter Dilan, Dilan akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran nyonya Widia. Ia akhirnya meminta mereka bertemu dan harus ada perjanjian hitam diatas putih.
Karena dokter Dilan tidak mau tertipu oleh janji manis nyonya Widia padanya. Baginya pernikahannya dengan Tiara hanya sebuah ajang bisnis bukan karena cinta. Karena cintanya dokter Dilan hanya untuk Linka seorang.
Drettttttt....
Deringan ponselnya nyonya Widia terdengar nyaring membuat wanita paruh baya itu langsung mengangkatnya saat melihat layar ponselnya ada nama dokter Dilan.
"Semoga dokter Dilan memberikan kabar baik untukku," harap nyonya Widia cukup optimis.
"Bagaimana dengan tawaranku dokter Dilan?" tanya nyonya Widia yang lebih dulu bicara sebelum dokter Dilan menyapanya.
"Aku sudah memikirkannya dengan matang nyonya. Tapi, aku ingin kita bertemu sore ini di rumah sakit. Apakah nyonya punya waktu?" tanya dokter Dilan.
"Tentu saja dokter Dilan. Aku punya banyak waktu untukmu. Tapi, aku ingin jawaban pasti dari kamu dulu, dokter Dilan. Apakah kamu bersedia menikahi putriku?" cecar nyonya Widia.
"Insya Allah Aku bersedia menikahi Tiara asalkan nyonya memenuhi janji nyonya padaku tempo hari," ucap dokter Dilan yang tidak mau rugi.
"Baiklah. Siapkan surat perjanjiannya dan aku akan menepati janjiku," ucap nyonya Widia menyeringai puas.
Dokter Dilan mengakhiri obrolan mereka. Walaupun ia mendapatkan apa yang ia inginkan namun hatinya tiba-tiba merasa tidak tenang. Padahal sebelum ia menyampaikan niatnya pada nyonya Widia masih baik-baik saja.
"Ya Allah. Mengapa aku jadi tidak tenang seperti ini? Maafkan aku Linka. Hanya ini jalan satu-satunya aku bisa merubah nasib keluargaku yang bergantung kepadaku. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu.
Aku juga sangat mencintaimu. Tapi cinta saja tidak cukup Linka karena kehidupan kadang membuat seseorang harus berpikir realistis," lirih dokter Dilan mengusap wajahnya dengan kasar sambil menghembuskan nafasnya yang sedari tadi menyesakkan dadanya.
Nyonya Widia segera menemui putrinya begitu mendapatkan kabar baik dari dokter Dilan. Tanpa memikirkan perasaan Linka, ia dengan percaya diri melangkah lebih jauh untuk memenuhi keinginan putrinya.
"Tiara sayang. Tebak, apa yang akan mami sampaikan kepadamu?" tanya nyonya Widia saat putrinya sedang memakai masker kertas di wajahnya.
"Emangnya mami mau kasih kejutan apa untukku?" jengah Tiara yang tidak begitu tertarik dengan apa yang disampaikan oleh ibunya.
"Cih ..! Kau ini. Di kasih yang enak malah malas dengar. Yah sudah kalau begitu tidak jadi saja," ucap nyonya Widia pura-pura ngambek.
"Maafin Tiara mami. Emangnya mami mau kasih tahu kabar baik apa untuk aku?" tanya Tiara sedikit memelas manja pada ibunya.
"Dokter Dilan bersedia menikah denganmu, sayang," ucap nyonya Widia penuh binar.
"What...?!" sentak Tiara merasa sedang mimpi di siang bolong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
cobs mmpir dulu ah..!'
2024-06-05
1
Nurwana
saya tunggu penyesalan dilan.
2024-04-22
2
Agni aulia
ciri-ciri orang yang tidak akan pernah hidup bahagia karena selalu menghalalkan segala cara
2024-04-16
5