Argavyan Byantara adalah pria teraneh yang pernah Vyora temui. Vyora tak dapat memahami mengapa pria itu mendadak mendiamkannya seperti ini. Padahal pria itu sendiri yang memberikan pertanyaan padanya, Apa salahnya jika ia menjawab pertanyaan Arga dengan sejujurnya. Ia hanya ingin mengungkapkan isi hatinya saja, jadi harusnya pria itu tak perlu bersikap berlebihan bukan.
Sikap Arga yang menjengkelkan lama kelamaan membuat mood Vyora pun terganggu. Ia juga mulai kesal dengan Arga dan memilih untuk ikut marah. Ia pikir di sini harusnya ia lah yang marah karena harus mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan ini tanpa sebab.
Setelah mobil Arga terparkir di depan rumah, buru-buru Vyora keluar dan menemui putri sambung nya yang masih berada dalam gendongan Ina. Ia mengambil alih bayi mungil itu menuju kamarnya. Tanpa mempedulikan semua orang, ia menutup pintu kamar itu dengan keras hingga menimbulkan bunyi nyaring dan mengejutkan semua orang.
“Ibu Vyora kenapa pak?” tanya Ina khawatir kepada atasannya.
Cukup lama Arga memandangi kamar nya sebelum berucap, “Biarkan saja. Saya mau keluar sebentar.”
“Baik pak.”
...-+++-...
Di dalam kamar, Vyora langsung membaringkan putri kecilnya di atas kasur. Ia memperhatikan wajah yang sangat mirip dengan kakaknya itu dalam diam sampai emosinya berhasil mereda. Sekarang hanya bayi itu yang mampu mengembalikan mood Vyora. Entah sejak kapan Giselle menjadi pelipur laranya, yang pasti wajah menggemaskan Giselle adalah anugerah terbaik yang pernah Tuhan berikan.
“Ucul banget si kamu nak, sayang papa kamu nyebelinnya minta ampun. Onty sampe nggak tau harus ngadepin papa kamu kayak gimana lagi. Untung aja ada kamu disini kalau nggak, onty udah beneran kabur ke ujung dunia.”
Vyora bermonolog cukup lama sebelum akhirnya beranjak dan membersihkan diri nya. Setelah selesai dengan urusannya, Vyora kembali berbaring di samping Giselle dan menghabiskan waktunya dengan mengamati tingkah laku menggemaskan bayi mungil itu. Sekecil apapun gerakan Giselle selalu membuat Vyora berdecak bangga.
Namun kedatangan seorang pria tiba-tiba mengalihkan atensi Vyora. Ia menatap pria yang berjalan menuju walk ini closet tanpa menghiraukannya. Keningnya mengkerut ketika Arga keluar lagi dengan pakaian loreng dan tas besarnya.
Meskipun posisinya Vyora sedang marah sekarang, tetapi ia tak bisa menahan rasa penasarannya dan memilih untuk bertanya pada pria itu, “Mas mau kemana?”
Namun keheningan Arga membuat Vyora mendengus kesal. Ia pun beranjak dan berjalan mendekati pria itu dan mengulang kembali pertanyaannya. Lagi, Arga hanya diam dan membuat Vyora semakin kesal. Ia pun segera merebut tas loreng itu agar suaminya menatapnya.
“Kenapa sih mas? Suara aku nggak kedengeran ya di telinga kamu?"
Tanpa menjawab pertanyaan istrinya, Arga segera merebut kembali tasnya dengan mudah. Ia sama sekali tak mempedulikan Vyora dan kembali memasukkan barang-barang nya dengan tenang. Ia tak memiliki waktu yang cukup untuk bersiap. Setelah memasukkan barang terakhir, baru lah ia menatap istrinya, “Saya ada tugas dan nggak tau kapan akan pulang.”
“Maksud kamu? Jadi kamu pulangnya kapan mas?”
“Sa-ya nggak ta-u,” jawab Arga penuh penekanan.
Telinga Arga terus berdengung mendengar ocehan Vyora selama ia memasukkan barang-barang nya. Ia tak tau mengapa wanita itu cerewet sekali. Padahal ia sering seperti ini. Pun Meysa juga tak pernah menginterogasi seperti ini. Tapi kenapa Vyora yang hanya istri penggantinya malah bertingkah seperti ini?
Namun bagi Vyora, entah ia istri pengganti atau tidak ia harus tau kapan suaminya pulang. Meskipun ia juga berharap pria itu segera pergi tetapi ia tak suka ditinggalkan tanpa kepastian. Ia tak suka menunggu sesuatu yang tak pasti kapan akan kembali kepadanya.
“Kenapa mas nggak tau baliknya kapan?”
Arga yang muak langsung menatap Vyora dengan tajam, “Bisa nggak kamu nggak banyak tanya? Tolong sadar dengan posisimu di sini. Hanya karena status kamu sebagai istri saya bukan berarti kamu bisa banyak bertanya tentang kehidupan maupun pekerjaan saya. Tugas kamu di sini hanya untuk menjaga Giselle. Tolong ingat itu.”
Vyora membeku mendengarkan penjelasan Arga yang penuh dengan penekanan. Jadi hanya sebatas itu posisi nya di sini? Ia tak lebih dari baby sitter Giselle yang memiliki status lebih tinggi? Baiklah, ia mengerti sekarang apa artinya bagi Arga. Ia pun mengangguk paham dan mundur beberapa langkah.
Hanya anggukan singkat yang bisa Vyora berikan sebelum kembali berbaring di samping anaknya. Ia bahkan tak menyalami suaminya karena rasa kecewa yang terlanjur menyelimuti hatinya. Toh pria itu juga tak menganggapnya istri jadi biarkan saja. Pria itu sendiri yang menarik garis batasan bagi mereka jadi ia pun tak akan pernah melewatinya.
...-+++-...
Sejak ditinggal Arga bertugas, Vyora mulai aktif kembali menjalani hari-harinya sebagai seorang mahasiswi. Ia mulai berkuliah selayaknya mahasiswa pada umumnya, sedangkan Giselle ia titipkan pada Ina setiap kali ia kuliah.
Di kampus, Vyora akan bersikap seperti gadis bebas pada umumnya. Ia akan menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya. Namun begitu ia pulang, ia akan berganti peran sebagai seorang ibu yang menjaga anaknya.
“Jadi gimana ceritanya lo bisa nikah sama kakak ipar lo?”
Saat ini Vyora tengah berada di kafe bersama dengan Mina dan Caroline. Kedua wanita itu masih sangat penasaran dengan cerita Vyora sejak Vyora memberikan kabar mengejutkan yang membuat rasa penasaran kedua orang itu muncul. Berhari-hari mereka menunggu cerita Vyora hingga akhirnya Vyora bersedia untuk menceritakan semuanya.
Saat ini memang waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Vyora pun menghembuskan napasnya seraya menyeruput jusnya sebelum menjawab, “Kakak gue meninggal satu jam setelah ngelahirin keponakan gue karena pendarahan. Dan dia minta gue gantiin posisi dia buat ngurusin suami dan anaknya."
“Oh my god, Vyo. terus hubungan lo sama Max gimana?” tanya Caroline penasaran. “Kalian putus?”
Untuk pertanyaan yang satu ini Vyora pun tak tau jawabannya. Ia menggeleng bingung, “Gue juga nggak tau. Jujur gue masih cinta sama Max tapi buat nerusin hubungan kami saat gue udah nikah… gue nggak tau lagi.”
Mina dan Caroline turut sedih mendengar cerita Vyora. Namun mereka juga tak dapat membantu sahabat mereka kali ini. Vyora pun mengerti, ia tau tak akan ada solusi untuk permasalahannya. Mendapatkan tempat untuknya bercerita saja sudah cukup baginya.
“Ya udah ya gue mau balik dulu kalau gitu. Anak gue udah nunggu,” pamit Vyora sebelum beranjak dari kursinya.
“Iya, hati-hati ya Vy. Kalau ada apa-apa telpon kita aja.”
“Iya, makasih.”
Vyora segera meninggalkan kedua temannya untuk kembali ke rumah bersama dengan sopir yang juga bertugas sebagai pengawalnya. Namanya Gilang. Dari cerita yang Vyora dengar, Gilang adalah orang yang sama yang dulu bertugas sebagai pengawal pribadi kakaknya. Dan sekarang pria itu bertugas untuk memberikannya pengawalan.
“Mas, nanti tolong mampir ke toko alat lukis dulu ya,” pinta Vyora setelah masuk ke dalam mobil. ia perlu membeli alat-alat gambar baru demi menyelesaikan tugasnya karena semua alat gambarnya masih berada di kosnya.
Ya, sampai sekarang wanita itu memang belum mengemasi barang-barangnya yang ada di kos. Ia juga belum mengatakan kepada ibu kosnya tentang kepindahan nya. Rencananya ia akan mengambil semua barangnya pada weekend ini, sekaligus berpamitan pada ibu kosnya.
“Baik bu.”
...-+++-...
Setelah sampai di rumah, Vyora segera mengambil alih Giselle untuk memandikan bayi itu dan memberikannya susu. Namun sepertinya sore ini porsi susu Giselle jauh lebih sedikit daripada biasanya. Bayi mungil itu hanya menghabiskan seperempat dari botol sedang yang Vyora berikan.
Ketika memastikan bayi itu tidur, Vyora segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya menjadi lebih santai. Setelah itu ia segera membongkar barang belanjaannya tadi, mengabsen setiap alat yang ia perlukan untuk menyelesaikan tugasnya yang memiliki deadline besok pagi.
Dosen yang memberikan tugas ilustrasi tiga dimensi itu memang seperti nya minta didemo karena memberikan tenggat yang sangat singkat. Namun Vyora tak memiliki pilihan lain selain mengerjakannya. Ia pun mulai membuat sketsa pada kanvas yang baru ia beli.
Mulai dari satu garis lama kelamaan sketsa yang Vyora pun hampir jadi. Matahari sudah lama menghilang dan berganti oleh bintang. Vyora sungguh tak menyadari berapa lama waktu yang ia habiskan untuk menyelesaikan tugasnya. Ia begitu fokus pada kanvas itu hingga suara tangis mengganggu konsentrasinya.
Tangisan Giselle membuat Vyora menghentikan aktivitas nya dan beralih pada bayi itu. Namun ketika tangannya bersentuhan dengan kulit Giselle ia pun kembali menariknya dengan cepat. Matanya melebar,
“Panas banget kamu nak.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments