Empat

"APA?!"

Alena dan Naira sontak menutup kedua telinganya, saat Bara tiba-tiba berteriak seraya menggerbak meja. Mereka berdua kini menatap satu sama lain, seolah berbicara dengan pikiran.

"Sut, kita salah ngomong ya?" bisik Naira, pada Alena yang kini tengah memainkan kuku nya. Dan hanya menggelengkan kepalanya acuh saat mendengar pertanyaan Naira.

"Kalian ini bodoh! Papa sudah menjodohkan kalian dengan rekan bisnis Papa. Yang tentunya dapat menjamin kehidupan kalian yang selalu ingin serba mewah itu...,"

"Tapi lihat sekarang, kalian ingin menikah dengan seorang bodyguard?! Apa kalian sadar hah?!"

"Dia itu hanya laki-laki miskin dari kampung, apa kalian yakin? Tapi sepertinya Papa tidak yakin. Jika kalian hidup dengan dia," ungkap Bara berbohong. Dia ingin mengetahui seberapa besar putri dan keponakan nya itu berusaha.

Alena dan Naira kembali menatap satu sama lain, mereka mengerutkan dahinya bersama. Membayangkan bagaimana mereka harus hidup di kampung, dan memakai pakaian yang lusuh.

Tentu saja mereka tidak mau jika hal itu terjadi, selama ini mereka hidup dengan bergelimang harta, dan kemewahan yang di berikan oleh orang tuanya.

"T-tapi, kita bisa biayai kehidupan setelah menikah. Meskipun dia hanya bekerja sebagai bodyguard, tapi tabungan kita pasti cukup untuk kehidupan sehari-hari," ucap Naira sedikit ragu.

Sedangkan Alena, dia sedang berfikir keras bagaimana cara menjawab setiap perkataan Bara. Kini dia dan Naira seolah-olah sedang di sudutkan oleh Papa nya, agar mau menerima perjodohan itu dan melupakan Valdo, bodyguard tampan di keluarga nya.

"Tapi dari penampilannya, Valdo sangat rapi dan juga berkelas. Bahkan Alena bisa lihat dari baju nya saja, itu bukan sembarangan," ujar Alena seraya mengangkat alisnya sebelah.

Bara hanya terkekeh kecil mendengar penuturan Alena, putrinya itu memang tidak mudah untuk di bohongi. Apalagi memang dari penampilan Valdo terlihat sangat berkelas, meskipun hanya memakai pakaian sederhana.

"Iya loh Om! Naira juga tadi lihat sepatu yang di pake nya itu, sama persis dengan sepatu yang di iklankan beberapa minggu ke belakang," tambah Naira, seraya membuka handphone nya untuk melihat harga dari sepatu yang di gunakan oleh Valdo.

"Jika kalian gak percaya, Papa akan panggil, kan, Valdo sekarang juga. Dan kalian bisa menanyakan langsung kepada orangnya," kilah Bara, agar putri dan keponakannya itu percaya.

"Gak perlu. Kita yakin sama pilihan kita sendiri! Pokoknya Papa harus bilang sama Valdo, kalau kita berdua mau nikah sama dia!" ucap Alena sungguh-sungguh dengan pendiriannya.

"Sebentar, maksud kalian Valdo harus menikahi kalian berdua secara bersamaan?" tanya Bara bingung, dia kira hanya salah satu dari mereka. Tapi ternyata Alena dan Naira sama-sama ingin menikah dengan Valdo.

"Iyalah! Kita berdua rela berbagi, asal laki-laki itu Valdo. Iya gak Nai?!" jawab Alena, sungguh-sungguh.

Naira hanya menganggukkan kepalanya antusias, sedangkan Bara hanya mampu menghela napasnya berat. kelakuan putri dan keponakan nya itu memang terkadang di luar nalar.

Mana ada wanita di luar sana yang ikhlas untuk berbagi suami, tapi lihat Alena dan Naira mereka kompak agar bisa menikah dengan laki-laki yang sama dan dengan senang hati rela berbagi suami.

"Kalian memang gila! Bisa-bisanya rela berbagi suami," ucap Bara pasrah.

"Pokoknya besok, harus udah ada keputusan dari Valdo. Kita permisi," ujar Alena, lalu menarik tangan Naira untuk keluar dari ruangan kerja Bara.

Bara kini hanya menatap pintu yang baru saja di tutup oleh Alena. Bagiamana ini, bukannya Bara tidak ingin mendapatkan menantu seperti Valdo. Tapi satu hal yang membuat dia bimbang.

Valdo sangat sulit untuk didekati oleh wanita, sepengetahuan Bara, selama ini Valdo selalu berfikir jika dia berhubungan dengan wanita maka hidupnya akan sulit.

"Sepertinya saya harus membuat perjanjian dengan Valdo," gumam Bara.

***

"Ini tidak salah? Kamar macam apa ini?!" sentak Valdo, saat dia memasuki ruangan yang akan menjadi kamar nya itu.

"Bagaimana saya bisa bertahan hidup di tempat ini, argh!"

Valdo menatap sekeliling kamar itu, rasanya dia ingin keluar dari sana. Tapi bagaimana dengan pekerjaan sang Paman yang sedang dia gantikan saat ini.

"Sudahlah, terima saja Valdo! Ini keputusan kamu, lebih baik sekarang saya Tidur," gumam Valdo, lalu mulai menduduki diri di kasur yang hanya cukup satu orang itu.

Namun baru saja Valdo merebahkan tubuhnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di luar. Valdo menggeram kesal. Ada saja gangguan di saat dia ingin beristirahat.

"Ya, ada apa?" tanya Valdo acuh saat membuka pintu, namun Valdo terkejut saat melihat seseorang yang mengetuk pintu kamar nya.

"Eh, Tuan. Maaf saya pikir tadi bukan Tuan, ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Valdo kikuk.

Bara tertawa kecil melihat tingkah laku Valdo itu. "Haha, tidak papa, Valdo. Boleh saya masuk? Ada yang ingin saya bicarakan."

Valdo mempersilahkan Bara masuk ke dalam kamar nya, Valdo sebenarnya bingung ada hal penting apa yang akan Bara bicarakan dengan nya.

"Ada hal apa, Tuan?" tanya Valdo.

Bara tidak langsung menjawab, dia hanya menatap Valdo sekejap lalu mulai menghela napasnya, dia bingung harus dari mana dia mulai berbicara kepada Valdo.

"Tuan?" tanya Valdo sekali lagi.

"Begini Valdo, saya memiliki tawaran yang bagus untuk kamu, tapi sebelum nya. Saya mohon sama kamu jangan menyela omongan saya terlebih dahulu," ucap Bara.

Valdo tidak menjawab ucapan Bara, dia hanya menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Bara untuk berbicara.

"Seperti yang kamu ketahui, jika saya memiliki seorang putri dan juga keponakan perempuan. Mungkin kamu sudah bertemu dengan mereka tadi...,"

"Dari awal saya memang sudah berniat menjodohkan mereka dengan rekan bisnis saya. Namun mereka menolak secara mentah-mentah tidak ingin di jodohkan."

"Lalu mereka mencari seorang laki-laki untuk di jadikan suami. Dan kini mereka telah menemukan laki-laki itu, tapi saya bingung bagaimana mereka bisa mencintai seseorang hanya dengan tatapan mata sekilas saja," ungkap Bara pasrah.

Valdo mengernyit heran, apa urusan nya perjodohan putri dan keponakan Bara dengannya? Sepertinya tidak ada hal penting yang harus Valdo ketahui sebagai seorang bodyguard.

"Mohon maaf sebelumnya, Tuan. Tapi apa hubungannya Tuan membicarakan ini kepada saya? Bukannya ini adalah urusan pribadi, dan saya tidak berhak mengetahui itu," sela Valdo, sebelum Bara melanjutkan ucapannya.

"Ada. Hubungan nya adalah, laki-laki yang mereka temukan itu kamu, Valdo. Mereka menginginkan kamu agar bisa menjadi suami dari mereka berdua," jelas Bara.

Sedangkan Valdo yang mendengar penjelasan Bara sedikit bingung, dia belum sepenuhnya mencerna setiap perkataan itu. Namun satu hal yang di tangkap. Kemungkinan besar saat ini Bara meminta nya agar mau menikahi dua wanita aneh itu.

"Saya mohon kepada kamu, Valdo. Mereka sangat keras kepala, jika keinginannya tidak terpenuhi maka orang lain yang akan menjadi korban," ucap Bara memohon.

Valdo memejamkan matanya sejenak, lalu dia berdiam diri terlebih dahulu untuk menenangkan pikirannya.

"Saya bukan boneka yang dapat anda mainkan kapan saja, Tuan. Dan jangan lupa ajarkan arti menghargai keputusan seseorang, kepada putri dan keponakan, Tuan itu," ujar Valdo dengan terus memandang ke arah depan.

"Saya akan berikan apapun, asalkan kamu mau menikahi putri dan keponakan saya," tawar Bara.

"Saya sudah memiliki semuanya, tidak perlu repot-repot memberikan hal yang kurang berguna bagi saya...,"

BERSAMBUNG...

Jangan lupa like komen dan subscribe yaa maaciw 💙

Terpopuler

Comments

Lussyiis

Lussyiis

👍👍👍

2024-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!