Dua

Mau kemana, kalian?"

Dua orang gadis yang sedang berjalan menuju pintu utama, seketika menghentikan langkahnya. Lalu berbalik untuk melihat siapa yang sudah menegurnya.

"Papa tanya mau kemana, kalian?!" tanya seorang pria dewasa.

"Ck, kita cuma mau ke luar. Bukan mau kemana-mana kok!" jawab salah satu gadis itu.

Pria itu adalah Bara Mazaya, dia sedang duduk bersantai seraya meminum segelas teh, di ruang keluarga. Saat sedang bersantai tiba-tiba dua orang gadis lewat begitu saja di hadapannya.

Siapa lagi jika bukan Alena Mazaya dan Naira Mazaya, mereka berdua lewat tanpa permisi sama sekali. Dan hal itu sangat terlihat tidak sopan sama sekali, karena di keluarga Mazaya sopan santun sangat diutamakan.

"Sopan kah?" tanya Bara singkat.

"Maksud, Papa?" jawab Alena bingung, kenapa Papa nya malah bertanya seperti itu. Sedangkan Naira, dia paham kemana arah pembicaraan Bara.

"Eh, hehe maaf Om. Kita tadi gak lihat ada Om, makanya kita lewat gitu aja. Jadi maaf ya kalau kita kelihatan gak sopan," ujar Naira dengan cepat, sebelum ada perdebatan antara Alena dan Bara.

Alena yang mendengar ucapan Naira, hanya memutarkan mata nya sekilas. Malas sekali jika Papa nya itu sudah membahas tentang sopan santun.

"Om bicara dengan Alena. Bukan dengan kamu Naira!" sentak Bara.

"Pa, please deh. Kita cuma lewat aja, tapi kenapa Papa permasalahkan? Udah ya, kita mau keluar," sergah Alena, lalu menarik tangan Naira untuk pergi dari hadapan Bara.

Bara yang melihat itu hanya menghela napasnya, dia lelah dengan sifat putri semata wayangnya itu. Sifat yang sangat keras kepala dan egois.

"Jika dia punya suami, sepertinya tidak akan seperti itu," monolog Bara lalu kembali meminum teh hangatnya.

***

"Ya ampun Valdo! Kamu mau kemana?" tanya Paman heran, panggil saja Paman ini Gilang. Bagaimana Gilang tidak heran, saat ini Valdo akan pergi ke kediaman keluarga Mazaya, dimana dia akan menggantinya sebagai bodyguard.

Namun pakaian yang di pakai oleh Valdo, sangat mewah. Dia memakai setelan untuk bekerja di kantor, seperti jas toxedo dan juga memakai sepatu yang sangat tidak cocok untuk menjadi seorang bodyguard.

"Ya, aku mau gantiin Paman jadi bodyguard, kan? emang kenapa ada salah sama pakaian aku?" jawab Valdo dengan bertanya heran.

Gilang menepuk keningnya pusing, keponakan nya yang satu ini memang sudah terbiasa hidup mewah, jadi sedikit sulit untuk menyesuaikan diri.

"Kamu ini! Mana ada seorang bodyguard berpenampilan mewah seperti ini, dan satu lagi kamu pergi ke sana naik apa? Jangan bilang kamu pakai...," Gilang menjeda ucapan nya, dia sudah berpikir pasti Valdo akan membawa...

"Aku bawa mobil kesayangan aku, Paman," ucap Valdo santai.

Gilang menggelengkan kepalanya, dugaannya benar Valdo akan membawa mobil kesayangan nya, yaitu mobil Lamborghini. Mana ada seorang bodyguard bersaing dengan majikannya.

"Aduh, Valdo dengerin Paman. Kamu ini mau jadi bodyguard, bukan mau jadi saingan keluarga Mazaya. Jadi paman mohon kondisikan dalam penampilan," ucap Gilang pasrah.

"Oh, jadi ini kemewahan ya Paman? Terus aku pakai apa? Masa iya aku pakai baju sehari-hari sih! Kan jelek," sergah Valdo.

"Ck, kamu kan bisa pakai kemeja biasa, celana panjang dan juga sepatu biasa. Jadi tidak perlu seperti ini, Valdo," saran Gilang.

Valdo hanya menganggukkan kepalanya dan kembali ke kamarnya, untuk berganti pakaian yang sesuai dengan pekerjaan nya kali ini.

"Dasar anak itu."

...****************...

"Sialan Lo! Kalau mau mati jangan ngajak-ngajak! Gue masih mau hidup, Alena!" sentak Naira kesal, bagaimana Naira tidak kesal, saat tadi di perjalanan Alena membawa mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dan hal itu membuat Naira geram dan rasanya ingin menampar wajah so cantik itu.

"Buktinya sekarang Lo masih hidup, kan? Jadi santai aja lah," ujar Alena santai.

"Matamu santai! Bawa mobil udah kaya pembalap aja, sebel gue sama Lo!" kata Naira seraya melempar kentang goreng ke wajah Alena.

Alena hanya terkekeh kecil, sepupunya itu penampilan nya saja yang seperti laki-laki tapi hatinya sangat hello Kitty, apalagi sedang bersama dengan Alena.

"Udah sih, mending sekarang kita makan aja lah. Setelah itu kita jalankan misi, oke!" ucap Alena, semangat. Dia tetap dengan pendirian nya, tidak ingin di jodohkan oleh Papa nya.

Naira hanya memutarkan mata nya malas, sebenarnya dia malas untuk menjalankan misi itu, namun di satu sisi dia juga tidak ingin di jodohkan dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal.

"Lo udah adain sayembara nya, kan?" tanya Naira.

"Hm, udah kok. Kita tinggal pilih aja nanti, ya semoga ada yang cocok sama kita," jawab Alena acuh tak acuh.

Mereka berdua melanjutkan makannya dengan tenang, setelah menyelesaikan itu mereka segera pergi ke tempat yang sudah di sediakan untuk acara sayembara.

"Oke let's go!"

***

"Nah! Ini kan cocok, lebih pas gitu."

Valdo menghela napasnya lemah, dia tidak menyukai pakaian nya kali ini. Saat ini dia hanya memakai kemeja hitam panjang dan celana hitam panjang serta sepatu hitam yang selaras.

"Paman, ini gak salah? Masa aku pakai baju kaya orang mau ngelayad sih! Hitam semua, gelap banget kaya hidup orang-orang yang bebannya banyak," ucap Valdo sebal, dengan terus memperhatikan penampilan nya di kaca.

Gilang hanya menggelengkan kepalanya, Valdo ini ada-ada saja. Pakaian bodyguard di keluarga Mazaya memang seperti ini. Mereka akan berganti pakaian hanya saat acara bebas saja.

"Udah, itu cocok di kamu. Keren, ganteng! Makin gagah aja kamu," ujar Gilang menenangkan Valdo yang kurang percaya diri dengan penampilannya itu.

"Eh yaudah, kita berangkat sekarang. Tapi naik mobil om aja ya, mobil kamu simpan aja," lanjut Gilang.

Valdo hanya menganggukkan kepalanya pasrah, sepertinya pekerjaan ini akan sedikit sulit. Apalagi dia harus bekerja dengan orang, dan bukan dia bos nya.

"Mana bisa saya, di suruh-suruh sama orang lain, haish. Semoga aja ini keputusan terbaik deh," gumam Valdo saat sedang berjalan ke arah mobil sang Paman.

Gilang mulai menjalankan mobilnya menuju ke kediaman keluarga Mazaya, semoga saja Bara, bos nya akan menerima Valdo sebagai pengganti nya sementara, untuk menjadi bodyguard.

Perjalanan yang hampir satu jam, kini mereka telah sampai di depan mansion milik keluarga Mazaya. Mansion yang tak kalah besar dari mansion milik Valdo.

"Lumayan besar ya, tapi besaran punya aku sih, Paman," bisik Valdo pada Gilang, Gilang yang mendengar itu hanya menghela napas panjang, bisa-bisanya Valdo membandingkan besar dan kecil nya mansion milik keluarga Mazaya dengan miliknya.

"Terserah kamu lah, Valdo. Mending sekarang kamu ikut Paman ke dalam. Ingat saat ini kamu sebagai pekerja orang lain, bukan kamu bos nya. Jadi sesuai, kan sifat oke!" ucap Gilang memberi wejangan, agar Valdo bisa menyesuaikan diri.

***

"Argh! Sial. Kenapa semuanya gak ada yang cocok untuk kita, Gak ada yang bener, masa hampir semua nya bapak-bapak sih!" gerutu Alena saat telah selesai melakukan audisi sayembara.

"Haha, ya lagian Lo! Masa gak di lihat dulu data-datanya, kalau gini yang repot kita sendiri, kan. Buang-buang waktu tau gak!" desis Naira.

Alena mendelik tajam ke arah Naira, mana dia tau jika laki-laki yang mengikuti sayembara itu kebanyakan nya Bapak-bapak yang sudah beristri.

"Ck. Udahlah mending sekarang kita pulang. Masalah ini kita pikirkan nanti aja," ucap Alena, seraya bangkit dari duduknya dan pergi keluar untuk pulang ke kediaman keluarga Mazaya.

Sedangkan Naira, dia hanya mengikuti setiap langkah Alena, mau bagaimanapun nanti Naira hanya pasrah. Mau di jodohkan ataupun tidak.

"Semoga ada laki-laki tampan di rumah nanti," gumam Naira, lalu masuk ke dalam mobil untuk pulang.

BERSAMBUNG...

Jangan lupa like komen dan subscribe yaa maaciw 💙

Duh Maaf yaa tadi pagi lupa up, pas mau berangkat kerja benar-benar lupa kalau udah mulai nulis lagi hehe.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!