Sembilan

Valdo berjalan lurus tanpa menolehkan pandangannya sedikit pun. Tujuan Valdo saat ini adalah bertemu sang Tante yang sudah membesarkan nya, jika ditanya apa Valdo rindu dengan Tante nya itu?

Jawaban nya tentu saja iya! Apalagi sudah hampir setengah tahun dia tidak mengunjungi Tante kesayangan nya itu.

Clek...

Meli yang sedang memakan sarapannya menolehkan pandangannya pada pintu ruangan yang sepertinya di buka oleh seseorang.

"Siapa? Silahkan masuk," ujar Meli, karena seseorang yang membuka pintu itu tidak sedikitpun memperlihatkan dirinya.

Sedangkan Valdo hanya terkekeh kecil karena Meli, Tante nya itu seperti kebingungan. Dia memang suka sekali menjahili Tante nya itu.

"Siapa sih?! Orang iseng ya?" tanya Meli kesal.

"SUPRISE!"

Meli tersenyum lembut saat melihat kedatangan Valdo, keponakannya itu memang jahil sekali. Padahal apa susahnya tinggal masuk aja dari awal, gak perlu ketuk-ketuk pintu gak jelas.

"Ya ampun Valdo, sini nak!" ujar Meli senang.

Valdo menghampiri Meli, dia tersenyum lembut saat melihat Tante nya itu merentangkan tangannya. Dia berpikir pasti Tante nya itu akan memeluknya erat, namun ternyata pemikirannya salah. Meli justru menjewer telinga Valdo, sontak hal itu membuat Valdo meringis kesakitan.

"Aaa Tante, ampun-ampun. Sakit ini!" ucap heboh Valdo, seraya mencoba melepaskan jeweran Tante nya itu.

"Hem, anak nakal ini. Kemana aja kamu hah?! Udah lama gak ada kabar, dan sekarang datang-datang malah jahil sama Tante nya! Rasain nih jeweran maut dari Tante!" ucap Meli kesal.

"Iya, Tante aku minta maaf, gak lagi-lagi deh jahil sama Tante," balas Valdo.

Meli melepaskan jeweran itu, sedangkan Valdo meringis kecil karena jeweran Tante nya itu sangat terasa sakit. Mungkin sekarang telinganya terlihat merah.

"Tante kalau jewer telinga aku, suka gak main-main. Sakit tau!" Valdo melirik Meli dengan sudut matanya, sambil mengusap telinga nya yang masih terasa panas.

"Lebay kamu," ejek Meli.

Valdo hanya mendengus sebal, dia memang terlihat tegas jika di hadapan karyawan serta rekan bisnisnya. Namun jika sudah di hadapkan dengan Meli, maka ketegasan itu hilang lenyap entah kemana.

"Nyebelin sumpah!" gerutu Valdo.

"Udah sih, ini sekarang kamu bawa apa kesini? Masa tangan kosong aja, jenguk Tante nya," tanya Meli, dengan terus melihat Valdo.

"Lagi sakit aja, masih nanyain makanan. Padahal itu lagi nyemil loh, Tante." Valdo heran dengan Tante nya itu, dari dulu setiap kali Valdo datang pasti yang di tanyakan, mana makanan.

"Ya gak papa dong! Biar Tante makin gemoy, hehe," balas Meli terkekeh.

"Dasar, ini aku bawain beberapa cemilan sehat buat Tante. Eh iya, Paman kemana?" tanya Valdo, karena dari awal di datang sang Paman tidak terlihat.

"Oh itu, tadi sih bilangnya mau beli makan keluar," jawab Meli.

Valdo hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti, setelah itu dia hanya mengobrol ringan saja bersama Tante nya itu. Sampai pada akhirnya pintu terbuka memperlihatkan Gilang datang dengan kantong keresek di tangan nya.

"Howalah, ada kamu ternyata, Valdo," ujar Gilang.

"Eh Paman, iya. Ini aku jenguk keadaan Tante," jawab Valdo.

Gilang menaruh kantong keresek yang berisi makanan itu di meja yang sudah tersedia di ruang itu. Lalu mulai berjalan menghampiri istri dan keponakannya itu.

"Gimana kerjaannya, Valdo. Aman?" tanya Gilang tiba-tiba.

Valdo menghela napasnya panjang, jika dia bilang Aman, berarti dia berbohong. Tapi jika di bilang yang sebenarnya, maka keadaan Meli Tantenya akan memburuk. Jadi terpaksa mau tidak mau Valdo harus berbohong kepada Paman dan Tantenya itu.

"Aman kok, semuanya terkendali. Jadi Paman tenang aja oke," jawab Valdo.

Gilang yang mendengar itu, hanya menatap sendu keponakannya. Dia tau jika Valdo sekarang sedang menyembunyikan semua permasalahan nya bersama dengan keluarga Mazaya.

Dari awal ini memang sudah kesalahannya, jika saja dia tidak memaksa Valdo untuk mengganti kan nya sebagai bodyguard pasti ini semua tidak akan terjadi.

"Eh iya, aku gak bisa lama-lama. Karena setelah ini aku harus menjemput putri Tuan Bara di kampus, jadi aku izin pamit ya. Tante, paman," ujar Valdo.

"Loh kok cuma sebentar sih, Tante masih kangen sama kamu, Valdo," ucap Meli dengan menekuk wajahnya sebal.

"Eh, lain kali aku pasti mampir lagi kok, Tante. Aku janji deh, sekarang aku beneran lagi buru-buru," bujuk Valdo.

"Hm yaudah, sini peluk dulu. Biar kangen nya berkurang," kata Meli seraya menarik tangan Valdo agar memudahkan nya memeluk tubuh keponakannya itu.

Valdo dengan senang hati masuk ke dalam pelukan itu, Dia bahagia karena dari Tantenya itulah dia bisa merasakan rasa kasih sayang dari seorang ibu.

***

"Kamu jangan pernah merusak rencana Saya, Rezki!"

Rezki yang mendengar penuturan Bara hanya menautkan kedua alisnya, disini sebenarnya siapa yang terobsesi dengan pernikahan antara Valdo dengan Alena dan juga Naira.

"Sepertinya, disini Kakak yang sangat terobsesi akan pernikahan ini. Apa yang sebenarnya Kakak rencana, kan?" tanya Rezki.

"Jika kamu tanya rencana Saya apa, jawaban Saya tentu saja. Karena ingin melihat putri ku bahagia, itu saja tidak lebih," jawab Bara.

Rezki tidak percaya dengan jawaban Bara, sepertinya ada sesuatu yang Bara sembunyikan darinya.

"Jangan bohong, Kak! Aku tau Kakak pasti sedang mengincar salah satu usaha dari Artama'company, bukan?!" desis Rezki.

Bara terkekeh kecil, saat Rezki mengatakan itu. Ternyata adiknya itu mudah sekali menebak isi dari pernikahan yang dia rencanakan itu.

"Daebak! Kamu memang sangat pintar menebak kondisi, adikku sayang."

"Tapi bukan hanya itu, Saya sebenernya dari awal. Begitu terkejut saat mendengar permintaan dari Alena dan juga Naira, bagaimana caranya meminta agar Valdo bisa menerima Alena dan juga Naira menjadi istrinya...,"

"Sedangkan Saya tau, jika Valdo itu sangat sulit dan anti sekali dengan wanita. Tapi saat saya melihat Alena dan Naira yang sepertinya sangat ingin bersama dengan Valdo, maka saya terpaksa...,"

"Membongkar semua rahasia keluarga Artama yang saya ketahui, dan ya hal itu berhasil membuat Valdo tunduk kepada Saya, meskipun Saya tau resiko kedepannya seperti apa," jelas Bara.

Rezki yang mendengar itu hanya mampu menghela napasnya berat, Kakaknya itu terlalu berlebihan dalam menyayangi Alena dan Naira.

"Kakak sudah tau, kan? Jika Valdo Artama itu terkenal dengan kekejaman nya terhadap wanita yang berani mendekati nya. Bagaimana jika hal itu terjadi pada Putri-putri kita?!" Rezki sudah tidak bisa menahan emosi nya.

"Saya sudah memikirkan hal itu baik-baik, Rezki. Valdo tidak akan berani berbuat hal kejam terhadap Alena dan juga Naira, karena dia juga memiliki seorang Tante yang sangat dia sayangi, yaitu istri dari Gilang...,"

"Kamu tenang aja. Naira akan baik-baik saja jika menikah dengan Valdo, mungkin saja Valdo akan memberi sedikit pelajaran hidup kepada Alena dan Naira. Kamu juga tahu bukan bagaimana mereka berdua tidak bisa hidup tanpa harta," jelas Bara.

"Jika memang itu keputusan final Kakak, aku terpaksa harus menyetujui itu. Semoga kedepannya tidak terjadi masalah apapun."

Tidak ada percakapan kembali di antara Kakak beradik itu. Kini mereka kembali pada pikiran nya masing-masing, memikirkan bagaimana mereka menghadapi masalah yang akan datang setelah pernikahan Valdo, Alena dan juga Naira.

BERSAMBUNG....

Jangan lupa like komen dan subscribe yaaw Maaciw 💙 Follow juga jangan lupa...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!