Linka terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena over dosis. Dokter menyatakan kalau Linka mengkonsumsi obat tidur yang terlalu banyak dan akan membuat kesadarannya menurun dan sulit untuk bangun lebih cepat.
Dokter menyuntikan obat penawar untuk memulihkan kesadaran Linka. Tuan Alfiansyah yang mendengar itu sangat murka atas perbuatan istrinya.
"Ya Allah. Untung aku pulang lebih cepat, kalau tidak entah bagaimana dengan nasib Linka. Dia akan tertidur sampai dua hari ke depan tanpa sepengetahuanku," lirih tuan Alfiansyah yang sengaja membawa Linka ke rumah sakit yang lain bukan rumah sakit di mana Dilan bekerja.
Dokter Risma menemui tuan Alfiansyah untuk menanyakan perihal Linka yang over dosis.
"Permisi tuan. Apakah putri anda mengalami depresi berat?" tanya dokter Risma.
"Saya kurang tahu dokter masalah anak muda. Justru saya baru ingin mengetahuinya jika dia sadar nanti," ucap tuan Alfiansyah untuk menutupi aib istrinya.
"Jika putri tuan mengalami depresi berat, saya akan merekomendasikan dokter psikologi terbaik di rumah sakit ini untuk melakukan konsultasi," saran dokter Risma yang mengira Linka sedang depresi.
"Tidak perlu dokter...! Putri saya baik-baik saja. Apakah saya boleh membawanya pulang?" tanya tuan Alfiansyah sambil melirik jam tangannya yang sudah pukul delapan malam.
Itu berarti istrinya sudah pulang ke rumah dan sepasang pengantin baru itu langsung ke hotel untuk melakukan bulan madu.
Akomodasi hotel dan negara tempat mereka bulan madu adalah pilihan Linka yang sudah booking dari tiga bulan yang lalu. Dokter Dilan hanya menerima beres tanpa mengeluarkan uang sepeserpun nantinya.
Walaupun Linka pernah mengatakan tidak akan melakukan perjalanan bulan madu ke luar negri pada pamannya namun ia terus didesak oleh dokter Dilan yang ingin sekali melihat kota Paris.
"Sepertinya pasien tidak bisa dibawa pulang sekarang. Pasien harus menjalani perawatan intensif untuk membersihkan darah dalam tubuhnya yang sudah terkontaminasi dengan dosis obat tidur yang berlebihan," ucap dokter Risma membuat tuan Alfiansyah makin cemas. Ia begitu takut jika Linka akan menanyakan penyebab dirinya bisa berada di rumah sakit.
"Ya Allah. Apa yang harus aku jawab jika Linka bertanya tentang kondisinya," batin tuan Alfiansyah.
Sekitar pukul 9 malam, nyonya Widia pulang ke rumahnya dalam keadaan bahagia namun juga sedikit kesal dengan suaminya yang tidak mendampingi dirinya menemani putri mereka di pelaminan.
Para pelayan sudah lebih dulu pulang untuk kembali ke aktivitas mereka masing-masing di mansion tersebut.
"Apakah kalian melihat suamiku?" tanya nyonya Widia pada dua orang pelayan yang menyambutnya saat ia memasuki ruang keluarga.
"Tuan membawa nona Linka ke rumah sakit, nyonya?" jawab kedua pelayan itu kompak.
"Apakah anak itu akan segera mati? Baguslah. Dengan begitu harta warisannya akan beralih kepada suamiku," menyeringai licik dan tidak mempedulikan kondisi Linka.
Ia melangkah masuk ke kamarnya dan ingin menghubungi putrinya Tiara namun ia tersenyum sendiri.
"Dasar bodoh...! Bukankah mereka akan merasakan malam pertama mereka?" gumam nyonya Widia mengurungkan niatnya.
Ia memilih berendam di dalam bathtub untuk merilekskan kembali tubuhnya yang terasa pegal setelah seharian menerima banyak tamu undangan dengan tetap tersenyum ditengah ledekan para tamu undangan yang merasa kalau Tiara telah merebut calon suami adik sepupunya.
"Terserah kalian mau menilai apa tentang putriku, yang jelas putriku sudah bahagia dengan pria impiannya," gumam nyonya Widia sambil menikmati lilin aroma terapi di sekitar bathtub-nya.
...----------------...
Saat ini dokter Dilan begitu kecewa pada Tiara saat mengetahui Tiara sudah tidak perawan lagi.
Kenikmatan yang tadi mereka raih bersama dengan gairah membara tiba-tiba lenyap kala dokter Dilan tidak mendapatkan bercak darah di atas seprei putih itu. Amarahnya dokter Dilan meledak seketika dan mulai mencaci maki Tiara.
"Ternyata kau sudah tidur dengan orang lain sebelum aku. Kau tidak lebih dari seorang jal*Ng ...! kau tidak seperti Linka yang tidak pernah ingin disentuh olehku walaupun itu hanya pegangan tangan," umpat dokter Dilan langsung menampar pipi Tiara.
Plakkk...
"Apakah terlalu penting sebuah keperawanan untukmu? Bukankah kamu lebih butuh uang yang banyak dan juga kedudukan tinggi? Pria kere sepertimu masih saja bermimpi menjadi seorang pangeran dan mengharapkan gadis perawan? Hah." Menarik sudut bibirnya dengan cibiran pedas." Dasar sampah....!" umpat Tiara yang hanya merasakan kenikmatan sesaat bersama suaminya.
"Kauuu....!"
"Apaaa ...?! Mau tampar lagi ..? Ayo tampar." Memberikan sebelah pipinya pada suaminya yang sudah mengangkat tangannya melayang di udara.
"Dasar wanita murahan...!" mengenakan pakaiannya lagi hendak keluar dari kamar hotel itu.
"Dilan....! Tolong jangan pergi...! Maafkan aku...! Aku khilaf...! Aku memang pernah tidur dengan pria lain dan itu saat aku masih SMA. Pergaulanku cukup tidak terkontrol saat itu.
Aku mohon maafkan aku...! Aku hanya melakukannya sekali. Yah, hanya sekali," jujur Tiara sambil bersimpuh di kaki suaminya yang langsung mendorong tubuhnya hingga terjengkang.
"Aku mau kita tidur sendiri-sendiri malam ini dan tidak ada acara bulan madu. Aku tidak mau menggauli wanita bekas.
Walaupun aku miskin dan tak punya apapun untuk dapat dibanggakan dihadapanmu, tapi aku pria yang tahu etika dan bisa menjaga martabat keluarga. Hanya itu caraku untuk mempertahankan kehormatanku," balas dokter Dilan lalu beranjak keluar dari kamarnya.
"Dilaaaannnn.....! Jangan pergi...! Aku mohon....!" jerit pilu Tiara yang harus menelan kecewa di malam pengantinnya.
Kebahagiaannya pupus sesaat hanya sebuah nilai keperawanan yang sangat diinginkan oleh dokter Dilan.
Keesokan harinya, Linka mulai mengerjapkan matanya sambil melihat keadaan sekitarnya. Nuansa putih dengan tirai coklat muda di ruang inap VVIP itu yang dilengkapi peralatan medis menjadi pemandangan pertama yang dilihatnya.
"Ya Allah. Apa yang terjadi kepadaku? Kenapa aku tiba-tiba berada di rumah sakit?" gumam Linka melihat di sekitarnya dan tidak ada orang sama sekali.
Cek....lek...
Pintu dibuka dan terlihatlah pamannya yang terlihat senang saat Linka sudah siuman.
"Alhamdulillah. Akhirnya kamu siuman juga sayang," serak tuan Alfiansyah menahan rasa harunya.
"Paman. Mengapa aku bisa berada di sini? Di mana kebaya pengantinku? Paman, bukankah aku seharusnya menikah sekarang? Bagaimana dengan Dilan?
Dia pasti marah karena menungguku terlalu lama. Aku harus bicara padanya," cecar Linka tanpa jedah membuat pamannya hanya bisa menarik nafas panjang.
Hatinya seakan tercabik-cabik saat ini. Gadis lugu yang masih mengharapkan seorang pria yang telah mengkhianatinya. Entah apa yang dipikirkan Dilan yang tega melepaskan begitu saja berlian suci seperti Linka.
"Paman. Kenapa paman diam? Oh iya kenapa pintu kamarku bisa terkunci dan ponselku hilang dari kamarku. Apakah paman melihat ponselku? Tapi, aku ingin menghubungi Dilan sekarang. Aku ingin minta maaf kepadanya.
Mungkin kami bisa langsung menikah di kantor agama saja. Tidak usah pesta atau bulan madu. Yang penting kami bisa menikah." Linka masih saja nyerocos karena pamannya masih diam seribu bahasa.
"Paman. Apakah paman tidak mendengarkan aku? Tolong belikan ponsel untukku...! Tapi aku harus menghubungi Dilan. Tolong berikan ponsel paman...!" menengadahkan satu tangannya ke arah pamannya sambil mengangguk kepalanya sebagai isyarat permohonan.
"Linka. Bolehkah paman bicara padamu, sayang? paman akan menjelaskan semuanya. Namun sebelumnya kamu harus mempersiapkan mentalmu karena apa yang kamu dengar nanti itu akan sangat menyakitkan hatimu," ucap tuan Alfiansyah menahan getaran suaranya yang bercampur tangis yang tercekat di kerongkongannya.
"Apakah semuanya baik-baik saja paman? Apakah terjadi sesuatu pada Dilan? Apakah dia kecelakaan? Sehingga kalian mengunci pintu kamarku? Apakah karena itu aku pingsan dan dibawa ke rumah sakit ini?" masih berpikir positif pada keluarganya.
"Linka...! Tolong tenangkan dirimu, nak. Paman yakin Allah punya rencana yang indah untuk membuat kamu lebih bahagia. Namun sebelumnya paman ingin minta maaf kepadamu karena paman telah gagal menjadi orangtua pengganti untukmu dan ayah yang buruk untuk putriku Tiara," ucap tuan Alfiansyah makin membuat Linka tidak mengerti.
"Kenapa bawa-bawa nama Tiara, paman? Apa hubungannya Tiara dengan pernikahanku?" tanya Linka dengan suara lirih.
"Karena Tiara tidak ingin menikah dengan tuan Aslan. Sebagai gantinya dia yang telah menggantikan tempatmu sebagai pengantinnya dokter Dilan," ucap tuan Alfiansyah melepaskan beban di dadanya yang menumpuk sedari kemarin.
Duarrrr...
Linka memegang dadanya dengan bulir bening memenuhi kelopak mata indahnya. Rasanya ini hanya sebuah prank baginya tapi ini memang nyata karena pamannya tidak mungkin membohonginya.
"Ya Allah. Ini tidak mungkin...!" menggelengkan kepalanya yang langsung berdenyut sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Uba Muhammad Al-varo
kisah hidup cintanya Linka yang sangat menyedihkan.
2024-10-14
0
Juan Sastra
untuk dilan syukur,, dan benarkan kata tiara kamu hanya mau uang dan kedudukan
2024-06-08
2
Edy Sulaiman
mantap Dilan dpt yg seken...hhhh
2024-06-05
1