17 : Keadaan Terbaru Hasan

Kedua kelopak mata Hasan bergerak-gerak dan nyaris terbuka. Mereka yang sempat Hasan sebut sebagai majikan, mengawasi Hasan dengan seragam kesehatan khusus. Sebab kini, Hasan memang masih menempati ruang ICU.

Sepanjang usaha yang terlihat sangat sulit tersebut, Hasan melihat awal mula pertemuannya dengan Cinta. Saat Hasan baru saja berhasil mengambil ponsel di dekat kakinya ketika ia mengemudikan mobilnya. Namun, saat itu Hasan malah tak sengaja menabrak Cinta—baca novel : Rujuk Bersyarat Turun Ranjang.

Selanjutnya, kebersamaan Hasan dan Cinta juga terus terputar di ingatan Hasan. Benar-benar semuanya termasuk itu ketika Cinta menangis sesenggukan karena ia tinggal. Hanya saja, semua adegan tersebut dalam keadaan hitam putih yang teramat buram. Malahan, Hasan tak sampai mengenali bahwa pria yang ia lihat di ingatan dan bersikap sangat manis kepada si wanita, merupakan dirinya.

Terakhir, Hasan teringat adegan kereta api yang melaju sangat kencang dan sudah ada di pelupuk matanya. Detik itu juga kedua mata Hasan terbuka. Hasan sadar dan membuat ketiga sosok majikan yang sebenarnya merupakan orang tua sekaligus kembarannya, makin berlinang air mata.

Ibu Cinta dan pak Syam, yang memang orang tua Hasan, kompak sujud syukur di lantai. Sementara Hasna yang sudah sesenggukan dan menjadi orang pertama yang melihat jemari tangan Hasan bergerak-gerak, berangsur menatap Hasan dari jarak dekat.

Tak banyak respons yang Hasan berikan. Mulutnya yang tersumpal selang ventilator tetap diam. Sementara wajahnya yang sangat bersih, mengiringi tatapan penuh terka kepada Hasna.

Tim dokter yang menangani Hasan berdalih, apa yang terjadi pada Hasan terbilang normal karena Hasan telah mengalami koma selama dua bulan. Syaraf termasuk kinerja otak Hasan pasti belum bisa bekerja dengan semestinya. Sebab masih bisa bertahan setelah kecelakaan dahsyat yang dialami saja, apa yang Hasan alami termasuk mukjizat.

“Aku terluka parah? Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku bisa terluka parah, sementara hal terakhir yang aku ingat, aku mau ke Jakarta buat urus pekerjaan dengan mas Sabiru. Ini aku kecelakaan saat perjalanan ke Jakarta, apa bagaimana?” batin Hasan yang sekadar menggerakkan lidah saja, belum bisa.

“Hasan! Hasan, kamu ingat aku, kan? Aku Hasna kakak kamu. Dua bulan ini kamu koma, dan kami semua mengkhawatirkan kamu. Kami semua menyayangimu!” ucap Hasna tersedu-sedu kembali menggenggam jemari tangan Hasan menggunakan kedua tangannya. Hasna bahkan sampai menc.iumi tangan kanan Hasan yang ia genggam lantaran Hasan tetap saja diam.

“Kak Hasan!” Suara barusan merupakan suara Cinta. Hasan terngiang-ngiang, tapi suara tadi tak sampai disertai penampakan.

“Kak Hasan!” Lagi, suara Cinta terdengar tanpa disertai penampakan. Hingga Hasan jadi mencari-cari meski sampai detik ini, Hasan baru bisa melakukannya melalui tatapan.

“Hasan, kamu cari apa?” bingung Hasna lantaran sang kembaran menjadi berlinang air mata. Hasan yang ia yakini tengah berusaha mencari sosok atau sesuatu, juga ia yakini kebingungan.

Hasna berpikir apa yang Hasan alami masih wajar karena Hasna mengaitkannya dengan kecelakaan yang menimpa adiknya itu. Karenanya, Hasna berinisiatif memberikan pelukan.

***

“Kak Hasan!” Suara Cinta kembali menghiasi benak Hasan, memanggilnya dan terus mengusik Hasan. Suara yang membuat jantung Hasan berdetak lebih kencang. Hasan yang akhirnya mulai bisa berjalan setelah menjalani sederet terapi, berniat mencari tahu.

“Suara cewek, ... terus aku dengar, apa jangan-jangan, ... suara demit yang minta tolong karena dia jadi korban kecelakaan bareng aku juga?”

“Mana kata kamu, ponsel dan semua barang-barang milikku juga hilang dan disinyal.ir ikut terbakar karena kaki kanan aku saja terbakar.”

Lebih tepatnya, dari semua yang di travel, Hasan menjadi satu-satunya korban yang selamat. Padahal, harusnya Hasan menjadi orang pertama yang ditabrak kereta. Entah apa yang sebenarnya terjadi karena Hasan saja lupa.

“Kamu beneran mau dirukiyah?” balas Hasna yang masih menemani setiap langkah Hasan.

Di halaman rumah mereka yang luas dan sampai dihiasi lapangan basket, Hasna tengah melatih motorik Hasan. Sebab dua bulan koma membuat gerak Hasan jadi sangat terbatas.

“Aku sudah bisa lari, Hasna. Kamu jangan khawatir begitu!” ucap Hasan.

“Gimana aku enggak khawatir, sementara aku melihat semata-mata kepalamu terus mengeluarkan dara.h. Dan tubuhmu pun lemas beneran kayak enggak bertulang!” balas Hasna terbilang mengomel.

Di bawah terik matahari pagi, Hasna sengaja memutar-mutar pelan persendian kedua kaki Hasan. Namun, ulahnya tersebut malah membuat Hasan cekikikan kegelian.

Setelah menyaksikan sang adik akhirnya berhenti tertawa, Hasna tetap berlutut di hadapan Hasan yang duduk selonjor. “Hasan, ... beneran enggak ada yang kamu ingat? Aku beneran penasaran. Apalagi, saudara kita yang di Jakarta bilang, selama kamu belum pulang, kamu enggak tinggal atau sekadar interaksi dengan mereka,” lembut Hasna yang memang berbicara sangat hati-hati. Hasna tak mau melukai Hasan hanya karena pertanyaannya.

“Aku penasaran, ... selama itu, kamu ngapain saja? Kamu enggak sampai disakit.i orang apa gimana, kan?” lanjut Hasna yang kemudian memeluk Hasan. Wajahnya diru.ndung kesedihan seiring air mata yang akhirnya berlinang.

“Aku ....” Hasan berpikir keras dan berusaha menjawab.

“Harusnya sih enggak ada yang penting. Kalaupun sampai ada yang jahat ke kamu, ... aku doakan dia atau mereka kena az.ab!” ucap Hasna yang buru-buru mengakhiri pelukannya.

Hasna berangsur berdiri. Ia mengulurkan kedua tangannya kepada Hasan dan bermaksud membantu Hasan berdiri.

“Kamu beneran sedih karena aku, atau efek gelud sama Rain?” ucap Hasan sengaja mele.dek Hasna. Ia tersenyum jail kemudian buru-buru berdiri. Ia memeluk Hasna dan menc.ium gemas pipi Hasna. Detik itu juga, Hasan kembali mendengar suara Cinta yang memanggil-manggil nama Hasan.

“Kabar terakhir hubungan kami, ... dia ngajak aku pacaran lagi, tapi aku tolak. Aku sengaja tantang dia nikahin aku langsung. Coba lihat, berani enggak dia datang ke rumah kita!” ucap Hasna, tapi lawan bicaranya malah melamun.

“Ini aku kenapa?” pikir Hasan terus bertanya-tanya.

Ketika Hasan bercermin di cermin rias dalam kamarnya yang megah, Hasan juga seolah tidak mengenali dirinya. “Ada yang hilang, tapi aku tidak mengetahuinya. Sementara suara wanita itu ... siapa ya?”

Hasan sudah memakai pakaian rapi dan siap kembali mengurus pekerjaan di kantor. Hasan memakai kemeja lengan panjang warna putih dan baginya ada yang aneh. “Padahal ya biasa saja, tapi kok kayak ada yang aneh.”

Namun, Hasan mendadak melihat bayang-bayang wanita tengah mengambil kemeja lengan panjang warna putih, penuh keceriaan. Wanita tersebut memakaikan kemeja putih pilihannya pada seorang pria yang baru saja melepas kemeja warna biru tua.

“Sebenarnya wanita ini siapa? Kenapa dia selalu hadir di ingatan aku? Masa iya, dia beneran arwah yang sedang meminta pertolongan ke aku?”

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Hasan lupa pada keina

2024-03-07

0

Mimin Saminah

Mimin Saminah

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2024-03-01

0

Firli Putrawan

Firli Putrawan

y ampun kasian bgt s😭😭😭

2024-02-28

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2 2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3 3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4 4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5 5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6 6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7 7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8 8 : Perkara Kontrakan
9 9 : Mulai Bahagia
10 10 : Sudah Sangat Sayang
11 11 : Tetangga Baru
12 12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13 13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14 14 : Tersentak
15 15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16 16 : Sudah Dua Bulan
17 17 : Keadaan Terbaru Hasan
18 18 : Namanya Juga Hasan
19 19 : Tamu Dari Kampung
20 20 : Penjelasan Cinta
21 21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22 22 : Terlalu Berat (Revisi)
23 23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24 24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25 25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26 26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27 27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28 28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29 29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30 30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31 31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32 32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33 33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34 34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35 35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36 36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37 37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38 38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39 39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40 40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41 41 : Setelah Kecelakaan
42 42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43 43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44 44 : Efek Amnesia
45 45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46 46 : Kehamilan Elza
47 47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48 48 : Kembali Menikah
49 49 : Paket Komplit
50 50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51 51 : Ingin Bahagia
52 52 : Tetangga Meresahkan
53 53 : Ingin Hamil
54 54 : Kehamilan = Keajaiban
55 55 : Dilema
56 56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57 57 : Persalinan Impian
58 58 : Alhamdullilah
59 59 : Pasca Melahirkan
60 60 : Tentang Kita
61 61 : Bian, Bolang Sejati.
62 62 : Elra
63 63 : Diantup Tawon
64 64 : Penerus Terpilih
65 65 : Tetangga Rasa Keluarga
66 Sampai Jumpa
67 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68 Promo Novel update Setiap Hari
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2
2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3
3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4
4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5
5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6
6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7
7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8
8 : Perkara Kontrakan
9
9 : Mulai Bahagia
10
10 : Sudah Sangat Sayang
11
11 : Tetangga Baru
12
12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13
13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14
14 : Tersentak
15
15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16
16 : Sudah Dua Bulan
17
17 : Keadaan Terbaru Hasan
18
18 : Namanya Juga Hasan
19
19 : Tamu Dari Kampung
20
20 : Penjelasan Cinta
21
21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22
22 : Terlalu Berat (Revisi)
23
23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24
24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25
25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26
26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27
27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28
28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29
29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30
30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31
31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32
32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33
33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34
34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35
35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36
36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37
37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38
38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39
39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40
40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41
41 : Setelah Kecelakaan
42
42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43
43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44
44 : Efek Amnesia
45
45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46
46 : Kehamilan Elza
47
47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48
48 : Kembali Menikah
49
49 : Paket Komplit
50
50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51
51 : Ingin Bahagia
52
52 : Tetangga Meresahkan
53
53 : Ingin Hamil
54
54 : Kehamilan = Keajaiban
55
55 : Dilema
56
56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57
57 : Persalinan Impian
58
58 : Alhamdullilah
59
59 : Pasca Melahirkan
60
60 : Tentang Kita
61
61 : Bian, Bolang Sejati.
62
62 : Elra
63
63 : Diantup Tawon
64
64 : Penerus Terpilih
65
65 : Tetangga Rasa Keluarga
66
Sampai Jumpa
67
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68
Promo Novel update Setiap Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!