Delapan belas

"Bagaimana kantor? Selama saya pergi apa semuanya baik-baik saja?" tanya Valdo kepada sekretaris pribadinya yaitu Kevin.

"Semuanya aman terkendali tuan," jawab Kevin.

Valdo menganggukkan kepalanya, "Baik, apa ada jadwal khusus hari ini?"

"Ada tuan, hari ini tuan terdapat meeting bersama dengan Ceo dari perusahaan Megacompany. Dan juga ada satu pertemuan bisnis di luar bersama dengan direktur utama dari perusahaan Mazayagroup," jawab Kevin.

Valdo mengerutkan keningnya, Mazayagroup bukannya itu perusahaan dari Bara, mertuanya sendiri. Dan setahu Valdo dia sudah memutuskan hubungan kerja sama bersama dengan Bara, tapi kenapa tiba-tiba sekarang terdapat pertemuan bisnis.

"Mazayagroup? Bukannya saya sudah memutuskan hubungan bisnis bersama dengan mereka?" tanya Valdo memastikan.

"Iya benar tuan. Tapi dua hari yang lalu direktur utama dari Mazayagroup datang kemari yaitu tuan Bara, saya sudah mencoba menjelaskan jika perusahaan ini sudah tidak menerima kerja sama bersama dengan mereka. Tetapi tuan Bara tetap ingin melanjutkan kerja samanya dan ingin bertemu dengan anda, tuan," jelas Kevin.

Valdo tidak habis pikir dengan Bara, padahal sudah jelas jika dirinya sudah tidak ingin bekerja sama dengan perusahaan nya. Tapi tetap saja Bara keras kepala ingin mengajukan permintaan kerja sama.

"Ya sudah, terimakasih. Silahkan lanjutkan pekerjaan kamu," titah Valdo pada Kevin. Kevin hanya mengangguk sopan lalu pergi meninggalkan ruangan Valdo.

...****************...

"Kakak yakin dengan pertemuan kali ini?" tanya Rezki kepada Bara.

"Saya yakin. Valdo pasti akan menerima ajakan kerja sama kali ini, lagi pula rahasia dia kini di pegang oleh kita," jawab Bara yakin sedangkan Rezki, dia sangat ragu untuk pertemuan kali ini. Meskipun sekarang Valdo menantunya tapi tetap saja kendali perusahaan ada di tangan Valdo.

"Semoga apa yang kakak harapkan itu terjadi."

Bara tidak membalas ucapan Rezki, kali ini usahanya tidak boleh gagal. Dia telah rela memberikan izin kepada Alena sang putri untuk menikah dengan Valdo, jadi seharusnya Valdo juga bisa mengizinkan dirinya untuk bekerja sama dengan perusahaannya.

"Lebih baik kita berangkat sekarang, sebelum menantu kesayangan kita sampai lebih dulu disana," ajak Bara, pada Rezki yang kini hanya mampu mengikuti setiap langkah sang kakak.

*****

"Naira! Ini gimana cara pakainya sih? Gue gak ngertii!"

Naira yang kini sedang mengepel di teras rumah, di buat kesal oleh teriakan Alena. Dari bangun tidur saja Alena sudah berisik karena tidak mengerti ini lah itu lah, mau tidak mau Naira harus bersabar menghadapi Alena.

"Apalagi sih Alena. Gue lagi ngepel itu ih, berisik banget sih!" gerutu Naira pada Alena yang kini sedang bingung menghidupkan mesin cuci.

"Ini loh, cara nyalainnya gimana? Kok pas di isi air malah keluar lagi. Capek gue!" keluh Alena.

Naira menggelengkan kepalanya, hal sepele seperti ini saja Alena tidak mengerti. Kalau begini bukannya bagi tugas tapi malah Naira yang kewalahan karena harus mengajari Alena terlebih dahulu.

"Kalau punya otak tuh di pake! Lo itu pinter bahasa inggris ya, gak mungkin lo gak bisa baca panduan nya. Lo liat ini, gimana airnya gak keluar lagi sedangkan pemutarnya aja lo arahin ke pembuangan air. Cantik aja di pelihara otak gak berguna! Gue juga capek Alena capek!"

Bagai pisau yang menusuk hati, perkataan Naira benar-benar membuat Alena sedikit sadar. Ternyata dia belum sepenuhnya bisa melakukan apapun.

"Iya sorry, gue emang belum terbiasa aja sama keadaan saat ini," ucap Alena menyesal.

Naira hanya mampu menghela napasnya lelah, Alena sangat sulit menerima keadaan saat ini. Padahal dari awal yang mengusulkan untuk menikah dengan Valdo adalah Alena sendiri tapi lihat sekarang, justru Alena lah yang merasa kesulitan.

"Sini biar gue bantu."

"Makasih." Alena terus memperhatikan Naira yang memperlihatkan bagaimana caranya menggunakan mesin cuci.

"Ngerti kan? Gue mau lanjutin lagi ngepel di depan, kalau butuh batuan lo panggil gue aja," ujar Naira, lalu pergi keluar untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

...****************...

Kini pertemuan antara Valdo dan Bara tengah berlangsung, setelah makan siang bersama kini mereka tengah membahas kerja sama yang di ajukan oleh Bara selaku direktur utama dari Mazayagroup.

"Bagaimana tuan Valdo, apakah permintaan saya kali ini di terima?" Bara mengajukan pertanyaan kepada Valdo, karena selama pertemuan Valdo tidak banyak bicara dia hanya berbicara seperlunya.

"Sebelumnya saya izin bertanya. Apa tujuan anda sebenarnya? Ini sudah menjadi permintaan yang kelima kalinya setelah kerja sama kita di batalkan saat itu. Saya heran kenapa anda sangat terobsesi untuk bekerja sama dengan perusahaan saya?" tanya Valdo.

Bara sedikit terdiam, dia harus menyusun jawaban yang pas agar Valdo bisa menerima permintaan bekerja sama itu. Sebenarnya tidak ada yang Bara kejar dalam bisnis ini, hanya saja jika perusahaan yang bekerja sama dengan Artamacompany akan sangat cepat di kenal oleh banyak kolega.

"Saya hanya ingin bekerja sama saja dengan anda tuan Valdo, banyak perusahaan yang bekerja sama dengan anda sangat cepat bekembang pesat. Begitu pun dengan saya, saya juga ingin perusahaan saya berkembang lebih pesat dengan bekerja sama dengan anda," jawab Bara.

Valdo hanya menganggukkan kepalanya, dia tidak ingin menerima permintaan kerja sama itu. Hanya saja dia tidak ingin kehidupannya di ganggu oleh Bara, jadi mau tidak mau dia harus menerima permintaan kerja sama itu.

"Saya menerima permintaan kerja sama antara perusahaan anda dengan perusahaan saya. Untuk berkas-berkas lainnya bisa anda berikan kepada sekretaris saya, jika tidak ada yang di bicarakan kembali, saya izin pamit terlebih dahulu," ujar Valdo mengakhiri pertemuannya bersama dengan Bara.

"Baik, terimakasih atas kesempatannya. Senang bekerja sama dengan anda." Bara menjabat tangan Valdo begitu pun sebaliknya, setelah itu Valdo benar-benar pergi meninggalkan Bara, tidak perduli jika Bara adalah mertuanya sendiri.

"Menantu macam apa itu, pergi tanpa memperdulikan mertuanya," gumam Bara.

***

"Hallo? Ada apa Naira, kenapa tiba-tiba menelpon saya," tanya Valdo pada Naira di sebrang sana.

"Ini mas, tolong belikan beberapa bahan masak ya. Aku sama Alena mau masak tapi lupa kalau bahan masaknya habis," jawab Naira.

"Kamu kirimkan saja list belanjaan nya, nanti biar saya yang belanja," ujar Valdo.

"Iya mas, terimakasih. Maaf merepotkan, mas," balas Naira.

"Iya, sama-sama."

Valdo mematikan sambungan telepon itu, lalu meminta asisten rumah tangga yang berada di mansion utama untuk membelikan list belanjaan yang Naira kirimkan.

"Oke, selesai. Sekarang saatnya menemui Raisya," monolog Valdo, lalu melajukan mobilnya menuju rumah Raisya.

......................

"Lo mending pulang sana. Sebentar lagi Valdo datang, gue gak mau dia salah paham karena ada lo di rumah gue," usir Raisya pada Riko.

"Dih, enggak males. Gue udah nyaman disini," balas Riko.

"Pergi gak! Gue gak mau Valdo liat lo ada disini."

"Oke, tapi gue bakal datang lagi nanti malam. Dan ya tunggu aku ya sayang," ucap Riko seraya mengelus pipi lembut milik Raisya, yang dengan cepat di tangkas oleh Raisya.

"Dasar brengsek!"

BERSAMBUNG!

Jangan lupa, like, komen dan subscribe!

Terimakasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!