12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja

“Berarti besok kalau aku pulang, ini buah sudah layak makan!” ucap Hasan tengah mengontrol tanaman buahnya di depan gerbang.

“Eh, sudah layak makan bagaimana? Memangnya Kakak mau pergi berapa lama? Masa iya sampai lebih dari sebulan? Ada tiga bulan bahkan lebih? Ya ampun, ... aku mendadak jadi istri abdi negara,” ucap Cinta memang langsung heboh.

Sore kali ini kembali mereka habiskan dengan berkebun, kemudian memandangi kebun maupun ketiga pohon buah mereka. Beberapa tetangga yang kebetulan lewat, Hasan dan Cinta sapa. Beberapa dari mereka hanya membalas dengan ramah. Namun ada juga yang sampai berhenti dan mengobrol lama dengan mereka.

Sampai detik ini, Cinta masih menutupi kepalanya menggunakan topi. Selain Cinta yang memang sengaja menguncir tinggi rambutnya.

“Pakde juga ada tanam di lahan samping rumah. Ada cabai sama singkong. Kalau mau singkong, cabut saja ya. Sudah layak konsumsi, dan kelebihan singkong di sini itu manis-manis!” ucap pakde Narto dan mereka ketahui merupakan ketua RT di sana.

“Rasanya manis karena makannya sambil bayangin wajah saya yah, Pakde?” ucap Hasan sengaja melucu.

Cinta yang mendengarnya langsung mendelik dan menatap tak percaya sang suami. Cinta sungguh tak menyangka bahwa suaminya bisa narsis juga.

“Butuh cabe, apa pengin daun singkong. Langsung ambil saja, ya. Pakde mau keliling dulu,” pamit pakde bergegas pamit dan kembali pergi mengendarai motornya.

“Sayang, kamu bisa naik motor?” tanya Hasan tak lama setelah ia mengalihkan tatapannya dari kepergian pakde.

Cinta yang masih memegang sapu lidi berangsur menatap Hasan. “Kalau hanya naik, duduk gitu. Aku bisa. Namun kalau sampai mesinnya dinyalain, maju kayak pakde, ... kayaknya aku enggak. Maksudnya belum bisa.”

Karena Hasan malah menertawakannya, Cinta buru-buru menjelaskan, “Soalnya meski aku amnesia, insting aku kuat loh, Kak. Masalah rumah tangga aku blas enggak ngerti. Namun urusan pekerjaan, termasuk urus hape Kakak yang kemarin sempat eror, aku bisa.”

“Yang penting orangnya enggak ikutan eror lah, ya?” tanggap Hasan di sela tawanya.

“Ihhh!” gemas Cinta karena baginya, balasan Hasan malah terkesan sengaja menggodanya.

“Kalau naik sepeda, pakai sepeda gitu, bisa?” sergah Hasan mulai serius. Di hadapannya, sang istri yang jadi terdiam merenung.

“Kayaknya enggak juga deh, Kak. Enggak ada gambarannya blas!” balas Cinta langsung ditertawakan oleh Hasan.

“Ya sudah yuh, bersih-bersih dulu. Habis itu beli sepeda. Biar ada kesibukan dan kalau kamu mau jalan-jalan, bisa pakai sepeda,” ucap Hasan.

Acara selanjutnya, setelah mereka membersihkan diri, dan menyimpan perlengkapan berkebunnya, mereka yang tetap berjalan sungguh mencari toko sepeda terdekat.

Dua sepeda langsung mereka beli, setelah sibuk memilih-milih. Cinta meminta dibelikan sepeda warna pink yang di depannya ada keranjangnya. Hasna berdalih ingin memanfaatkan keranjang tersebut untuk menampung belanjaan atau malah menyimpan bekal makanan.

“Berarti ini kalau enggak ada aku, kamu mau sepedaan bawa bekal, biar mirip musafir? Maksudnya, kamu mau jadi musafir cinta, begitu?” Hasan makin sibuk melede.k Cinta. Padahal, yang diledek sudah nyaris menangis. Ditambah lagi, Hasan asyik menggoes, sementara Cinta yang memang tidak bisa menunggangi sepedanya, terus menuntunnya sepanjang jalan.

“Kak Hasan, ... ini aku bagaimana?” rengek Cinta mulai gelisah.

“Ya makanya jangan cuma dituntun. Dinaikin digoes, ... sini aku tarik!” balas Hasan sengaja berhenti demi menunggu sang istri.

“Aku takut, Kak! Kalau aku jatuh, bagaimana?” heboh Cinta sampai lari-lari sambil terus menuntun sepedanya yang memang sangat cantik. Di kanan kiri setangnya sengaja ia minta diberi pita warna pink, hingga Hasan berpikir, Cinta sangat menyukai warna pink.

“Jatuh dari sepeda beneran enggak sakit. Kamu bisa langsung berdiri atau seenggaknya loncat. Beneran enggak lebih sakit ketimbang kamu jatuh ke jurang terjal!” yakin Hasan.

Sebenarnya balasan Hasan membuat Cinta jengkel. Namun, Cinta juga tidak bisa untuk tidak tertawa.

“Bandingin jatuh dari sepeda kok sama jatuh ke jurang!” sebal Cinta dan Hasan makin menertawakannya.

“Biar kamu makin berani loh Sayang!” yakin Hasan yang meski tetap duduk di sadel sepedanya sambil sesekali menggoes, tetap ikut menuntun setang sepeda Cinta.

“Aku yakin, kalau enggak ada Kakak, aku juga serba bisa. Masalahnya kalau sedang sama Kakak, kan sengaja pengin dimanja. Jadi ya mendadak serba enggak bisa!” protes Cinta.

“Oh, berarti sebenarnya kamu bisa naik sepeda. Lancar goes, ya?” serius Hasan yang memang penasaran.

Cinta langsung sibuk tertawa sambil menggeleng.

“Ya sudah ayo aku ajari. Kamu naik, aku tarik. Belajar goes, jangan kaku. Sudah goes saja. Lama-lama pasti bisa. Gampang kok!” Hasan dengan telaten menuntun Cinta.

“Kak ... Kak, ini mau jatuh!”

“Ya jangan dijatuhin. Kalau mau jatuh, di—pause!”

“Kak, ih ... jangan bikin aku ngakak terus!”

Suasana sudah gelap, tapi Hasan dan Cinta masih asyik bersepeda. Lebih tepatnya, Hasan masih sibuk mengajari Cinta bersepeda. Sebab sampai sekarang, Cinta masih sangat kaku. Beberapa kali Cinta terjatuh. Namun alih-alih mengkhawatirkan tangan dan kakinya yang lecet, Cinta justru lebih mengkhawatirkan keadaan sepedanya.

Ketika pengantin baru itu memutuskan untuk pulang, Hasan tetap menarik sepeda Cinta. Mereka yang awalnya masih cekikikan karena Hasan rajin menggo.da sekaligus mele.dek Cinta, terusik oleh kenyataan seorang wanita muda tengah memanjat gerbang rumah di depan rumah mereka. Kucing anggora putih yang ada di kandang teras rumah, sampai kelihatan gelisah. Hingga Hasan dan Cinta curiga, wanita tersebut berniat tidak baik.

Setelah Hasan dan Cinta saling tatap, Hasan sengaja berseru. “Kak, ngapain Kakak panjat gerbang rumah orang, maghrib-maghrib gini?” seru Hasan tak mengizinkan Cinta ikut. Ia meninggalkan Cinta dan sepedanya di depan gerbang rumah mereka.

“Masa pencu.ri? Mau nyuri apa? Nekat bener?” pikir Cinta buru-buru menyandarkan sepedanya ke sepeda milik Hasan. Cinta sengaja mendekati Hasan.

“Wah ... ganteng banget. Lebih ganteng bahkan keren dari Nadim!” batin si perempuan muda yang sudah sukses memanjat. Ia mengintip dari sela gerbang rumah karena ia memang telanjur masuk.

Hasan yang takut si perempuan berniat tidak baik, sengaja menekan bel di sebelah gerbang. Seorang wanita paruh baya keluar. Namun karena wanita tersebut tidak mengenali perempuan muda yang memanjat gerbang, Hasan menyarankan untuk memanggil sang bos.

“Bentar ya, saya panggil bos Nadim dulu,” pamit si wanita paruh baya dan langsung mengunci pintu rumahnya.

“Lah, ... saya menang pacarnya bos Nadim!” ucap si perempuan.

Adzan maghrib akhirnya terdengar berkumandang. Namun demi memastikan, Hasan dan Cinta masih bertahan di depan gerbang rumah Nadim. Lain lagi dengan si perempuan muda yang mulai mengajak kucing anggora di sana komunikasi.

“Kak, sepertinya memang benar kalau dia pacarnya si Nadim pemilik rumah ini. Lihat, kucingnya langsung nempel gitu, akrab banget. Kalau hewan ibarat anak kecil yang enggak bisa bohong loh Kak. Mereka kelihatan punya ikatan gitu. Tuh lihat, tuh,” bisik Cinta yang sudah menggandeng erat tangan kanan Hasan menggunakan kedua tangannya.

Tak lama kemudian, Nadim memang keluar. Si wanita langsung menyapa dengan sangat kegirangan sekaligus kekanak-kanakan.

Awalnya Nadim tersenyum cerah, dan membalas pelukan si perempuan muda yang mengaku sebagai pacarnya. Namun ketika pandangannya tak sengaja melihat Hasan dan Cinta, ceritanya jadi lain. Nadim kehilangan senyum cerianya dan jadi sibuk mengawasi wajah maupun tangan Hasan dan Cinta yang bergandengan erat.

“Kenapa mereka di sini?” batin Nadim heran, seiring dekapannya kepada si perempuan yang mendadak usai.

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Sepertinya Nadim sudah punya pacar

2024-03-07

0

Firli Putrawan

Firli Putrawan

loh siapa dlan yg tinggal

2024-02-27

0

IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲

IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲

Sudah aku setorin ya, bab selanjutnya. Diabetes diabetes deh kalian 🤣

2024-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2 2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3 3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4 4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5 5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6 6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7 7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8 8 : Perkara Kontrakan
9 9 : Mulai Bahagia
10 10 : Sudah Sangat Sayang
11 11 : Tetangga Baru
12 12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13 13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14 14 : Tersentak
15 15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16 16 : Sudah Dua Bulan
17 17 : Keadaan Terbaru Hasan
18 18 : Namanya Juga Hasan
19 19 : Tamu Dari Kampung
20 20 : Penjelasan Cinta
21 21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22 22 : Terlalu Berat (Revisi)
23 23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24 24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25 25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26 26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27 27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28 28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29 29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30 30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31 31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32 32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33 33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34 34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35 35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36 36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37 37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38 38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39 39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40 40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41 41 : Setelah Kecelakaan
42 42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43 43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44 44 : Efek Amnesia
45 45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46 46 : Kehamilan Elza
47 47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48 48 : Kembali Menikah
49 49 : Paket Komplit
50 50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51 51 : Ingin Bahagia
52 52 : Tetangga Meresahkan
53 53 : Ingin Hamil
54 54 : Kehamilan = Keajaiban
55 55 : Dilema
56 56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57 57 : Persalinan Impian
58 58 : Alhamdullilah
59 59 : Pasca Melahirkan
60 60 : Tentang Kita
61 61 : Bian, Bolang Sejati.
62 62 : Elra
63 63 : Diantup Tawon
64 64 : Penerus Terpilih
65 65 : Tetangga Rasa Keluarga
66 Sampai Jumpa
67 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68 Promo Novel update Setiap Hari
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2
2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3
3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4
4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5
5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6
6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7
7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8
8 : Perkara Kontrakan
9
9 : Mulai Bahagia
10
10 : Sudah Sangat Sayang
11
11 : Tetangga Baru
12
12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13
13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14
14 : Tersentak
15
15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16
16 : Sudah Dua Bulan
17
17 : Keadaan Terbaru Hasan
18
18 : Namanya Juga Hasan
19
19 : Tamu Dari Kampung
20
20 : Penjelasan Cinta
21
21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22
22 : Terlalu Berat (Revisi)
23
23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24
24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25
25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26
26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27
27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28
28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29
29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30
30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31
31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32
32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33
33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34
34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35
35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36
36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37
37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38
38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39
39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40
40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41
41 : Setelah Kecelakaan
42
42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43
43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44
44 : Efek Amnesia
45
45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46
46 : Kehamilan Elza
47
47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48
48 : Kembali Menikah
49
49 : Paket Komplit
50
50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51
51 : Ingin Bahagia
52
52 : Tetangga Meresahkan
53
53 : Ingin Hamil
54
54 : Kehamilan = Keajaiban
55
55 : Dilema
56
56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57
57 : Persalinan Impian
58
58 : Alhamdullilah
59
59 : Pasca Melahirkan
60
60 : Tentang Kita
61
61 : Bian, Bolang Sejati.
62
62 : Elra
63
63 : Diantup Tawon
64
64 : Penerus Terpilih
65
65 : Tetangga Rasa Keluarga
66
Sampai Jumpa
67
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68
Promo Novel update Setiap Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!