Chap 15

Pagi ini Ara memberanikan diri untuk memastikan jika dirinya tidak sedang hamil. Ia menatap dengan gemetar tespack di tangannya. Perlahan Ara mengamati garis dua berwarna merah yang terlihat pada benda itu. Seketika tangis Ara pecah, ia memukul perutnya karena frustasi.

Kenapa? Kenapa aku hamil? aku belum siap!

Ara mengikat rambutnya, ia segera berganti pakaian lalu menyambar kunci mobilnya. Ara pergi ke rumah keluarga Hermanto tentu saja untuk menemui Reno.

***

Di ruang makan keluarga Hermanto sedang menikmati sarapan sembari sesekali bergurau seperti biasanya. suasana yang cair itu tiba-tiba berubah ketika Ara datang dengan berlinang air mata.

Reno bangkit dari duduknya menghampiri gadis itu. ia hampir menyentuh pipi Ara yang banjir air mata tapi Ara menepis tangannya.

"Ara..." Reno nampak bingung, begitupun tuan dan nyonya Hermanto.

Ara melemparkan benda kecil berwarna biru itu ke arah Reno. benda itu terjatuh ke lantai, Reno mengambilnya lalu mengamati hasil yang terlihat disana. wajahnya memucat ia tahu sekarang arti dari tangisan Ara.

Ara memukuli dada Reno dengan kasar saking emosi, sedih, kesal bercampur jadi satu.

"Ara, ...Ara ....." kata Reno lirih ia memandang Ara setengah putus asa tidak tahu lagi bagaimana menenangkan gadis itu. Pada akhirnya Reno meraih bahu Ara kedalam pelukannya.

Papi dan mami ikut tegang apa lagi Ara sepertinya marah sekali pada Reno. keduanya hanya bisa diam mengamati Reno dan Ara yang masih berpelukan. Reno terlihat berusaha mencoba menenangkan Ara.

Setelah situasi sedikit tenang, papi dan mami mengajak Reno dan Ara duduk di ruang tengah.

"Ada apa sebenarnya Ren?" tanya papi cemas.

"Pi Ara...hamil" jawab Reno sembari menggenggam tangan Ara yang duduk di sampingnya.

"Ha...hamil?!" papi dan mami serentak menjawab saking terkejutnya. Keduanya terlihat bingung.

"Hamil dengan siapa? Ara kan belum menikah?!" mami histeris.

"Ini salah Reno mi, pi" Reno masih menggenggam tangan Ara.

Papi menghela napas ia sudah tahu dengan jawaban singkat Reno. Tidak perlu lagi panjang lebar bertanya secara detail. Ia akhirnya juga tahu kenapa kemarin Reno minta papinya melamar Ara pada keluarga Budiman..

"Ren papi kecewa kenapa sampai hal ini terjadi! Tapi yang jelas om Budiman jauh akan lebih kecewa lagi! Kau harus bertanggung jawab dan bicara baik-baik pada keluarga Budiman" kata papi.

"Iya pi, Reno pasti bertanggung jawab"

Tangis Ara kembali pecah, mami langsung tanggap berpindah tempat duduk lalu memeluk Ara.

"Sekarang juga datangi om budiman dan akui perbuatan mu pada Ara, sekalipun ia meludahi dan memukul mu kau tetap harus bertanggung jawab pada kehamilan Ara!"

"Iya pi"

Ketegangan berpindah pada keluarga Budiman. Di ruang utama terlihat tuan dan nyonya Budiman lalu tuan dan nyonya Hermanto beserta Reno dan Ara yang sedang di sidang.

Tuan Budiman sangat marah dan kesal pada Reno. Tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Ara sudah hamil anak Reno.

"Tidak ada jalan lain selain pernikahan!" kata tuan Budiman.

"Kami setuju" jawab tuan Hermanto.

"Pernikahan akan diadakan di rumah ini secepatnya, Reno, Ara kalian siap tidak siap harus segera melangsungkan pernikahan!" kata tuan Budiman.

Reno menatap Ara, melihat gadis itu bersedih dan menangis terus, hati Reno hancur. Reno sama sekali tidak keberatan menikahi Ara. Ia memang mencintai Ara sejak lama. Tapi nampaknya cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Gadis itu masih berharap cinta yang lain.

"Tapi Ara hanya menganggap Reno sebagai sahabat pa!" jawab Ara.

"Ayolah Ara sayang perut mu akan semakin membesar! Cinta urusan kesekian lagipula kau dan Reno juga sudah saling mengenal dekat sejak kecil! Apa lagi yang kurang?!" omel tuan Budiman.

"Begini saja om jika Ara bersikeras tidak mencintai saya dan tidak ingin bersama dengan saya menjalani rumah tangga, setidaknya biarkan sampai anak itu lahir. Saya bersedia merawatnya sendiri" kata Reno yang langsung membuat para orang tua terharu.

Ara menatap Reno, perasaannya campur aduk sekarang. Ia melangkah pergi ke kamarnya menangis sejadinya. Sementara Reno pergi dengan mobilnya untuk ke kantor. Mau seperti apapun situasinya pria harus tetap logis, ia harus tetap pergi bekerja.

Tuan Budiman dan tuan Hermanto saling berpelukan.

"Sudah aku bilang kita pasti jadi besan!" kata tuan Hermanto.

"Hmmm meski caranya salah tapi apa boleh buat, dari pada Ara menikah dengan pria tidak jelas bobot bibit dan bebetnya lebih baik memang dengan Reno.." jawab tuan Budiman.

Terpopuler

Comments

Reni Anjarwani

Reni Anjarwani

doubel up thor

2024-03-11

1

Intan Permata

Intan Permata

lnjuutt

2024-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!