10 - Contract

Kos yang sudah menjadi tempat tinggal Vyora selama dua tahun ke belakang memang tidak terlalu luas, berbeda jauh dengan kediaman Arga. Namun di kos inilah ia dapat merasakan suasana rumah yang sesungguhnya. Tak ada yang membandingkannya dan ia dapat menjadi dirinya sendiri.

“Duduk mas. Di sini nggak ada kursi tapi, jadi kalau mas nggak nyaman mas boleh pergi,” ucap Vyora berharap kolonel itu akan memilih untuk pergi dari sini.

Namun bukannya pergi, Arga justru mengambil tempat duduk di hadapan istrinya, “Kamu pikir saya apa?”

“Mas? Mas kan laki-laki berpangkat yang nggak pernah duduk di bawah. Mas kan biasanya duduknya di atas terus.”

Apa ucapan Vyora memang tak dapat difilter terlebih dahulu? Dari tadi Arga sudah mencoba untuk menahan emosinya. Namun seperti nya wanita itu terus memercikan api di hatinya. Ia menggelengkan kepalanya, “Kita nggak bisa gini terus.”

“Maksud mas?”

Arga mengeluarkan Sebuah dokumen dari mantelnya dan memberikannya pada Vyora, “Baca, setujui dan tanda tangani. Kamu mau segera pisah dari saya kan?”

Vyora menatap Arga dengan penuh selidik sebelum menerima dokumen itu. Ia membuka lembar pertama, “Surat perjanjian?” gumamnya. Ia kembali membuka lembar kedua, ketiga hingga sampai pada lembar terakhir. Semua lembar penuh dengan tulisan hingga membuat kepalanya pening.

Selama dua tahun menjadi mahasiswi DKV, Vyora rasa ia sudah tak pernah membaca sebanyak ini. Ia pun mengembalikan dokumen itu pada Arga, “Tolong bacain,” pintanya.

Mendengar permintaan istrinya membuat Arga tersenyum remeh, “Kenapa? Kamu nggak bisa baca? Perlu saya bawakan guru membaca untuk kamu?”

Vyora berdecak dan merebut kembali surat kontrak itu. Ia mulai membaca poin demi poin yang ada di kontak itu. Tertulis pada poin satu bahwa pihak pertama (Argavyan Byantara) dan pihak kedua (Alettha Vyora Nazellya) akan terlibat dalam hubungan pernikahan karena kemauan pihak ketiga (Pricillia Meysa Nadhifa).

Poin kedua tertulis bahwa pernikahan pihak 1 dan pihak 2 hanya sebatas formalitas. Namun pihak 1 tetap bisa meminta haknya sebagai seorang suami kepada pihak 2 jika diperlukan.

Seketika netra Vyora melebar membaca poin ke dua itu, “Apa ini? Maksudnya apa pihak 1 minta hak ke pihak 2?”

“Seperti yang ada di bayanganmu.”

Netra Vyora melebar, dengan tegas ia menggeleng, “Nggak! Enak aja! Aku nggak mau ya. Semua yang ada di tubuh aku itu cuma buat suami aku nanti!”

“Saya memang suami kamu, sah secara agama dan negara. Lalu apa masalahnya? Saya tetap pria normal Vyora, meskipun masih ada Meysa di hati saya, tapi saya masih perlu kamu untuk memuaskan hasrat saya.” ucap Arga tanpa dosa. Bahkan pria itu tak mengubah ekspresi wajahnya sama sekali.

Sikap Arga semakin membuat Vyora jijik. Ia segera mengembalikan surat kontrak itu pada Arga, “Aku nggak akan pernah mau tanda tangan di kontrak itu. Enak aja aku dijadiin… BITCH?! Oh my god. Big no!”

Arga menghembuskan napasnya, “Berhentilah bersikap kekanak-kanakkan Vyora. Lagi pula kamu nggak sepenuhnya dirugikan. Saya juga akan menjamin kehidupan kamu, dan kita juga akan berpisah dengan alasan yang kamu pilih setelah Giselle berusia tujuh tahun. Adil bukan?”

Adil? Tentu saja tidak! Adil untuk Arga tapi tidak untuk Vyora. Apa pria itu tak memikirkan kehidupan Vyora setelah berpisah nantinya? Mungkin Arga bisa dengan mudah mencari istri baru tetapi Vyora? Mana ada laki-laki yang mau dengannya setelah ia berstatus janda.

“Kamu emang orangnya egois ya mas? Kamu cuma mentingin diri kam-”

“Terus kamu mau gimana?” potong Arga.

Apa mau Vyora? Tentu saja kontrak yang adil untuknya juga. Ia tak ingin hidupnya yang sudah tak berwujud ini semakin hancur. Ia menatap Arga dalam, “Aku ingin kontrak yang adil buat aku.”

Tak ada sahutan dari Arga. Pria itu hanya menghembuskan napasnya lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya. Setelahnya, Arga kembali menatap dingin Vyora dan membekukan suasana dalam kos itu hingga beberapa saat kemudian suara ketukan pintu terdengar.

“Siapa ya,” gumam Vyora sebelum beranjak untuk membukakan pintu itu.

Namun belum juga Vyora berdiri, tangannya sudah ditahan oleh Arga, “Masuk!” titahnya pada orang yang ada di balik pintu itu.

Ketika pintu dibuka, terlihat seorang pria yang berusia sekitar tiga puluhan yang menggunakan jas yang sangat rapi. Vyora mengedipkan matanya beberapa kali, “Bapak siapa?”

Tidak ada jawaban. Pria itu hanya menunduk sekilas ke Arga sebelum duduk di samping Arga. Selanjutnya, pria itu mengeluarkan sebuah laptop dan memberikannya pada Vyora.

“Itu softfile dari kontrak,” ucap Arga. “Cepat baca dan ganti apa yang kamu ingin ganti dalam waktu 10 menit.”

Membaca 70 poin hanya dalam waktu 10 menit? Sungguh hal yang mustahil, “Nggak bisa! Bacanya aja butuh effort dan waktu lama apa lagi aku harus ngerevisi juga! Aneh-aneh deh.”

“Baca dan revisi dalam waktu 10 menit atau tanda tangan berkas yang sudah saya bawa!”

Bentakan Arga membuat Vyora terjingkat. Aura pria itu sungguh mengerikan dan Vyora benci akan hal itu. Tak bisakah pria itu menurunkan sedikit emosinya dan melembutkan sedikit nada bicaranya? Vyora pun hanya bisa berdecak dan mulai membaca soft file kontrak itu.

Dalam waktu sepuluh menit, Vyora hanya berhasil membaca hingga poin ke sepuluh. Sangat menjengkelkan bukan, ia bahkan tak tau isi dari 60 poin lainnya dan sudah harus menandatanganinya. Namun ya sudahlah, yang terpenting ia dapat mengubah isi poin ke 2 dan menyelamatkan kesuciannya.

Dengan enggan Vyora memberikan lagi file itu, “Ini tap-”

“Tunggu 5 menit dari sekarang. Setelah hardfile yang baru datang segera tandatangani dan kembali ke rumah,” titah Arga sebelum beranjak dari duduknya.

“Mas mau kemana?”

“Saya masih ada hal yang harus saya urus,” jawab Arga. “Kamu nggak akan denger kabar saya selama satu bulan jadi jangan membuat masalah lagi selama saya nggak ada.”

Setelah menyelesaikan ucapannya, Arga segera pergi meninggalkan Vyora yang masih bergelut dengan pikirannya, meninggalkan sejuta pertanyaan di pikiran Vyora.

Apakah kehidupan seperti ini yang dijalani Meysa selama menikah dengan Arga? Selalu ditinggalkan tanpa kabar dan tak tau suaminya akan kembali atau tidak. Pun jika kembali, ia juga tak akan tau bagaimana wujud suaminya, sehat atau tidak. Bernapas atau tidak. Semuanya tak ada yang pasti. Jadi bagaimana kakaknya bisa betah bertahan dengan suami seperti Arga?

“Permisi bu.”

Lamunan Vyora terhenti ketika notaris yang mengurus surat kontraknya dengan Arga kembali. Pria itu menyerahkan kembali hard file yang sudah diperbaiki dan menyuruhnya untuk segera menandatangani sesuai perintah Arga.

“Nih uda,” ucap Vyora dengan nada enggan setelah menyetujui kontrak itu.

“Sekarang waktunya ibu kembali bersama Giselle.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!