16 - Back Home

Waktu terus berjalan seiring dengan jarum jam yang terus berputar setiap harinya, tanpa terasa sudah lebih dari satu bulan sejak Arga bertugas. Sejak panggilan yang singkat itu, tak ada lagi komunikasi yang terjalin antara pasangan itu. Keduanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Arga yang sibuk dengan tugasnya dan Vyora yang sibuk dengan kuliah dan anaknya.

Tak ada lagi inisiatif Vyora untuk menghubungi Arga lebih dulu. Sudah cukup usahanya gagal karena sambutan kurang baik dari Arga. Ia lebih memilih untuk menyibukkan dirinya sebagai ilustrator lepas daripada memikirkan kepulangan Arga yang lebih lama dari perkiraan. Ia tak ingin dibuat kecewa lagi oleh sikap pria itu.

Seperti sore ini, Vyora tengah duduk di bangku taman dengan Giselle yang berada di stroller nya dengan tenang. Bayi yang sebentar lagi memasuki usia tiga bulan itu terlihat tenang memandangi ibu sambungnya yang tengah mengerjakan proyeknya. Menyadari hal itu membuat senyum Vyora tersungging. Ia meletakkan tab nya dan beralih pada Giselle, memindahkan bayi itu menuju pangkuannya.

Tangan cekatan Vyora menumpuh kepala dan punggung bayi itu dan mengarahkannya agar bayi itu menghadapnya. Berulang kali ia mengatupkan bibir dan mengedipkan matanya. Sangat menyenangkan melihat bayi itu tertawa karena tingkah lakunya. Bayi itu terlihat sangat menggemaskan sekarang.

"Jijel anak buna," celetuk Vyora yang membuatnya langsung terdiam.

Vyora membeku setelah mendengar celetukannya sendiri. Ia hanya berpikir apa ia boleh mengajarkan bayi itu untuk memanggilnya buna? Ia sadar bahwa Giselle bukan anak kandungnya, bayi itu hanyalah keponakannya yang sekarang menjadi anak sambungnya. Namun ia sudah sangat menyayangi Giselle seperti anaknya sendiri. Bayi itu membuat keinginan nya menjadi seorang ibu berhasil terwujud. Jadi apakah boleh Giselle memanggilnya dengan sebutan bagi seorang ibu? Apa Arga sebagai ayah kandung Giselle akan menyetujui hal itu?

Wanita itu menghembuskan napasnya lelah, "Jel... Papa kamu bakal ngebolehin kamu manggil onty buna nggak ya? Onty kan pengen dipanggil buna sama kamu Jel. Kan kamu anak onty juga ya Jel..."

Bayi itu hanya mengedipkan matanya mendengar keluh kesah Vyora, ia belum mengerti pembahasan berat seperti itu tetapi melihat wajah lesu wanita itu perlahan membuat air mata menetes dari matanya kecilnya. Bayi itu tiba-tiba menangis dan membuat Vyora panik.

"Eh kamu kenapa sayang? Kok nangis?" tanya Vyora menepuk-nepuk punggung Giselle, menenangkan bayi itu hingga tangisnya berhenti.

Vyora menghela napasnya, "Kamu tau onty sedih ya makanya ikut nangis? Kalau gitu ya udah deh mulai sekarang kamu panggil buna ya Jel biar onty nggak sedih hehe. Kalau papa kamu marah kamu bantuin onty ya buat ngelawan papa kamu."

Perlahan tangis bayi itu mereda setelah Vyora berbicara. Sepertinya bayi itu memang mengerti isi hati ibu sambungnya. Vyora pun tersenyum senang dan menciumi pipi bayi mungil menggemaskan itu. Namun aktivitas nya terhenti ketika ponselnya berdering.

Sebuah panggilan masuk dari Chessy. Vyora pun segera mengangkatnya, "Halo mbak,"

"Vyooo kok kamu nggak pernah main ke rumah lagi sih. Mbak kan kangen mau cerita-cerita lagi sama kamu."

Ocehan Chessy membuat senyum Vyora terbit. Wanita itu terkekeh kecil, "Maaf ya mbak belum sempet ke sana. Aku tuh abis dapet proyek yang lumayan besar jadi ini masih sibuk ngurusin hehe."

"Ya udah deh gapapa kalo gitu," ucap Chessy. "Eh btw gimana kamu sama Mas Arga? Udah kamu coba telpon?"

Membicarakan Arga membuat mood Vyora seketika hancur. Malas sekali membicarakan orang itu, "Udah mbak tapi dianya malah nuduh-nuduh aku ga jelas. Emang dasar suami tukang nuduh mas Arga tuh."

Curhatan Vyora mendapatkan hembusan napas dari seberang sana, "Hemm ya udah kamu ke sini ya, makan malem di sini."

"Tapi mbak..."

"Sstt... Mbak maksa jadi kamu harus dateng malam ini. Nggak terima penolakan ya."

"Ya udah iya, aku siap-siap dulu ya mbak. Bye."

"Bye."

......-+++-......

Vyora segera membawa Giselle pulang untuk bersiap-siap. Malam ini Vyora mengenakan mini dress hitam dengan rambut yang ia biarkan tergerai. Begitupun dengan Giselle yang ia pakaian baju senada dengannya. Setelah selesai bersiap, mereka pun segera pergi menuju kediaman Mejendra.

Seperti biasa, kedatangan mereka disambut oleh penjaga yang akan mengantarkan mereka menemui tuan rumah. Ketika masuk ke dalam rumah, terlihat Chessy dan Altair yang sudah duduk di ruang makan. Vyora pun tersenyum dan mendatangi mereka.

"Akhirnya dateng juga," ucap Chessy tersenyum senang.

"Hehe iya mbak," ucap Vyora sebelum duduk di kursi seberang Chessy.

Namun aktivitas Vyora tertahan ketika netranya menangkap sosok kekar yang berjalan ke arahnya. Pria itu tersenyum tipis ke arahnya hingga memunculkan lesung yang menghiasi wajah tegasnya. Pria itu mengulurkan tangannya, "Vyora ya."

Vyora mengangguk, "Ini mas Arfan?" tanyanya menatap pria itu dan Chessy bergantian.

Arfan tersenyum, "Iya aku Arfan, suaminya Chessy, temennya Arga."

Wanita itu hanya ber-o-ria dan menjabat tangan Arfan sebelum duduk. Namun kedatangan Arfan tiba-tiba membuat jantung nya berdetak lebih cepat. Tiba-tiba sosok Arga muncul dalam pikirannya. Suaminya itu... bukankah bertugas di tempat yang sama dengan Arfan? Jika Arfan sudah pulang maka seharusnya Arga pun sudah bukan? Namun mengapa suaminya tak pulang ke rumah? Atau mungkin Arga belum pulang? Mungkinkah Arga gugur dalam bertugas?

Vyora segera menggelengkan kepalanya. Ia menatap Arfan dalam-dalam, "Mas Arfan kapan pulang?" tanyanya mengagetkan Arfan yang sedang mengobrol dengan istrinya.

"Hah? Oh aku baru tadi pagi sampe rumah."

"Tadi pagi?"

Pria itu mengangguk, membuat pikiran Vyora semakin kemana-mana. Jika Arfan sampai rumah tadi pagi bukankah Arga juga harusnya sampai rumah pagi? Padahal ia dari pagi di rumah terus jadi jika suaminya pulang ia pasti akan tau tapi pria itu tak ada kabar apapun. Jadi dimana suaminya sekarang?

Ekhem...

Lamunan Vyora buyar ketika mendengar suara di belakangnya. Ia pun merotasi kepalanya hingga netranya menangkap sosok tegap yang berada di belakangnya. Tubuhnya membeku ketika melihat seorang pria yang tengah menatapnya dingin. Arga, ia tak menyangka akan menemukan suaminya di sini.

"Mas Ar-"

"Berdiri, saya ingin bicara," titah Arga tegas, membuat suasana berubah menegangkan di ruang makan itu.

Vyora pun hanya dapat menghela napasnya dan mengikuti langkah Arga. Ia tak ingin membuat keributan di rumah Arfan dan Chessy. Kakinya terus mengikuti pria itu hingga berhenti di samping kolam renang yang sepi. Entah apa yang akan pria itu lakukan, yang pasti tatapan dinginnya membuat Vyora jengah. Ia pun menekuk tangannya di depan dada, "Kenapa?"

"Coba pikir salah kamu apa sampai saya bawa kamu ke sini?"

Vyora membuang wajahnya, "Lagu lama banget, dianya yang salah tapi masih bisa nyuruh orang nyari kesalahannya. Nggak sadar diri banget," gerutunya.

"Kamu bilang apa?"

"Ck udah deh mas aku nggak mau debat. Mas mau ngomong apa cepet. Kalo nggak, aku mau balik ke ruang makan, dah laper."

"Pakaian kamu... Terlalu pendek!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!