4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)

Niat Hasan meminta bantuan polisi untuk mengantarnya pulang, mendadak redam. Sebab ketulusan seorang Cinta yang begitu memperhatikannya, membuat Hasan memiliki keinginan berbeda. Bersama Cinta, Hasan ingin menjalani hidup mandiri. Kehidupan tanpa bantuan siapa pun, bahkan orang tuanya yang memang merupakan orang berada. Hasan ingin menjalani percintaan romantis tanpa campur tangan siapa pun.

“Sepertinya bakalan seru andai kami tinggal di kontrakan atau malah rumah KPR! Kami sama-sama kerja, atau aku yang kerja, dia tetap di rumah dan menunggu aku pulang,” pikir Hasan. Baru ia sadari, kebersamaannya dengan Cinta, membuat dadanya berdebar-debar.

“Kok jadi bahagia gugup begini, ya?” pikir Hasan lagi hanya karena tengah disuapi oleh Cinta.

Cinta yang meski masih diinfus, sengaja mengurus Hasan. “Sampai hari ini kita masih bisa makan karena masih diberi jatah pihak rumah sakit. Namun sepertinya, pengobatanku akan segera berakhir,” ucap Cinta yang merasa bingung dengan masa depan mereka.

Cinta belum bisa menerka masa depannya dan Hasan. Keadaan mereka yang sama-sama sakit. Juga mereka yang tak memiliki sepeser pun uang, bahkan mereka tak memiliki tujuan untuk sekadar dimintai bantuan. Semua itu membuat masa depan mereka terasa suram.

Hasan terdiam karena ia sadar, wanita yang ia nikahi dan otomatis merupakan istrinya, sedang mengeluhkan masa depan mereka.

“Kamu bisa menghubungi bos kamu dulu? Biaya rumah sakit kan harus dibayar,” ucap Cinta lagi.

“Masalahnya aku beneran enggak hafal nomor siapa pun. Andai aku hafal, pasti aku sudah menghubungi nomor orang tuaku,” ucap Hasan yang dalam hatinya berdalih keceplosan. “Harusnya aku jangan bilang kalau aku masih punya orang tua!” sesalnya dalam hati jadi ketar-ketir sendiri.

Mendengar balasan Hasan, pandangan Cinta sempat menjadi sangat gelap. Cinta merasa sangat pusing karena sadar, mereka tidak memiliki masa depan. Hanya saja, Cinta sudah telanjur merasa, Hasan merupakan bagian dari hidupnya. Karena meski Hasan juga yang membuatnya amnesia, sejauh ini Hasan masih sangat tanggung jawab kepadanya.

“Ya Allah, ... pakaian kami bahkan masih sama dengan pakaian kemarin. Pakaian yang sempat penuh darah sekaligus basah oleh hujan, kini sudah mengering. Jadi jangankan masa depan, sekarang enggak gila saja, untung!” batin Cinta.

Berbeda dengan Hasan, Cinta yang lebih memikirkan nasib mereka memang jauh lebih cepat sehat. “Sepertinya aku memang tipikal wanita pemikir hebat,” batin Cinta. Sambil menenteng botol infus, ia menemui polisi yang berjaga di depan ruang rawatnya.

Karena adanya Cinta dan Hasan di rumah sakit juga efek jalur polisi, sampai kini pun, mereka masih diawasi polisi.

“Untuk kasus Mbaknya, sudah mulai ditangani dan semua terduga pelaku, sudah diamankan. Termasuk barang bukti yaitu sebuah mobil mewah yang remuk,” jelas polisi yang berjaga dan langsung membuat Cinta lega.

Cinta juga mendadak memiliki pemikiran untuk menuntut ganti rugi. “Soalnya karena kejadian tersebut, selain kami yang jadi babak belur begini, bahkan mobil Hasan hancur, isi dompet sekaligus ponsel Hasan juga dicuri, Pak!”

Diam-diam, apa yang Cinta upayakan membuat Hasan makin yakin, bahwa Cinta memang bukan wanita sembarangan.

“Coba nanti tolong sita beberapa bukti video pas kejadian ya, Pak. Ini tolong banget. Biar pelaku yang sampai tega ambil dompet sekaligus ponsel Hasan, ketahuan. Kami merasa sangat dirugikan karena ulah mereka. Jangankan tempat tinggal, uang buat makan termasuk bayar rumah sakit saja, kami enggak punya. Kami bahkan enggak punya tujuan karena selain saya amnesia, Hasan juga pelupa. Hasan tidak hafal nomor ponsel siapa pun dan ini bikin kami makin sulit.” Cinta masih berucap tegas.

“Untuk biaya pengobatan, Mbaknya jangan khawatir. Karena biaya pengobatan Mbak dan Masnya, akan ditanggung oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau itu LPSK. Nanti saya bantu memenuhi persyaratannya. Jadi mohon kerja samanya yah, Mbak!” ucap polisinya yang memang sangat mengayomi Cinta.

Balasan dari polisi barusan benar-benar membuat Cinta lega. Cinta sampai menangis sambil menyalami tangan si polisi sebagai rasa terima kasihnya.

“Makasih banyak, Pak!” ucap Cinta di sela tangisnya.

“Alhamdullilah ya Allah. Keputusanku mendatangi kantor polisi benar-benar tepat! Enggak kebayang jika yang kupilih justru bunuh diri. Pasti yang ada semuanya makin sia-sia!” batin Cinta sambil kembali menghampiri Hasan.

Tak berselang lama dari kabar baik yang Cinta dapatkan mengenai kasusnya, polisi yang masih berjaga juga mengabarkan perkembangan kasus Cinta. Bahwa semua terduga pelaku sudah ditetapkan menjadi tersangka.

“Wah, cepat ya!” ucap Hasan dan Cinta nyaris bersamaan.

Kemudian setelah kabar baik tersebut, Cinta yang memang tipikal pemikir keras, mempertanyakan asal-usul Hasan. Namun, Hasan yang telanjur ingin menjalani kehidupan mandiri bersama Cinta, lagi-lagi kembali berbohong. Hasan sengaja mengklarifikasi pengakuan sebelumnya yang sempat mengaku memiliki orang tua.

“Sejak kecil aku sudah yatim piatu. Aku ikut bibiku. Jadi, beneran enggak enak kalau aku mengabarinya, sementara keadaanku, ... keadaan kita begini,” ucap Hasan memasang wajah sedih.

Hasan berusaha agar Cinta percaya, bahwa dalam hubungan sekaligus pernikahan mereka hanya ada mereka berdua. Mereka tidak memiliki keluarga, apalagi orang tua yang bisa dijadikan panutan sekaligus mereka andalkan.

Diam-diam, Hasan memperhatikan perubahan ekspresi Cinta, melalui lirikannya. “Satu bulan saja, biar kita hidup mandiri. Setelah itu, aku janji, aku akan membawamu menemui orang tuaku,” batinnya. “Apalagi harusnya, satu bulan sudah cukup membuat bekas luka-luka kita tidak begitu kentara.

“Terus, ... apa rencana kamu buat ke depannya? Paling tidak kita harus punya tempat tinggal. Kita juga harus punya identitas agar kejadian dihakimi seperti kemarin, enggak kita alami lagi,” ucap Cinta yang juga langsung berdalih akan turut bekerja. Cinta menyampaikannya dengan tegas tak lama setelah Hasan berdalih akan langsung bekerja jika sudah keluar dari rumah sakit.

“Untuk urusan tempat tinggal, kita bisa meminta bantuan polisi buat balikin uangku yang dicuri, kan? Soalnya andai iya, uangku masih cukup buat sewa kontrakan bahkan makan,” ucap Hasan.

“Owh ...?” refleks Cinta yang jadi berpikir keras, ternyata Hasan memiliki banyak uang. “Oh iya ... kemarin saja, biaya pengobatanku harusnya mahal, kan?” pikirnya jadi curiga. Kenapa seorang Hasan yang mengaku hanya berprofesi sebagai sopir, bisa membiayai biaya pengobatannya di rumah sakit dan harusnya tidak murah?

Namun, Hasan yang yakin Cinta mulai mencurigainya, sengaja berkata, “Kebetulan, uang itu sisa tabungan hasil kerjaku selama ini. Kemarin kan biaya buat pengobatan kamu ... ya pokoknya itu sisanya!”

“Oh ...,” refleks Cinta yang kemudian mengangguk pasrah. “Masuk akal sih kalau itu uang tabungannya selama ini. Ibaratnya kan, dia ini yatim piatu. Dan sepertinya, dia tipikal yang bisa nyimpen uang,” batin Cinta yang kemudian memilih tidur.

“Kok rasanya jadi enggak enak gini, ya?” batin Hasan yang jadi merasa bersalah atas kebohongan yang terus ia lakukan. Apalagi ketika ia melihat ekspresi Cinta yang jadi terlihat sangat sedih.

“Ayo tidur. Nikmati yang sudah ada karena belum tentu, besok masih ada bantal atau setidaknya tempat tidur layak. Semuanya beneran baru dimulai, tapi aku enggak perlu takut. Cukup kerja dan cari uang sebanyak mungkin, aku pasti bisa hidup. Semoga, Hasan juga bisa diandalkan. Semoga, Hasan bukan pria bajingan yang maunya cuma senang-senang. Dan Semoga, Hasan tetap jadi pria tanggung jawab seperti awal kami mengenal!” batin Cinta yang perlahan meringkuk membelakangi Hasan.

Mereka masih bertahan di ranjang rawat masing-masing. Namun, Cinta terlalu malu membiarkan orang lain apalagi Hasan, melihatnya dalam keadaan seperti sekarang. Luka dan jejak penghakiman yang Cinta dapatkan, membuat Cinta kehilangan kecantikannya. Penampilannya yang sekarang membuat Cinta merasa sangat tidak percaya diri.

“Yang aku herankan, jika orang tuaku masih ada. Atau setidaknya pasangan, maupun keluargaku memang ada, kenapa mereka tidak mencari aku? Lapor polisi pun, polisi sama sekali tidak mempermasalahkan aku. Dengan kata lain, memang belum ada laporan kehilangan untuk aku,” batin Cinta lagi, dan menjadi sangat sedih. Cinta sampai berlinang air mata, tapi kali ini, ia tak sampai bersuara.

Sudah amnesia total, dan sampai sekarang juga belum ada kabar pasti dari pihak kepolisian. Karena memang, Hasan dan Cinta sudah melaporkan mengenai kecelakaan yang mereka alami dan sampai membuat Cinta amnesia.

Terpopuler

Comments

Muhammad Fauzi

Muhammad Fauzi

pak syam pasti heboh kalo tau anaknya dapat musibah gini.

2024-03-24

0

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Hasan kenapa tidak jujur saja

2024-03-07

0

Wurry

Wurry

si Hasan kan jenius, wkt kecil di novel orgtuanya, sama Hasna di "kembar genius kesayangan boss mafia kejam"
knp udh gedenya jd pelupa ya

2024-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2 2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3 3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4 4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5 5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6 6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7 7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8 8 : Perkara Kontrakan
9 9 : Mulai Bahagia
10 10 : Sudah Sangat Sayang
11 11 : Tetangga Baru
12 12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13 13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14 14 : Tersentak
15 15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16 16 : Sudah Dua Bulan
17 17 : Keadaan Terbaru Hasan
18 18 : Namanya Juga Hasan
19 19 : Tamu Dari Kampung
20 20 : Penjelasan Cinta
21 21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22 22 : Terlalu Berat (Revisi)
23 23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24 24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25 25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26 26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27 27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28 28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29 29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30 30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31 31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32 32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33 33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34 34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35 35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36 36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37 37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38 38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39 39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40 40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41 41 : Setelah Kecelakaan
42 42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43 43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44 44 : Efek Amnesia
45 45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46 46 : Kehamilan Elza
47 47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48 48 : Kembali Menikah
49 49 : Paket Komplit
50 50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51 51 : Ingin Bahagia
52 52 : Tetangga Meresahkan
53 53 : Ingin Hamil
54 54 : Kehamilan = Keajaiban
55 55 : Dilema
56 56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57 57 : Persalinan Impian
58 58 : Alhamdullilah
59 59 : Pasca Melahirkan
60 60 : Tentang Kita
61 61 : Bian, Bolang Sejati.
62 62 : Elra
63 63 : Diantup Tawon
64 64 : Penerus Terpilih
65 65 : Tetangga Rasa Keluarga
66 Sampai Jumpa
67 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68 Promo Novel update Setiap Hari
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2
2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3
3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4
4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5
5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6
6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7
7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8
8 : Perkara Kontrakan
9
9 : Mulai Bahagia
10
10 : Sudah Sangat Sayang
11
11 : Tetangga Baru
12
12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13
13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14
14 : Tersentak
15
15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16
16 : Sudah Dua Bulan
17
17 : Keadaan Terbaru Hasan
18
18 : Namanya Juga Hasan
19
19 : Tamu Dari Kampung
20
20 : Penjelasan Cinta
21
21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22
22 : Terlalu Berat (Revisi)
23
23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24
24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25
25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26
26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27
27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28
28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29
29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30
30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31
31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32
32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33
33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34
34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35
35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36
36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37
37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38
38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39
39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40
40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41
41 : Setelah Kecelakaan
42
42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43
43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44
44 : Efek Amnesia
45
45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46
46 : Kehamilan Elza
47
47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48
48 : Kembali Menikah
49
49 : Paket Komplit
50
50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51
51 : Ingin Bahagia
52
52 : Tetangga Meresahkan
53
53 : Ingin Hamil
54
54 : Kehamilan = Keajaiban
55
55 : Dilema
56
56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57
57 : Persalinan Impian
58
58 : Alhamdullilah
59
59 : Pasca Melahirkan
60
60 : Tentang Kita
61
61 : Bian, Bolang Sejati.
62
62 : Elra
63
63 : Diantup Tawon
64
64 : Penerus Terpilih
65
65 : Tetangga Rasa Keluarga
66
Sampai Jumpa
67
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68
Promo Novel update Setiap Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!