2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)

“Sebut saja namanya Cinta. Dia amnesia, sementara alasan kami bersama karena saya yang menyebabkannya mengalami amnesia. Saya tak sengaja menabraknya ketika dia mendadak menyebrang jalan tujuan saya.” Karena telanjur muak, Hasan memutuskan untuk mempersingkat kebersamaan di sana.

Nama Cinta Hasan pilih untuk gadis amnesia yang bersamanya. Gadis amnesia yang memintanya menyerah. Calon pasangan yang rela dinikahkan paksa dengannya, daripada mereka merega.ng nyawa dengan sia-sia.

“Cinta ...?” batin si gadis amnesia yang masih duduk di sebelah Hasan.

Mereka sudah digiring ke rumah RT setempat. Hasan dan gadis amnesia yang akhirnya dipanggil Cinta, didudukkan di bangku kayu, dan siap dinikahkan.

Pernikahan pun terjadi meski Cinta belum mengetahui identitasnya. Sementara Hasan juga mengaku sebagai orang kampung yang kebetulan bekerja sebagai seorang sopir, di Jakarta.

“Aku terpaksa berbohong. Aku belum bisa mengungkap identitasku sekarang. Aku benar-benar belum siap dengan semua ini. Apalagi sekadar identitas gadis yang kunikahi saja, aku belum tahu. Aku tidak mau, hubungan kami membuat dampak fatal terhadap keluarga khususnya orang tuaku. Maaf banget yah, Ta. Namun perlu kamu tahu, nama mamaku juga Cinta. Aku memberimu nama itu karena kamu juga tak kalah istimewa dari mamaku!” batin Hasan.

“Andai ternyata saya sudah memiliki suami, ... bahkan saya sudah memiliki keluarga kecil, apakah kalian mau bertanggung jawab?” tanya Cinta yang kemudian menunduk pasrah. Tak beda dengan Hasan, Cinta juga merasa sangat terpukul. Sungguh bukan hanya fisiknya saja yang babak belur. Karena mentalnya juga. Cinta merasa sangat tertekan bahkan stres. “Lebih baik aku mati! Aku ingin mati saja daripada aku harus menjalani hidup apalagi pernikahan paksa seperti ini!” batin Cinta yang memang berniat untuk bunu h diri secepatnya.

Selembar uang dua puluh ribu yang Hasan temukan di kantong sisi celana kanan levis hitamnya, menjadi emas kawin pernikahan pak.sa Hasan dan Cinta. Sungguh kejadian yang sangat miris, tapi diam-diam, Cinta memiliki rencana untuk melaporkan apa yang mereka dapatkan, ke polisi.

“Iya ... ketimbang aku mengakhiri hidupku, lebih baik aku balas dendam. Aku harus memperjuangkan keadilan untuk diriku sendiri. Aku harus membuat mereka sadar, bahwa main hakim sendiri seperti sekarang ini tidak dibenarkan!” batin Cinta yang mendadak berubah pikiran.

“Kalian bilang, kalian tidak punya tujuan? Kalian bisa menempati salah satu kontrakan di sebelah,” ucap pak RT dan masih disaksikan oleh warga yang sempat merun.dung Hasan maupun Cinta.

“Tidak perlu Pak. Nanti kami cari tempat lain saja sambil cari kerjaan.” Tak ada kata terima kasih yang Cinta ucapkan. Karena pada kenyataannya, ia memang sangat marah.

Cinta segera memapah Hasan. Meski tubuh Hasan jauh lebih besar sekaligus lebih tinggi darinya. Juga, Cinta yang terluka tak kalah parah, Cinta berjuang untuk segera pergi dari sana. Agar ia bisa segera memperjuangkan keadilan untuknya dan Hasan.

“Kenapa kita enggak menerima tawaran mereka saja? Aku capek banget. Rasanya beneran sudah enggak sanggup. Beneran kayak mau mati. Sakit banget,” ucap Hasan.

Sekadar bersuara saja, Hasan hanya bisa menghasilkannya dengan suara yang sangat lirih. Hasan menangis karena rasa sakit luar biasa dari setiap luka-lukanya.

“Bertahanlah sebentar lagi. Bertahanlah karena aku akan melakukan apa yang aku bisa. Kita harus melaporkan ini ke polisi!” Cinta juga sudah nyaris pingsan.

“Kita enggak punya uang, sementara lapor ke polisi butuh uang!” balas Hasan.

“Aku pastikan, mereka tetap akan menangani kita. Bahkan meski kita tidak punya uang!” tegas Cinta yakin seyakin-yakinnya.

Cinta dan Hasan masih menelusuri jalan kompleks. Mereka nyaris menuju jalan raya. Hanya saja, seolah Tuhan sengaja makin menguji tekad mereka, hujan deras mendadak turun.

“Bertahan ... bertahan lah demi keadilan untuk kita. Agar aksi main hakim sendiri tidak terjadi lagi! Cukup kita saja yang merasakannya, jangan sampai yang lain!” isak Cinta yang sebenarnya juga sudah ingin menyerah.

Mendengar Cinta sampai tersedu-sedu. Tubuh Cinta sudah gemetaran hebat, demam, tapi masih berjuang memapah Hasan. Kenyataan tersebut membuat hati seorang Hasan tersentuh.

“Gadis ini ... hatinya mulia sekali. Sepertinya, sebenarnya dia juga bukan orang sembarangan,” pikir Hasan. Tiba-tiba saja, Hasan juga jadi merasa bersalah karena biar bagaimanapun, dia sudah berbohong mengenai identitasnya.

Kegigihan Cinta dalam memperjuangkan keadilan untuk mereka sambil terus memapah Hasan, menjadi kekuatan tersendiri untuk Hasan. Karena kenyataan tersebut juga, Hasan menguatkan diri. Malahan beberapa saat kemudian, justru Hasan yang menggendong Cinta.

Berjuang, berjuang, dan berjuang, akhirnya mereka sampai di teras sebuah kantor polisi. Teras yang di dalam ruangannya masih terbilang ramai. Hasan terbanting, begitu juga dengan Cinta yang digendong. Keduanya sama-sama nyaris sekarat. Kedua mata sayu mereka nyaris terpejam.

“T—olong!” Kata itu terus terlontar dari bibir Hasan maupun Cinta.

“Kami mohon, ... kami mohon tolong kami!”

Sampai akhirnya polisi keluar dari dalam kantor polisi, mereka berdatangan dan langsung memberikan pertolongan.

***

Keesokan harinya, Hasan dan Cinta akhirnya sama-sama siuman. Keduanya berada di sebuah ruang rawat yang sama. Keduanya ada di ranjang rawat yang bersebelahan.

Suasana masih gelap khas malam, ketika mereka melihatnya dari jendela yang tak tertutup gorden.

“Aku percaya, bahwa sebentar lagi, warga itu akan mendapatkan balasan setimpal. Harusnya mereka kapok dan tidak asal main hakim sendiri lagi,” ucap Cinta dengan suara masih lirih. Ia berangsur duduk.

Sedih dan kecewa masih Cinta rasa. Cinta masih kehilangan semangat hidup. Ia bahkan tak berniat memperjuangkan jati dirinya yang amnesia. “Karena jika aku memang masih memiliki keluarga. Jika mereka benar-benar peduli, ... mereka pasti akan mencariku. Sementara sejauh ini, aku sudah satu minggu lebih bersama Hasan,” batin Cinta.

Kendati hati dan mental Cinta sudah sangat rapuh, Cinta tidak menunjukkannya kepada Hasan. Karena ketika di hadapan Hasan, Cinta akan berusaha menjadi wanita tangguh. Sekadar menangis saja, Cinta tidak akan melakukannya.

“Nama mamaku Cinta. Aku sengaja memberimu nama itu karena aku yakin, kamu juga wanita luar biasa seperti mamaku,” ucap Hasan yang kemudian berterima kasih kepada Cinta.

“Terima kasih banyak karena sudah menjadi wanita tangguh yang istimewa. Ayo, kita lanjutkan perjuangan kita dalam memperjuangkan keadilan. Agar, ... agar orang-orang seperti mereka, tak lagi main hakim sendiri,” ucap Hasan kali ini terdengar manis bahkan di telinganya sendiri.

Cinta yang sudah berhasil duduk, menunduk loyo dan membiarkan air matanya jatuh. “Aku berhak menangis. Dan aku percaya, aku juga akan mendapatkan keadilan itu,” batinnya optimis.

Melihat Cinta justru menangis, hati Hasan seolah teriris. “Hei ...?” panggil Hasan lembut.

Dengan air mata berlinang membasahi pipi, Cinta menatap Hasan. Kenyataan yang justru membuat kesedihan seorang Cinta menular kepada Hasan. Kedua mata Hasan berembun dan perlahan benar-benar basah.

“Aku mohon jangan menangis. Sampai kapan pun. Apa pun yang terjadi, ... aku akan selalu bersamamu. Aku akan melakukan yang terbaik! Kita pasti bisa bahagia!” lembut Hasan lagi.

Sikap Hasan yang mendadak menjadi manis malah membuat dada Cinta sesak. Cinta merasa sangat nelangsa karena Cinta belum bisa percaya kepada laki-laki yang telah menjadi suaminya.

Selalu sama-sama. Hasan akan selalu melakukan yang terbaik. Bahkan Hasan akan membahagiakannya. Benarkah? Bukankah sekadar kenal saja, mereka belum? Mereka sungguh tak lebih dari orang asing yang dipaksa bersama dalam pernikahan.

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Perjalanan hidup yang begitu berat buat mereka berdua

2024-03-07

0

we

we

dapat keadilan kah cinta

2024-03-02

0

Firli Putrawan

Firli Putrawan

y ampun keina sm Hasan jd 😭😭

2024-02-27

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2 2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3 3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4 4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5 5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6 6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7 7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8 8 : Perkara Kontrakan
9 9 : Mulai Bahagia
10 10 : Sudah Sangat Sayang
11 11 : Tetangga Baru
12 12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13 13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14 14 : Tersentak
15 15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16 16 : Sudah Dua Bulan
17 17 : Keadaan Terbaru Hasan
18 18 : Namanya Juga Hasan
19 19 : Tamu Dari Kampung
20 20 : Penjelasan Cinta
21 21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22 22 : Terlalu Berat (Revisi)
23 23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24 24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25 25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26 26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27 27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28 28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29 29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30 30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31 31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32 32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33 33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34 34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35 35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36 36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37 37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38 38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39 39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40 40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41 41 : Setelah Kecelakaan
42 42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43 43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44 44 : Efek Amnesia
45 45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46 46 : Kehamilan Elza
47 47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48 48 : Kembali Menikah
49 49 : Paket Komplit
50 50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51 51 : Ingin Bahagia
52 52 : Tetangga Meresahkan
53 53 : Ingin Hamil
54 54 : Kehamilan = Keajaiban
55 55 : Dilema
56 56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57 57 : Persalinan Impian
58 58 : Alhamdullilah
59 59 : Pasca Melahirkan
60 60 : Tentang Kita
61 61 : Bian, Bolang Sejati.
62 62 : Elra
63 63 : Diantup Tawon
64 64 : Penerus Terpilih
65 65 : Tetangga Rasa Keluarga
66 Sampai Jumpa
67 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68 Promo Novel update Setiap Hari
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2
2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3
3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4
4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5
5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6
6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7
7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8
8 : Perkara Kontrakan
9
9 : Mulai Bahagia
10
10 : Sudah Sangat Sayang
11
11 : Tetangga Baru
12
12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13
13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14
14 : Tersentak
15
15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16
16 : Sudah Dua Bulan
17
17 : Keadaan Terbaru Hasan
18
18 : Namanya Juga Hasan
19
19 : Tamu Dari Kampung
20
20 : Penjelasan Cinta
21
21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22
22 : Terlalu Berat (Revisi)
23
23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24
24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25
25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26
26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27
27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28
28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29
29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30
30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31
31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32
32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33
33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34
34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35
35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36
36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37
37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38
38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39
39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40
40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41
41 : Setelah Kecelakaan
42
42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43
43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44
44 : Efek Amnesia
45
45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46
46 : Kehamilan Elza
47
47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48
48 : Kembali Menikah
49
49 : Paket Komplit
50
50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51
51 : Ingin Bahagia
52
52 : Tetangga Meresahkan
53
53 : Ingin Hamil
54
54 : Kehamilan = Keajaiban
55
55 : Dilema
56
56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57
57 : Persalinan Impian
58
58 : Alhamdullilah
59
59 : Pasca Melahirkan
60
60 : Tentang Kita
61
61 : Bian, Bolang Sejati.
62
62 : Elra
63
63 : Diantup Tawon
64
64 : Penerus Terpilih
65
65 : Tetangga Rasa Keluarga
66
Sampai Jumpa
67
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68
Promo Novel update Setiap Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!