11 - New Thing

Pernikahan tanpa dasar cinta memang sangat sulit untuk dijalani apalagi ketika masih ada nama Meysa yang tertulis jelas di hati Arga. Dengan perilaku dan sikap Vyora, ia tak tau apa ia bisa menjalankan permintaan mendiang istrinya dengan baik. Ia tak tau apakah ia bisa bersikap sama seperti kepada Meysa.

Meysa dan Vyora. Dua wanita yang sangat berbeda bagi Arga. Meysa yang selalu membuat hatinya tenang, sedangkan Vyora yang selalu membuat hatinya jengkel, emosi, dan tak tenang. Dengan Meysa, ia bisa meninggalkan wanita itu untuk menjalani tugasnya dengan tenang karena ia tak perlu mengkhawatirkan apapun. Namun Vyora? Ia sungguh tak bisa berhenti memikirkan wanita itu. Hatinya tak bisa tenang memikirkan semua masalah yang bisa saja wanita itu timbulkan.

“Maaf, kolonel. Kapal sudah siap.”

Pernyataan letnan itu membuyarkan lamunan Arga. Pria itu mengangguk dan naik ke atas kapal yang sudah siap berlayar, menjalankan tugasnya dan berusaha menghilangkan Vyora dari pikirannya.

...-+++-...

“Ibu… Ibu Vyora…”

Pagi ini alarm tak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Alhasil Ina lah yang harus turun tangan untuk membangunkan majikan barunya. Dengan susah payah ia membangunkan wanita yang masih tertidur lelap itu.

Hoam….

Vyora yang masih sangat mengantuk itu pun membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali sebelum meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Ia menatap layar pipih itu dengan malas, tetapi sedetik kemudian matanya melebar. Ia segera beranjak dari kasurnya dengan panik.

“OH MY GOD GUE TELAT!!!”

Wanita itu terlihat sangat panik apalagi kelas yang harus ia datangi sudah berlangsung lima belas menit yang lalu. Sungguh bodoh, bisa-bisanya ia tertidur dan lupa waktu begini. Tidak, ini bukan salahnya! Salahkan dosen yang memberinya tugas sulit sehingga harus begadang hingga fajar.

“Bi, Jijel jangan lupa dimandiin sama dikasih susu ya. Tapi inget harus bibi yang ngasih. Saya nggak mau pelayan lain menyentuh Jijel,” tutur Vyora seraya bersiap diri.

Ina mengangguk dan tersenyum teduh. Melihat perilaku Vyora membuatnya bahagia. Entah mengapa semua tingkah laku Vyora seolah menghidupkan warna yang sempat menghilang dari rumah ini. Bahkan lebih berwarna dari sebelumnya.

“Ibu tapi hari ini ada temu jalasenastri.”

Ucapan Ina menghentikan aktivitas Vyora. Wanita itu menoleh dan mengernyitkan dahinya, “Itu apa?”

Wanita paruh baya itu tersenyum, “Jalasenastri itu organisasi yang Bu Meysa ikuti dulu sebagai istri Pak Arga. Namun sekarang Bu Vyora yang harus datang.”

Otak Vyora masih belum bisa mencerna dengan baik. Ia pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal, “Tapi… saya kan harus kuliah. Tugas saya…” ia menunjukkan tempat kosong yang tadi malam menjadi tempat ia meletakkan tugasnya.

“Tugas Bu Vyora tadi sudah bibi titipkan kepada teman ibu yang pernah kesini tempo hari, sudah bibi ijinkan juga jadi ibu bisa ikut pertemuan hari ini.”

Vyora mengangguk paham. Jadi sia-sia ia bangun tergesa-gesa tadi padahal tugasnya sudah aman dan ia tidak perlu masuk kelas. Namun, mengikuti pertemuan apa tadi kata Bi Ina? Jala… apalah itu. Pasti pertemuan itu tidak menyenangkan bagi Vyora. Pasti isinya orang-orang serius yang tidak bisa bercanda. Ya mungkin sebelas dua belas seperti suaminya.

Wanita itu pun mengeluarkan puppy eyesnya, “Bi kan Mas Arga nggak ada di sini ya. Jadi kalau saya nggak ikut gapapa kali ya… Mas Arga kan nggak tau juga kalau saya nggak ikut.”

Usia memang tak bisa berbohong. Ina hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum teduh lalu memberikan sebuah surat kepada majikannya itu, “Ini surat dari Pak Arga bisa ibu baca dulu sebelum memutuskan.”

Vyora mengambil surat itu dengan penuh tanya, “Kok mas Arga bisa ngasih surat ini ke bibi?”

“Tadi suratnya diantarkan ke rumah oleh Aroz.”

Vyora hanya menganggukkan kepalanya dan mulai membuka surat itu. Ia membacanya dengan seksama hingga membuat kedua netranya melebar. Pria itu, meskipun tidak ada disini tetapi tetap saja membuat harinya hancur.

~ Hari ini ada pertemuan jalasenastri dengan istri perwira lain jadi jangan coba-coba membuat masalah. Cukup datang dan bersikap dengan tenang. Cari saja wanita bernama Chessy.

Ingat isi kontrak poin 12 (kalau tidak ingat coba baca lagi) jadi JANGAN MEMBUAT MASALAH! ~

Kira-kira seperti itulah isi surat yang dikirimkan Arga. Sungguh menjengkelkan bukan. Sungguh malas mengikuti acara-acara seperti ini namun Vyora tak dapat bertingkah apapun setelah membaca surat kontrak itu lagi.

Dalam poin 12 tertulis bahwa pihak 2 harus selalu mendukung pihak 1 dalam tugasnya dan menjalani kewajibannya sebagai istri yang baik, mengikuti acara dan agenda lain yang berhubungan dengan tugas dan pekerjaan pihak 1.

Bodoh sekali Vyora karena tak menyadari poin penting itu. Jika saja ia sempat membaca waktu itu pasti ia sudah mengubah isinya. Huft!! Sekarang mau tak mau, suka tak suka ia tetap harus datang.

Pada akhirnya Vyora menyerahkan dirinya untuk menjadi istri Arga yang baik. Ia segera membersihkan diri dan berdandan, pun membiarkan Ina menyanggul rambutnya agar rapi. Jujur, pakaian dan juga tampilan ini sangat membuatnya tidak nyaman apalagi dengan rok span panjang yang ia gunakan sekarang membuatnya tidak leluasa. Namun mau bagaimana lagi, ia tak memiliki pilihan lain.

“Biasanya kalau Mbak Meysa yang pergi, yang nyanggul gini-gini bibi juga?”

Ina mengangguk, “Iya bu, biasanya bibi yang bantu buat sanggulnya.”

Vyora menangguk paham. Tidak mengejutkan jika Ina lah yang membantu Meysa sebelumnya karena hasil sanggulan wanita itu sangat rapi. Namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia pun menoleh ke arah Ina, “Bi, saya boleh minta sesuatu nggak?”

“Minta apa bu?”

“Jangan panggil saya ibu ya. Agak gimana gitu dengernya kan saya masih 20 tahun bi nggak tua-tua amat jadi kalau dipanggil ibu kesannya kek tua banget gitu bi.”

Ina hanya tersenyum mendengar permintaan Vyora. Wanita muda itu memang seumuran dengan anaknya tetapi seperti nya kurang sopan ia memanggil majikannya dengan namanya saja.

Mendapatkan keterdiaman Ina membuat Vyora tersenyum, “Bi Ina nggak usah sungkan ya. Panggil Vyora aja, anggep aja kayak anak sendiri. Jangan takut sama Mas Arga nanti biar saya yang cubit kalau berani marahin bibi.”

Ina terkekeh kecil mendengarnya. Ia jadi menyadari bahwa hanya Vyora yang berani berdebat dan mengajak ribut Arga. Bahkan selama ia bekerja di sini ia tak pernah sekalipun melihat Meysa berdebat dengan Arga. Baru setelah kedatangan Vyora rumah ini jadi penuh oleh perdebatan lucu antara dua majikannya itu.

Wanita itu pun mengangguk, “Baik Nak Vyora…”

Vyora tersenyum senang mendengarnya. Hanya Ina yang terlihat tulus di matanya. Hal itulah yang membuatnya sedikit demi sedikit percaya pada Ina. Hanya pada Ina ya, selain itu semuanya tetap membuatnya curiga apalagi pelayan muda yang membuatnya kesal waktu itu.

Bersamaan dengan itu, Gilang yang datang dengan setelan jas hitamnya. Pria itu menunduk sekilas, “Sudah waktunya ibu berangkat.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!