14 : Tersentak

“Pak Hasan dan Ibu Cinta, blok A2 No. 10.” Dalam hatinya, Nadim membaca identitas pengirim nasi kotak yang dikabarkan oleh sang ART.

Nadim tahu itu dari tetangganya, dan rumahnya persis ada di depan rumahnya. Tetangga yang kemarin sore sempat menegurnya gara-gara kelakuan Elza. Juga, tetangga yang sempat ia temui di rumah sakit, tapi selalu ditemani oleh Keina. Bahkan sampai saat terakhir kali mereka bertemu, Keina begitu lengket dengan Hasan

“Berarti pria itu sudah menikah. Nama dia Hasan, sementara istrinya bernama Cinta. Berarti, Keina bukan apa-apanya dia. Mmm ... mungkin Keina masih ada hubungan saudara dengan si Hasan, atau malah si Cintanya. Masalahnya, kenapa Hasan dan Keina sedekat itu? Memangnya Cinta enggak cemburu?” pikir Nadim jadi kepikiran. Sebab dari awal melihat kebersamaan Keina dan Hasan, Nadim merasa tengah melihat vibes pasangan saling mencintai. Mirip pengantin baru yang sedang lengket-lengketnya.

“Mungkin aku harus mulai mendekati Keina. Yang dengan kata lain, kemungkinan aku kehilangan Elza juga makin besar. Namun jika keduanya mau aku duakan—” Nadim benar-benar berpikir keras.

Detik-detik yang Hasan maupun Cinta tidak inginkan akhirnya terjadi. Cinta menangis ketika melepas kepergian Hasan. Hasan sampai menunda kepergiannya dan membuat travel yang menjemput, menunggu.

“Kalau aku kangen Kakak, bagaimana?” tanya Cinta karena sekadar ponsel untuk berkomunikasi dengan Hasan, ia memang belum punya.

“Oh iya ... itu—” Hasan baru menyadari, bahwa seharunya ia membelikan istrinya ponsel agar mereka tetap lancar berkomunikasi.

“Malam ini juga aku pesenin ponsel. Oke? Nanti langsung dikirim biar kita tetap bisa komunikasi. Ya sudah, ... aku langsung pesen, sudah ditungguin juga sama tukang travelnya. Enggak enak bikin dia sama penumpang lain, lama nunggu.” Hasan menatap dengan saksama kedua mata Cinta.

Cinta menatap lekat kedua mata Hasan karena memang Cinta sudah sangat ketergantungan kepada Hasan. Ia berangsur merengkuh erat punggung kokoh suaminya dan lagi-lagi langsung mendapatkan balasan.

“Harusnya semuanya aman. Kalau ada apa-apa, langsung minta bantuan pak RT saja. Kalau pak RT kan kerjanya di sekitar kompleks sini. Jadi memang bakalan cepat tanggap,” lirih Hasan sambil menepuk-nepuk punggung Cinta.

Cinta mengangguk-angguk sambil bergumam, mengiyakan setiap arahan dari Hasan. Lambaian tangan dan air mata menjadi akhir dari kebersamaan mereka. Cinta mengantar hingga tengah jalan. Sepi yang terasa menyiksa sekaligus mengerikan, seketika Cinta rasakan. Terlebih di perumahan tempatnya tinggal memang masih sepi sekaligus minim penerangan.

“Dua minggu lagi kita ketemu. Sabtu Minggu. Beneran enggak sabar buat ketemu lagi!” isak Cinta. Ia sampai sesenggukan. Apalagi sampai detik ini, Cinta merasa Hasan menjadi satu-satunya yang ia miliki.

“Namun aku juga berpikir, bahwa meski sebelum amnesia aku memiliki keluarga. Hubungan kami memang tidak dekat.”

“Bersama Kak Hasan, aku merasa hidup. Aku merasa dihargai, dispesialkan. Bersama Kak Hasan aku selalu disayangi.”

“Mana? Sampai sekarang tetap enggak ada yang cari aku? Atau jangan-jangan, sebelumnya aku justru orang jahat? Makanya pas aku hilang, mereka justru senang?”

Cinta masih tersedu-sedu di tengah jalan meski mobil yang membawa Hasan sudah tidak kelihatan. Ketika Cinta akan beranjak, gerbang rumah Nadim bunyi dan pintunya memang berangsur dibuka. Cinta yang refleks menoleh dengan mata basah, memergoki Nadim keluar bersama Elza ditemani kucing anggora putih. Kucingnya sampai dirante dan dikendalikan oleh Elza.

Seperti biasa, mata Nadim sudah langsung sibuk mengawasi Cinta. Ditambah lagi, kini Cinta yang Nadim kenali sebagai Keina, tengah menangis.

Elza yang memergoki kesibukan kekasihnya, jadi curiga dan sampai menyikut Nadim. Tentu keputusan Elza tersebut langsung mengusik Nadim. Nadim menjadi salah tingkah dan buru-buru menutup sekaligus mengunci gerbang rumahnya.

Setelah membungkuk sebagai salamnya kepada Elza, Cinta buru-buru masuk rumah. Nadim yang baru beres mengunci gembok pintu gerbangnya, lagi-lagi memperhatikan Cinta. Yang mana lagi-lagi, Elza juga memergokinya.

“Matamu katarak apa bagaimana? Ngapain kamu masih ngelihatin wanita lain kalau aku saja, ada di sini?!” kesal Elza yang memang marah-marah.

Cinta yang sudah masuk rumah dan baru mengunci pintu, sampai bisa mendengar suara pertengkaran Nadim dan Elza. Suara Elza paling mendominan, sampai teriak-teriak mema.ki Nadim.

“Tuh orang kenapa sih? Kok malah jadi pada berantem? Aku yang baru ditinggal kak Hasan saja kangen berat! Eh, ini si Kak Hasan mau beliin aku ponsel, sementara aku saja enggak tahu nomor hape beliau. Apa, Kak Hasan sudah langsung simpan nomorku? Eh, biasanya kalau pesan barang kan ada nomor ponselnya.” Cinta sudah sangat tidak sabar menunggu kiriman ponsel untuknya. Ia mondar-mandir dan tak berani menyalakan televisi. Takut tidak dengar jika ada yang mengirim barang pesanan Hasan.

Padahal di dalam mobil, Hasan malah langsung ketiduran. Hasan belum sempat memesan ponsel untuk Cinta. Ponsel Hasan yang awalnya ada di genggaman tangan kanan Hasan, refleks Hasan masukkan ke tas pinggangnya.

***

Sekitar dua jam kemudian, Hasan terbangun karena mobil yang berhenti untuk mengangkut penumpang lain. Yang membuat Hasan merasa tidak nyaman jika naik travel ramai-ramai memang karena mobil harus menjemput setiap penumpang. Iya jika penumpangnya satu arah. Jika penumpang malah tersebar dan jumlahnya banyak layaknya yang sedang Hasan rasakan.

“Ya ampun, aku belum pesen hape buat Cinta,” batin Hasan yang kemudian memesan ponsel untuk Cinta.

Sekitar dua jam setelah Hasan memesan ponsel, Cinta yang ketiduran, jadi terusik oleh bel rumah yang bunyi. Cinta yang awalnya tengah merapikan surat pembayaran rumah, ATM milik Hasan, dan juga sisa uang, selain dompet sebagai wadahnya, buru-buru memastikan. Cinta meninggalkan semua itu di meja ruang bersantai depan kamar. Benar saja, yang datang memang paket ponsel pesanan Hasan.

“Oke, mari kita pasang dan langsung hubungi suami tercinta!” ucap Cinta benar-benar bersemangat.

Cinta duduk sila di tengah-tengah sofa beludru panjang, tempat dirinya sempat ketiduran. Akan tetapi di tempat berbeda, sopir travel yang membawa Hasan, sudah berulang kali menguap. Pria bertubuh gempal tersebut tampak sangat kelelahan. Beberapa kali, pria itu akan melaju sangat kencang layaknya kehilangan kendali. Namun sering juga, pria tersebut juga membuat mobil mengerem mendadak.

“Mas, kalau memang capek, istirahat dulu deh,” tegur Hasan yang memang duduk persis di sebelah sopir.

Mereka yang mendengar teguran Hasan, setuju dengan usul Hasan. Karena bagi mereka, keselamatan jauh lebih penting dari apa pun. Terlebih, yang awalnya ketiduran saja, sampai terbangun efek rem mendadak yang terus sang sopir lakukan.

“Enggak apa-apa, ini sudah melek kok, sambil ngopi sambil mero.kok,” ucap sang sopir yang tetap tidak mau istirahat lebih lama. “Soalnya mobilnya sudah ditungguin.”

Ketika yang lain sudah langsung bisa tidur, tidak dengan Hasan yang memang takut. Hasan sengaja menyibukkan diri dengan ponsel sambil memantau perjalanan mereka. Takut sopir di sebelahnya kembali ketiduran.

“Lah ... aku enggak punya nomor Cinta. Harusnya dia sudah pegang hape. Karena laporannya sudah sampai. Ada foto Cinta juga sedang pegang paketnya,” pikir Hasan benar-benar serius. Ia begitu fokus menatap layar ponselnya, hingga ia lupa, di sebelahnya ada yang harus ia awasi.

Sopir travel yang ngeyel, lagi-lagi kembali mengantuk meski kopi hitam di gelasnya tinggal setengah bagian. Kini, ia asal menerobos rel kreta yang penghalang lalu lintasnya memang rusak.

“TREEEEEEEETTTTTTTTTTTTT!!” Seruan kereta dari sebelah Hasan, tidak hanya membuat Hasan kaget. Karena sang sopir yang awalnya sampai ketiduran juga tersentak dan langsung kebingungan.

Semuanya terjadi sangat cepat. Hasan yang sempat melihat kepala kereta ada di pelupuk matanya, juga jadi tidak merasakan apa-apa lagi. Pandangan Hasan benar-benar gelap. Sementara dunia Hasan juga ikut senyap.

Di rumah, pigura berisi foto Cinta dan Hasan dan awalnya tergantung di dinding sebelah televisi, mendadak jatuh bahkan pecah. Cinta yang awalnya tengah mengirim pesan WA ke kontak Hasan langsung tersentak. Cinta menatap pedih satu-satunya bingkai foto di rumahnya dan kini mendadak jatuh—pecah. Entah apa yang terjadi, tapi hatinya terasa teriri.s. Ia sampai meringis dan tak kuasa menahan pedih dari rasa sakit yang menggebu-gebu menguasai dadanya.

“Kak Hasan ...?”

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Hasan

2024-03-07

0

Firli Putrawan

Firli Putrawan

y allah apa lg ini

2024-02-27

0

nengnong2¹²⁰² ⠀

nengnong2¹²⁰² ⠀

innalillahi..
apalagi ini thoor🙈😭😭😭

2024-02-27

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2 2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3 3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4 4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5 5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6 6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7 7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8 8 : Perkara Kontrakan
9 9 : Mulai Bahagia
10 10 : Sudah Sangat Sayang
11 11 : Tetangga Baru
12 12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13 13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14 14 : Tersentak
15 15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16 16 : Sudah Dua Bulan
17 17 : Keadaan Terbaru Hasan
18 18 : Namanya Juga Hasan
19 19 : Tamu Dari Kampung
20 20 : Penjelasan Cinta
21 21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22 22 : Terlalu Berat (Revisi)
23 23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24 24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25 25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26 26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27 27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28 28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29 29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30 30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31 31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32 32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33 33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34 34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35 35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36 36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37 37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38 38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39 39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40 40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41 41 : Setelah Kecelakaan
42 42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43 43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44 44 : Efek Amnesia
45 45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46 46 : Kehamilan Elza
47 47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48 48 : Kembali Menikah
49 49 : Paket Komplit
50 50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51 51 : Ingin Bahagia
52 52 : Tetangga Meresahkan
53 53 : Ingin Hamil
54 54 : Kehamilan = Keajaiban
55 55 : Dilema
56 56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57 57 : Persalinan Impian
58 58 : Alhamdullilah
59 59 : Pasca Melahirkan
60 60 : Tentang Kita
61 61 : Bian, Bolang Sejati.
62 62 : Elra
63 63 : Diantup Tawon
64 64 : Penerus Terpilih
65 65 : Tetangga Rasa Keluarga
66 Sampai Jumpa
67 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68 Promo Novel update Setiap Hari
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1 : Penghakiman yang Begitu Keji (Revisi)
2
2 : Hasan yang Terpaksa Berbohong (Sudah Revisi)
3
3 : Pelukan Penenang (Sudah Revisi)
4
4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)
5
5 : Mengharapkan Pernikahan Manis (Revisi)
6
6 : Pria Di Ranjang Sebelah
7
7 : Hanya Kebetulan Mirip?
8
8 : Perkara Kontrakan
9
9 : Mulai Bahagia
10
10 : Sudah Sangat Sayang
11
11 : Tetangga Baru
12
12 : Sepeda Dan Ingin Dimanja
13
13 : Elza Dan Perasaan Nadim Kepada Cinta
14
14 : Tersentak
15
15 : Mirip Anak Ayam Yang Tersesat Dari Induknya
16
16 : Sudah Dua Bulan
17
17 : Keadaan Terbaru Hasan
18
18 : Namanya Juga Hasan
19
19 : Tamu Dari Kampung
20
20 : Penjelasan Cinta
21
21 : Cinta yang Ingin Tetap Bertahan (Revisi)
22
22 : Terlalu Berat (Revisi)
23
23 : Hasan : Wanita Ini, ... Istriku? (Revisi)
24
24 : Cinta Sendiri (Revisi)
25
25 : Hasan : Ayo Kita Bercerai!
26
26 : Cinta : Aku Setuju, Ayo Kita Bercerai! (Revisi)
27
27 : Diberi Kesempatan (Revisi)
28
28 : Merasa Sangat Kehilangan (Revisi)
29
29 : Hasan yang Masih Menunggu Cinta (Revisi)
30
30 : Tentang Keina yang Sangat Mirip Cinta (Revisi)
31
31 : Akhirnya Bertemu (Revisi)
32
32 : Sangat Marah Dan Cemburu (Revisi)
33
33 : Tak Mau Menjadi Keina (Revisi)
34
34 : Masih Sulit Untuk Percaya (Revisi)
35
35 : Penyakit Hasan (Revisi)
36
36 : Menjadi Sepasang Kekasih (Revisi)
37
37 : Nadim yang Terus Berencana (Revisi)
38
38 : Kejutan Romantis (Revisi)
39
39 : Kesuksesan Rencana Nadim (Revisi)
40
40 : Kembali Amnesia (Revisi)
41
41 : Setelah Kecelakaan
42
42 : Hubungan Baik Antara Orang Tua Keina dan Orang Tua Hasan
43
43 : Asisten Pribadi Rasa Istri
44
44 : Efek Amnesia
45
45 : Hubungan yang Sangat Dalam
46
46 : Kehamilan Elza
47
47 : Hampir Lima Tahun Telah Berlalu
48
48 : Kembali Menikah
49
49 : Paket Komplit
50
50 : Trauma yang Membuat Lebih Baik
51
51 : Ingin Bahagia
52
52 : Tetangga Meresahkan
53
53 : Ingin Hamil
54
54 : Kehamilan = Keajaiban
55
55 : Dilema
56
56 : Sudah Siap Menjadi Orang Tua
57
57 : Persalinan Impian
58
58 : Alhamdullilah
59
59 : Pasca Melahirkan
60
60 : Tentang Kita
61
61 : Bian, Bolang Sejati.
62
62 : Elra
63
63 : Diantup Tawon
64
64 : Penerus Terpilih
65
65 : Tetangga Rasa Keluarga
66
Sampai Jumpa
67
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
68
Promo Novel update Setiap Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!