Lima

Valdo menatap tajam kedua wanita yang kini tengah menatap nya dengan tatapan yang sangat menggelikan bagi Valdo. Saat kemarin siang Bara memohon-mohon kepada Valdo agar menikahi putri serta keponakannya itu, membuat Valdo merasa tidak enak.

Namun Valdo tidak langsung setuju dengan permintaan Bara, dia ingin berbicara terlebih dahulu dengan kedua wanita itu. Karena Valdo tidak ingin mengambil keputusan secara gegabah, pernikahan bukanlah hal sepele, melainkan sesuatu yang sangat sakral. Dan Valdo hanya ingin menikah sekali seumur hidup.

"Bagaimana, kamu setuju bukan untuk menikahi kami berdua?" tanya Alena.

"Menikah?" ucap Valdo, bertanya seraya mengangkat, kan, salah satu alisnya.

Alena dan Naira kompak menganggukkan kepalanya, sedangkan Valdo hanya menghela napasnya berat. Dia sedikit canggung jika harus di hadapkan dengan wanita, karena bagi Valdo wanita hanyalah beban.

"Kami tidak keberatan jika kamu hanya, laki-laki miskin dari kampung," ucap Naira. Sontak hal itu membuat Valdo tersedak air liur nya sendiri.

"Maksud kalian?! Saya bukan laki-laki miskin dari kampung!" sentak Valdo tidak terima. Enak saja dia sebut laki-laki miskin.

"Loh, kata Papa, kamu hanya laki-laki miskin dari kampung," ungkap Alena, dan Naira menganggukkan kepalanya.

Valdo mendengus kesal, bisa-bisanya Bara mengatakan itu kepada Alena dan Naira. Dia memang meminta agar identitas asli nya di sembunyikan, tapi tidak seperti ini juga. Masa dia di anggap sebagai laki-laki miskin.

"Saya memang hanya bodyguard tapi bukan berarti saya laki-laki miskin dari kampung, seperti yang di katakan oleh Tuan Bara. Saya memiliki beberapa usaha dan itu tentunya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan," jelas Valdo.

"Jadi Om Bara bohong dong sama kita! Nyebelin banget loh," ujar Naira.

"Bener, kan. Dugaan gue! Papa tuh kemarin cuma menyudutkan kita aja. Supaya kita mau di jodohkan," desis Alena kesal.

Alena dan Naira terus saja misuh-misuh sendiri, dan hal itu membuat Valdo malas sekali melihat kelakuan mereka berdua. Rasanya dia ingin pergi dari situasi saat ini dan kembali bekerja seperti biasanya, tanpa adanya wanita.

"Udah puas misuh-misuh nya?" tanya Valdo malas. Sontak Alena dan Naira menolehkan wajahnya pada Valdo, mereka hanya terkekeh kecil melihat wajah Valdo yang sepertinya kesal.

"Udah. Oh iya, jadi bagaimana?" tanya Alena kembali.

"Boleh saya tau alasan kalian, apa? Kenapa seperti obsesi sekali ingin menikah dengan saya. Padahal sudah jelas kalian akan di jodohkan dengan laki-laki yang mapan serta sebanding dengan kalian, tapi kenapa...," Valdo menjeda ucapan nya terlebih dahulu.

"Kalian justru memilih saya, yang hanya seorang bodyguard di keluarga ini, Jelaskan secara rinci. Karena ini adalah sebuah pernikahan, hal yang sangat sakral. Apalagi saya harus menikah dengan dua wanita...,"

"Itu bukan hal lazim bagi saya."

Valdo menghentikan ucapannya, saat dia rasa itu cukup. Dan hal itu membuat Alena dan Naira diam membisu setelah mendengar penuturan Valdo, mereka bingung harus menjawab apa. Karena tujuan mereka ya karena ingin terlepas dari perjodohan itu.

Untuk perasaan, mereka belum merasakan tanda-tanda suka, ataupun cinta. Memang di awal saat melihat Valdo, mereka berdua terpesona karena ketampanan seorang Valdo Artama.

"Kalian tidak bisa menjawab, bukan? Lebih baik kalian mencari laki-laki lain saja. Karena saya bukan mainan atau barang, yang bisa kalian gunakan seenaknya," ujar Valdo, lalu bangkit dari duduknya untuk pergi dari hadapan Alena dan Naira.

"Saya permisi, ingat baik-baik ucapan saya."

Valdo benar-benar pergi dari hadapan Alena dan Naira. Valdo rasa mereka berdua tidak menyadari jika Valdo pergi, kini justru Alena dan Naira sama-sama diam dan hanya menatap kosong ke arah depan.

Mereka pikir Valdo akan mudah untuk di atur, tapi ternyata dugaannya salah. Valdo ternyata bukan laki-laki yang mudah dekat dengan seorang wanita.

Namun saat mereka sedang diam seribu bahasa, tiba-tiba ada seseorang yang datang dari arah belakang dan mengejutkan Alena serta Naira.

"Ngelamun aja nih, lagi mikirin apa sih?"

Alena dan Naira tersentak, karena tiba-tiba seseorang muncul dari arah belakang dan mengejutkan mereka. Namun reaksi mereka setelah nya berbeda-beda, Alena menatap kesal ke arah orang itu, sedangkan Naira bersorak senang.

"Aaa AYAH! Naira kangen!" jerit Naira, lalu bangkit untuk memeluk sang Ayah. Seseorang itu adalah Rezki Mazaya, ayah dari Naira, Rezki baru saja pulang dari tugas luar negeri nya, setelah hampir empat tahun tidak pulang.

"Anak Ayah, makin cantik aja. Apa kabar, hm?" tanya Rezki, seraya mengusap sayang kepala Naira.

"Aku baik! Ayah bagaimana? Sehat, kan? Oh iya, kenapa Ayah baru pulang, hah?! Lupa kalau punya anak, iya?!" sentak Naira, seraya memanyunkan bibirnya.

Rezki hanya terkekeh kecil, putri nya itu memang sangat manja semenjak ibu nya meninggal. Naira memang berpenampilan seperti laki-laki, namun untuk sifatnya dia sangat manja namun juga mandiri.

"Maaf ya, sayang. Ayah, kan cari uang buat kamu, nih Ayah bawain oleh-oleh buat kamu. Om juga bawain buat kamu Alena," ucap Rezki, dengan menyodorkan beberapa paper bag.

Naira dan Alena sangat antusias menerima oleh-oleh yang di bawa oleh Rezki, mereka segera membukanya.

"Terimakasih, Om!"

"Terimakasih, Ayah!"

Rezki tersenyum melihat anak dan keponakannya itu, sudah lama dia tidak melihat pemandangan seperti itu. Dia melihat sekeliling namun sang Kakak, Bara tidak terlihat dari semenjak dia datang.

"Ayah kamu kemana, Lena?" tanya Rezki pada Alena.

"Kayaknya di ruang kerjanya, deh. Lena juga belum liat dari tadi," jawab Alena seraya melihat-lihat hadiah dari Rezki.

Rezki menganggukkan kepalanya, lalu pergi menuju ruang kerja milik Bara. Namun saat dia sampai di depan ruangan itu, Rezki mendengar Bara seperti sedang berdebat dengan seseorang.

"Perusahaan kamu akan lebih besar, jika kamu mau menikah dengan Alena dan juga Naira," ucap Bara penuh keyakinan.

"Perusahaan saya, sudah cukup besar tanpa harus menikah dengan dua wanita itu!"

Rezki terus mendengarkan perdebatan antara Kakak nya dan seseorang yang Rezki tidak kenali. Rezki bingung, kenapa Naira, anaknya di bawa-bawa dalam perdebatan itu.

Namun semakin lama, perdebatan itu semakin memanas saat Bara mulai mengancam lawan bicaranya.

"Jika kamu terus menolak, maka Paman kamu yang akan menanggung semuanya! Terutama istrinya yang sedang sakit itu...,"

"Kamu tidak tahu bukan? Jika istri dari Gilang itu sakit, karena saya!" ungkap Bara, dengan emosi yang meluap-luap.

"Sialan! Dasar brengsek. Bisa-bisanya anda Mengancam saya tuan Bara! Saya Valdo Artama, tidak takut dengan Anda yang hanya berani berbuat hal menjijikan seperti itu!" desis Valdo.

Rezki tersentak kaget saat mendengar nama itu, Valdo Artama. Laki-laki yang sangat berperan penting dalam dunia berbisnis, terlebih perusahaan dia berada dalam naungan Artama'company.

Brak!

Bara dan Valdo menolehkan pandangannya saat tiba-tiba pintu terbuka lebar, dan menunjukkan seorang laki-laki tengah terjatuh di hadapan mereka.

"REZKI!"

"PAK REZKI!"

BERSAMBUNG....

Jangan lupa like komen dan subscribe yaaw Maaciw 💙

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Ceritanya keren kak.
like + /Rose/buat kamu. semangat ya.

2024-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!