Sepuluh

Persiapan pernikahan kini hampir selesai, Valdo melihat sekeliling nya, dia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Kenapa hidup nya seperti di permainan, bagaimana bisa Valdo menikah dalam waktu secepat ini.

"Saya tidak tahu harus berbuat apa," gumam Valdo, rasanya ini terlalu cepat. Dia kira pernikahan nya tidak akan di lakukan dalam jangka waktu satu bulan ini.

Tapi ternyata, pernikahan nya justru di percepat. Mau tidak mau Valdo harus tetap menerima semuanya.

"Valdo."

Valdo sedikit tersentak saat tiba-tiba terdapat seseorang di belakang nya, dia hanya tersenyum kecil, lalu kembali fokus pada semua pekerja yang sedang memasang hiasan.

"Valdo, saya harap kamu bisa menerima Naira dengan hati yang ikhlas. Karena bagi saya, Naira adalah harta yang tidak bisa ditukarkan dengan apapun," ucap Rezki, yang kini sudah berada di samping Valdo.

"Saya akan berusaha, tapi saya juga tidak bisa berjanji. Karena saya belum bisa menerima pernikahan ini dengan baik, banyak hal yang terlalu tiba-tiba, dan ya hal itu membuat saya tidak bisa berpikir dengan baik," jelas Valdo.

Rezki hanya mampu menganggukkan kepalanya, dia tahu jika Valdo pasti sangat tertekan dengan adanya pernikahan ini. Dari awal niat Valdo memang hanya mengganti kan paman nya, namun karena keegoisan Alena dan Naira, Valdo terpaksa harus menikah.

"Saya mengerti. Pasti tidak mudah menerima pernikahan ini, terlebih kamu harus menikah dengan dua wanita sekaligus," balas Rezki seraya menepuk pundak Valdo.

Valdo hanya menganggukkan kepalanya, tidak ada percakapan kembali di antara mereka. Masing-masing dari mereka kini hanya diam dan fokus memperhatikan pekerja, sesekali mereka menegur pekerja jika ada sesuatu yang salah.

***

"Ah, senang nya. Besok gue bakal nikah, sama Valdo," monolog Alena.

Alena tidak henti-hentinya tersenyum, dia begitu bahagia karena bisa menikah dengan laki-laki pilihannya. Meskipun harus ada drama pemaksaan terlebih dahulu, tapi Alena tidak masalah karena itu dia bisa menikah dengan Valdo.

Saat Alena membayangkan bagaimana kehidupan nya setelah menikah, tiba-tiba pintu di ketuk oleh seseorang dari luar. Sontak hal itu membuat Alena berdecak sebal.

"Ck, masuk!" Teriak Alena.

Alena memutarkan mata nya malas, saat melihat seseorang itu masuk. Siapa lagi jika bukan Naira, sepupunya itu selalu saja mengganggu kenyamanan nya di rumah ini.

"Ngapain sih Lo! Ganggu orang aja."

Naira terkekeh kecil mendengar penuturan Alena, dia hanya ingin melihat keadaan Alena saja. Karena besok adalah hari pernikahan Alena dengan Valdo.

"Dih, santai dong! Gue cuma mau lihat keadaan calon pengantin aja sih, oh iya jangan lupa, calon suami Lo itu, calon suami gue juga! Baru sehari nikah eh langsung nikah sama gue nanti," ejek Naira.

Alena hanya menatap datar Naira, dia tahu jika Valdo memang bukan hanya miliknya. Tapi juga milik sepupunya yang menyebalkan itu.

"Yaudah sih, yang penting gue istri pertama nya. Dan Lo madu gue!" Sentak Alena tidak santai.

"Haha, aduh gimana ya rasanya baru juga malam pertama eh besoknya suami tercinta nikah lagi," Naira semakin gencar mengejek Alena. Dia ingin tahu bagaimana respon Alena.

Alena mengepalkan kedua tangannya, rasanya Alena ingin sekali menampar wajah menyebalkan milik Naira. Jika dia pikirkan kembali memang, sakit sekali. Apalagi dia harus menyaksikan suami nya menikah lagi nanti.

"Udah deh, mending Lo keluar! Jangan ganggu gue, Naira!"

Naira tertawa semakin kencang, sepupunya itu memang sangat mudah tersulut emosi, dan jangan lupakan keras kepalanya itu.

"Oke-oke, gue keluar. Tidur nyenyak ya calon pengantin," ucap Naira, lalu keluar dari kamar milik Alena.

"Naira sialan!"

...****************...

"Mas, ini aku gak lagi mimpi, kan?" tanya Meli pada Gilang yang kini masih terdiam memperhatikan buku undangan pernikahan dari Valdo.

"Valdo menerima pernikahan itu," gumam Gilang. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa Valdo, menerima pernikahan itu. Sedangkan Valdo tidak mencintai Alena maupun Naira.

"Mas!" Sentak Meli.

"Gak sayang, Valdo memang akan menikah besok, dan juga lusa nya dengan wanita yang berbeda," ungkap Gilang. Sontak hal itu membuat Meli terkejut bukan main.

"Kenapa Valdo tidak memberi tahu kita dari awal, jika dia mau menikah dalam waktu dekat ini, Mas," ucap Meli kecewa.

"Sayang, dengerin aku. Pernikahan ini terjadi karena sebuah bisnis, jadi kamu harus ngerti ya. Valdo gak mungkin ngelupain kita, semisal dia menikah dengan wanita pilihan nya," jelas Gilang sedikit berbohong.

Meli hanya diam saat mendengarkan penjelasan Gilang, dia tidak habis pikir dengan Valdo. Bisa-bisanya Valdo menikah hanya karena bisnis.

"Pokoknya aku mau datang! Kamu minta izin sama dokter sana," ucap Meli.

Gilang hanya menggeleng kan kepalanya heran, istrinya jika sudah menyangkut dengan Valdo pasti saja memaksakan diri. Mau dalam keadaan sakit pun Valdo tetap no satu.

"Iya-iya, ini aku keluar buat minta izin sama dokter," balas Gilang pasrah.

***

"Terimakasih sudah mau menerima pernikahan ini, Valdo."

"Buang kata terimakasih itu. Karena saya tidak sepenuhnya menerima semua ini, tuan Bara!"

Bara terkekeh kecil, mengajak Valdo berbicara memang sedikit membuat emosi nya terkuras. Karena Valdo sama keras kepalanya dengan diri nya sendiri.

"Dan ingat tuan, setelah saya menikah dengan putri dan keponakan anda. Maka anda jangan pernah ikut campur dalam rumah tangga saya bersama dengan mereka. Biarkan mereka hidup apa adanya bersama dengan saya!"

"Terserah kamu, Valdo. Ajarkan saja mereka tentang berat nya kehidupan, saya percayakan semuanya kepada Kamu."

BERSAMBUNG....

Jangan lupa like komen dan subscribe yaaw Maaciw 💙 Follow juga jangan lupa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!