14 - End With You

Di dalam sebuah kafe yang ramai, Vyora benar-benar merasa terintimidasi oleh tatapan seorang pria yang seolah menghakiminya. Maxime, entah apa yang pria itu pikirkan tetapi pria itu terus diam sejak mereka sampai di kafe ini. Hal itu membuat vyora semakin tak nyaman.

“Ka-kamu sebenernya ada apa ngajak aku ketemuan?” gugup Vyora yang sudah tak dapat menahan rasa penasarannya.

Pria itu tak langsung menjawab. Cukup lama Maxime menatap Vyora lekat, membuat jantung wanita itu semakin berdebar hingga akhirnya ia menghembuskan napasnya, “I know the story, so tell me now.”

“Maksud kamu apa? Cerita apa?”

“Come on, Vy. Kamu masih nggak mau cerita ke aku bahkan setelah aku tau semuanya? Aku udah tau tentang pernikahan dan anak sambung kamu. So karena itu kamu ninggalin aku dan nggak ada kabar sampai sekarang kan?”

Deg! Vyora langsung membeku ketika mendengar pernyataan Maxime. Bagaimana pria itu mengetahui semuanya padahal ia belum menceritakan tentang pernikahan kepada pria itu sama sekali. Pikirannya langsung berkelana jauh menuju orang-orang yang mengetahui tentang pernikahannya. Hanya Mina, Caroline dan Ethan. Hanya ketiga orang itu yang mengetahuinya jadi siapa? Apa Ethan yang telah memberitahu Maxime?

“Kamu tau dari siap-”

Brak!

Maxime menggebrak meja dengan keras hingga membuat semua pengunjung yang ada di sana menatap mereka. Begitu pun dengan Vyora yang terlihat sangat terkejut dengan sikap Maxime. Kedua netra Vyora memanas mendapati perlakuan kasar Maxime untuk pertama kalinya. Ia menggelengkan kepalanya, “Max…”

Pria yang tersadar dengan kesalahan nya itu pun langsung menarik tangannya, “I’m sorry babe… Aku nggak bermaksud kasar, I’m sorry,” Maxime segera berjalan menuju sisi Vyora dan memeluk wanita itu.

Maxime sungguh merasa bersalah karena membuat wanita yang ia cintai ketakutan. Ia menepuk pelan punggung Vyora dan memberi waktu pada wanita itu hingga tangisnya mereda. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan di otaknya saat ini. Sejak ia mengetahui kabar buruk itu, ia sadar jika hubungannya tak akan baik-baik saja. Namun ia sungguh tak siap dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada hubungannya dengan Vyora. Ia sangat mencintai wanita itu.

Setelah beberapa saat, Vyora pun kembali tenang. Ia melonggarkan pelukan itu dan menatap dalam pria yang telah berada di dalam hatinya selama satu tahun ke belakang, “Max, I’m sorry,”

Maaf. Hanya itu kalimat yang sanggup keluar dari mulut Vyora. Ia tak memiliki kata lain selain maaf. Ia benar-benar merasa bersalah dengan apa yang terjadi padanya dan Maxime.

Namun bagi Maxime, kata maaf bukanlah hal yang ingin ia dengar. Yang ia inginkan adalah penjelasan dari Vyora. Pria itu pun menggenggam kedua tangan Vyora, “I need an explanation, please explain to me.”

Wanita itu menghela napasnya, “Okey I will tapi jangan di sini.”

Setelahnya kedua insan itu pun pergi meninggalkan kafe. Tingkah laku mereka tak luput dari perhatian seorang pria yang terus mengawasi keduanya. Pria yang baru saja memotret itu pun mengecek hasil jepretannya dan segera mengirimkannya pada seseorang yang ada di seberang sana.

...-+++-...

Satu tahun yang lalu, tepat di tempat yang sama Vyora menangis bahagia ketika pria yang ia cintai mengungkapkan perasaan kepadanya. Entah apa tujuan Maxime membawanya ke taman ini tetapi Vyora dapat merasakan suasana yang berbeda antara dirinya dan Maxime. Apakah ini memang benar-benar akhir dari hubungan mereka? Apakah ia memang sudah sanggup meninggalkan pria yang telah mendapatkan tempat di hatinya?

Setelah Vyora menceritakan semuanya kepada Maxime, tentang pernikahan dan semua yang telah wanita itu lalui, keheningan kembali menyelimuti keduanya. Vyora dan Maxime larut dalam pikiran mereka masing-masing. Angin yang berhembus bahkan tak dapat mendinginkan pikiran Vyora. Air mata yang berusaha ia tahan juga akhirnya keluar dari kelopak matanya.

Melihat tangis Vyora membuat Maxime menghembuskan napasnya. Ia menepuk pelan punggung Vyora, “Don't cry. Nggak ada yang perlu ditangisi Vy. Semua udah terjadi and I know you. Aku bisa nerima semuanya kok. It’s okey, aku nggak marah.”

Pernyataan Maxime membuat Vyora menatap dalam pria itu. Ia mencari kebohongan yang bahkan tak dapat ia temukan dalam iris hazel itu. Apa pria itu memang telah menerimanya dengan tulus? Apa pria itu memang tak marah kepadanya? Jika iya, itu akan semakin membuatnya merasa bersalah.

“Max tapi… aku udah bohong dan nyakitin kamu. Aku udah jahat Max.”

Pria itu menggeleng, menangkup kedua pipi Vyora agar wanita itu menatapnya, “You are not. Jangan nyalahin diri kamu sendiri Vy. I know you dan kamu buat orang jahat. Mungkin emang takdirnya kita harus pisah kayak gini.”

“Max… jadi kita sekarang…”

Maxime mengangguk, “Dont worry, aku bakal tetep ada di samping kamu meskipun I’m not your bf anymore. Aku bakal tunggu kamu Vy… Kalau suami kamu nggak bisa bikin kamu bahagia bilang ya, aku bakal selalu siap buat kamu ak-”

Ucapan Maxime terhenti ketika wanita itu tiba-tiba memeluknya. Wanita itu tak sanggup lagi mendengarkan kata-kata yang pria itu lontarkan. Sebuah janji yang semakin memudarkan niat Vyora. Bagaimana bisa Tuhan membuatnya melepaskan pria sesempurna Maxime? Bagaimana bisa ia meninggalkan pria sebaik ini?

Tangis Vyora semakin mengeras. Pelukannya semakin erat. Berulang kali ia mengatakan maaf yang tak akan bisa mengembalikan hubungan mereka seperti semula. Pada akhirnya hubungan yang ia perjuangkan selama satu tahun harus remuk begitu saja dan yang dapat ia lakukan hanyalah membiarkan hubungan ini remuk di depan matanya.

“Sssttt… stop crying plis. Orang-orang udah natep aku tajem lho. Kayaknya mereka ngira aku yang bikin kamu nangis,” celetuk Maxime berusaha untuk mengubah suasana.

Namun semakin banyak Maxime mengeluarkan suaranya, semakin keras tangisan Vyora. Ia tak peduli dengan pendapat orang. Ia hanya ingin menangis di pelukan Maxime untuk yang terakhir kalinya sebelum ia benar-benar melepaskan pria itu.

Cukup lama Vyora mengatur emosinya hingga tangisnya berhenti. Ia melepaskan pelukan itu dan menatap Maxime seraya mengeluarkan senyumnya, “Don't wait for me. Kamu harus cari perempuan yang jauh lebih baik dari aku Max.”

Pria itu menggeleng, “I will not, you know.”

“Kamu harus Max. Kamu pantes buat perempuan yang lebih dari aku.”

“Okey, okey,” akhir Maxime, “Aku bakal cari perempuan lain, kamu puas?”

Vyora mengangguk. Meskipun melihat Maxime dengan wanita lain pasti akan membuat luka di hatinya semakin terbuka tetapi itu lebih baik dibandingkan melihat pria itu menunggunya. Pria itu berhak mendapatkan yang terbaik, bukan wanita sepertinya. Ia bukan wanita yang pantas untuk pria itu tunggu tanpa batas waktu.

Namun pernyataan Maxime setelahnya membuat netra Vyora melebar. Pria itu dengan yakin mengatakan, “Aku bakal cari perempuan lain kalau aku udah yakin kamu bener-bener bahagia sama suami kamu dan kamu nggak lagi butuhin aku.”

“Max…”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!