9 - Vyora's Place

Vyora memang hidup dalam keluarga toxic yang selalu membandingkan dan tak pernah menghargai kerja kerasnya. Namun seumur hidupnya, ia belum pernah mendapatkan kekerasan fisik sekali pun baik dari orang tuanya atau dengan kekasihnya, Maxime. Tapi semuanya berubah sejak ia menikahi seorang kolonel yang kasar. Bahkan pria itu telah berani menampar pipinya dengan keras hingga mencetakkan bekas yang sangat menyakitkan.

Mata Vyora memanas mendapatkan perlakuan kasar itu. Ia yang sudah tersungkur di lantai menggelengkan kepalanya dan menatap Arga dengan tatapan yang sulit diartikan, “I hate you!”

Pria itu tak bergeming, “Harusnya saya yang lebih membenci kamu Vyora. Saya benar-benar membenci perselingkuhan!”

“Tapi aku nggak pernah selingkuh!!” elak Vyora membela dirinya.

Namun sepertinya pria itu masih tak percaya dengan perkataan istrinya. Ia menarik kerah baju Vyora yang masih tersungkur, “Kalau kamu nggak selingkuh terus buat apa kamu bawa masuk laki-laki lain ke rumah saya? Di malam hari. Kamu kira saya bodoh, hah?! Kamu kira saya nggak tau apapun yang terjadi di rumah ini saat saya pergi?!”

“Maksud kamu Ethan?”

Mendengar nama pria lain disebut membuat Arga tersenyum remeh, “Jadi namanya Ethan. Orang mana dia biar saya bunuh sekarang juga!”

Vyora menggeleng tak percaya, “Ternyata kamu emang bodoh dan gila ya mas.”

“Apa kamu bilang?!”

“Mas kalau kamu bisa tau semua yang terjadi di rumah ini seharusnya kamu juga tau alasan aku panggil Ethan malem-malem ke sini. Harusnya kamu tau mas! Apa mata-mata kamu nggak ada yang ngasih tau alasan aku manggil Ethan? Nggak ada yang ngelaporin ke kamu secara bener?”

Air mata Vyora perlahan pecah, “Kamu tau nggak gimana susahnya aku ngerawat anak kamu yang lagi sakit semalem? Kamu tau nggak susahnya aku ngerjain tugas sambil ngerawat anak kamu sampai tugas aku nggak selesai?”

Wanita itu menggeleng kecewa, “Kamu nggak tau mas karena yang kamu tau cuma cara nyalahin aku aja! Kamu tuh cuma bisa curiga sama aku. Kamu nuduh aku selingkuh padahal kamu nggak tau kalau Ethan yang udah bantu nyembuhin anak kamu!”

Kali ini Arga hanya terdiam mendengarkan semua penjelasan istrinya. Ia membiarkan wanita itu mengeluarkan semua isi hatinya.

“Dimana kamu saat aku butuh kamu? Dimana kamu saat anak kamu butuh kamu? Nggak ada kan, terus sekarang kamu tiba-tiba dateng, nuduh aku sembarangan sampai kasarin aku cuma karena info nggak berdasar yang kamu dapetin? Udah cukup ya mas. Aku udah muak!”

Vyora berdiri tanpa memutus tatapannya pada Arga, “Aku pikir aku udah cukup ngelakuin permintaan terakhir Mbak Meysa. Aku udah berusaha semampu ku dan ini batasku. Kayaknya mas juga nggak akan bisa kan ngehargain aku sebagai istri mas. Jadi lebih baik kita pisah. Maaf mas, tapi aku bukan perempuan yang akan dengan senang hati nerima diperlakukan kayak sampah gini,” ucapnya sebelum mengambil tasnya.

“Dan buat Giselle, kamu nggak perlu khawatir. Aku tau kamu belum bisa nerima Giselle jadi aku bakal tetep bawa dia biar nggak nyusahin kamu,” lanjutnya sebelum pergi meninggalkan Arga.

Pada akhirnya Vyora pergi membawa Giselle meninggalkan rumah itu. Ia meninggalkan Arga yang masih mematung di tempatnya.

Semua perkataan yang keluar dari mulut Vyora jelas-jelas telah merendahkan nya. Namun mengapa Arga tak bisa membantah? Apa karena memang ia yang salah? Arghhh! Arga mengacak-acak rambutnya sendiri.

Pria itu segera menyusul istri dan anaknya. Namun ketika ia keluar dari rumah, kedua perempuan itu telah benar-benar pergi dari rumah nya. Mereka benar-benar meninggalkan nya di sini.

“Gilang! Aroz! Segera temukan istri dan anak saya!”

...-+++-...

Di ruangan yang tak terlalu luas, Vyora membawa Giselle bersamanya. Ia kembali ke kosnya yang terletak lumayan jauh dari rumah Arga. Ia tak memiliki pilihan lain selain kos ini. Hanya kos inilah tempat tinggal yang bisa ia tuju di kota ini. Bahkan ia sama sekali tak membawa pakaian atau apapun dari rumah Arga. Tapi ya sudahlah, ia bisa membelikan Giselle pakaian baru.

Lebih baik Vyora hidup sederhana berdua dengan anak sambungnya daripada ia harus hidup mewah tetapi penuh dengan tekanan. Jika pria itu pikir ia akan takut dan menerima semua perlakuan Arga, pria itu sungguh salah besar. Ia adalah Vyora, wanita yang tak pernah membiarkan dirinya ditindas.

Vyora membaringkan tubuhnya di samping bayi yang terlelap itu seraya memainkan ponselnya. Ia sedang menunggu driver online yang akan mengantarkan pakaian Giselle yang ia beli beberapa saat yang lalu melalui aplikasi.

Tak berselang lama, pintu kos nya tiba-tiba diketuk dan membuatnya menegakkan badan. “Cepet banget dah sampe,” gumam Vyora.

Wanita itu segera berjalan untuk membukakan pintu. Namun setelah melihat orang yang ada dibalik pintu, dengan cepat ia menutup kembali pintu kosnya. Ia tak menyangka jika pria itu bisa menemukannya secepat ini. Dengan sekuat tenaga Vyora berusaha mengunci pintunya tetapi kekuatan Gilang dan Aroz berhasil mengalahkannya.

Kedua pria itu menunduk sebentar setelah berhasil membuka pintu, “Kami diperintahkan untuk menjemput Bu Vyora dan Giselle,” ungkap Gilang.

Tentu saja Vyora tau maksud kedatangan dua pria itu. Ia bukan wanita bodoh yang tak dapat membaca situasi. Namun masalahnya, ia tak akan pernah mau datang lagi ke rumah itu dan kembali bertemu dengan pria kejam itu. Tak akan pernah!!

Vyora menekuk tangannya di pinggang. Dengan gerakan tegas ia menggeleng, “Saya nggak mau balik ke rumah itu lagi!” ucapnya penuh penekanan. “Bilang ke atasan kalian yang galaknya minta ampun itu kalo saya nggak akan pernah mau sama laki-laki arogan seperti dia.”

“Apa sekarang kamu juga menganggap saya arogan?”

Suara bariton yang memenuhi gendang telinga Vyora membuatnya terkejut. Ia membeku ketika netranya menangkap sosok yang keluar dari belakang Aroz dan Gilang. Sejak… sejak kapan pria itu berada di sana? Apa pria itu sejak awal berada di sana dan melihat semuanya?

Berbagai pertanyaan mulai muncul di pikiran Vyora. Jujur ia tak menyangka sama sekali dengan kedatangan pria itu. Sejujurnya ia sedikit takut dengan kedatangan ketiga pria yang berwujud menyeramkan ini. Hanya sedikit ya! Ia hanya takut karena tubuh mereka jauh lebih besar dibandingkan dirinya. Namun hal itu tak membuatnya gentar sama sekali.

Vyora menghela napasnya, “Aku nggak mau jadi pusat perhatian anak-anak kos jadi suruh dua pengawal mas itu buat pergi. Mas bukan anak kecil lagi yang kemana-mana harus dijaga sama bodyguard. Mas nggak selemah itu kan?”

Lagi dan lagi wanita itu melukai harga diri Arga. Kembali, Arga tak membantah ucapan Vyora sama sekali. Ia segera menyuruh Gilang dan Aroz untuk menunggu mereka di dalam mobil dan mengawasi pergerakan mereka dari jauh. Setelah itu ia mengikuti langkah Vyora untuk masuk ke dalam kos wanita itu.

Arga tak dapat menahan kedua netra nya untuk menjelajahi kos Vyora yang terlihat sederhana. Terdapat kamar mandi kecil, sebuah lemari dan sebuah kipas angin yang sungguh jauh dari kata mewah. Namun mengapa wanita itu memilih untuk tinggal di sini daripada rumah mewahnya?

“Udah kali ngeliatnya. Kos ku nggak bakal ganti jadi lebih mewah kalo diliatin sama kolonel kaya raya.”

Teguran Vyora menyadarkan Arga dan membuat pria itu terbatuk beberapa kali karena pergerakannya terbaca. Ia menatap Vyora dengan penuh tanya, “Terus kenapa kamu betah hidup di sini?”

“Karena ini rumah ternyaman aku.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!