Waktu terus berlalu, tidak terasa sudah hampir satu bulan penuh Grace bekerja sebagai pelayan di rumah Peter. Hari yang dilaluinya tidak pernah tenang dan damai, karena ada saja pekerjaan yang harus dia lakukan di setiap harinya. Menjalani satu bulan ini, hampir di setiap minggunya rumah tersebut mengadakan sebuah pesta. Meski bukanlah pesta besar, tetapi Grace selalu menjadi orang yang mengurus semuanya. Anehnya, Grace tidak pernah mengeluh dengan apa pun yang dia kerjakan, semua itu membuat Leri dan ibu Peter sedikit merasa aneh.
Meski Grace merasa senang bahwa dia tidak perlu memikirkan kebutuhannya lagi, namun selama bekerja dia juga menghitung lamanya hari dia bekerja sebagai pelayan di rumah Peter.
Ada perasaan bahagia menjalar dalam hatinya di saat hari yang dia hitung telah sampai dalam hitungan satu bulan. Berarti sebentar lagi dia akan menerima gaji pertamanya. Dia sudah berangan ingin membeli beberapa makanan kesukaannya, karena selama bekerja menjadi pelayan, dia hanya memakan makanan pokok saja. Sementara untuk makanan-makanan ringan lainnya, dia tidak pernah menyentuhnya karena dia merasa tidak berhak untuk itu. Selain itu, sang ibu mertua dan adik iparnya telah memberi peringatan kepadanya untuk tidak menyentuh sesuatu milik mereka. Dia bisa memakannya jika mereka telah mengizinkannya, bahkan mereka pernah memberinya makanan-makanan itu karena mereka tidak menginginkannya lagi, dalam artian dia diberi makanan sisa dari mereka.
Seperti biasa, pagi-pagi sekali Grace telah menyiapkan sarapan dan melayani mereka semua. Dia nampak berbeda, karena ada sesuatu yang dia tunggu saat ini. Entah kenapa, memikirkan dia akan mendapatkan gaji pertamanya bekerja sebagai pelayan, membuatnya banyak berangan.
Peter yang sedang dilayani oleh Grace bisa melihat perubahan dari wanita itu. Meski dia tidak pernah peduli sedikit pun kepada Grace, namun dia bisa tahu bahwa saat ini Grace sedang menahan rasa bahagia karena sesuatu. Ternyata kebersamaan mereka selama enam tahun dahulu masih bisa membuat Peter mengingat setiap ekspresi dan gerak-gerik sang istri.
Selesai sarapan, Grace mengikuti Peter untuk membantunya memakai sepatu kerjanya. Selama Grace menjadi pelayan di rumah ini, Peter sedikit ketergantungan kepada Grace, karena dia ingin wanita itu melakukan semuanya dan benar-benar melakukan tugasnya sebagai seorang pelayan, meski terkadang tugas itu adalah suatu hal yang mudah. Contohnya, dia akan menyuruh Grace mengambilkan suatu barang yang berjarak sangat dekat dengannya meski tangannya sampai untuk menjangkaunya.
"Peter!" panggil Grace ketika Peter ingin pergi.
Peter yang merasa dipanggil membalikkan tubuhnya sejenak, lalu melihat kearah Grace yang nampak ragu untuk berkata.
"Hmmmm, bagaiman dengan ga ...." Tangan Peter terangkat untuk menghentikan pembicaraan Grace karena dia mendapatkan sebuah panggilan.
Peter melihat ke layar ponselnya, lalu membawa ponsel tersebut mendekat ke telinganya. Namun tanpa disadari Peter terus berbicara di ponselnya sehingga melupakan Grace yang masih berdiri di hadapannya.
Grace menahan rasa kecewa karena saat ini Peter telah berbalik dan meninggalkannya.
"Grace ...." Terdengar suara teriakan Peringatan yang nyaring memanggil namanya.
"Huuuuf, sepertinya anak itu memiliki pita suara yang bagus, setiap hari berteriak memanggilku, suaranya tetap terdengar nyaring," protes Grace dengan teriakan Leri. Ya, hampir setiap hari Leri selalu berteriak memanggilnya untuk menyuruhnya melakukan sesuatu. Jika dia melakukan sedikit kesalah, maka gadis muda itu akan memarahinya tanpa peduli dengan kesopanan yang seharusnya dia jaga.
Grace menjadi tidak semangat bekerja karena ternyata sampai siang ini dia belum menerima uang gajinya.
"Hei, bersihkan kamarku, kemarin kau tidak membersihkannya dengan benar, aku melihat beberap kecoak yang berkeliaran di sana." Sang ibu mertua memberitahu Grace.
"Baik, Nyonya," jawab Grace patuh.
"Ingat! Jangan menyentuh apa pun di sana!"
Grace selalu mendapatkan peringatan ketika ingin membersihkan kamar sang majikan. Mereka takut Grace akan merusak barang-barang mahal yang ada di dalam kamar mereka tersebut. Padahal Grace sama sekali tidak tertarik dengan semua barang mewah yang mereka miliki saat ini.
Sebelum menuju kamar sang majikan, Grace mempersiapkan alat kebersihan yang akan dia bawa. Kemudian setelah semuanya lengkap, dia menyeret langkah kakinya menuju kamar sang nyonya. Grace bergerak dengan hati-hati karena takut menyentuh barang-barang sang nyonya seperti yang diperingatkan kepadanya.
Pertama kali Grace memasuki setiap kamar sang majikan, dia sedikit terasa hati karena kamar-kamar tersebut sangat jauh berbeda dengan kamar yang dia tempati. Bahkan kasur untuk tidur pun dia tidak punya. Kamar sang majikan di penuhi dengan berbagai perlengkapan yang mahal, sementara itu kamarnya di penuhi dengan barang-barang bekas tidak berguna. Namun perasaan itu langsung dia singkirkan dari hatinya karena mengingat bisa tidur dengan aman saja dia sudah sangat senang.
Prang!
Mata Grace melebar dan mulutnya ternganga karena tanpa sengaja dia telah menyentuh sebuah parfum sehingga jatuh ke lantai dan membuat botolnya pecah. Perasaan Grace jadi tidak karuan karena mengingat kemarahan yang akan dia dapat dari sang majikan.
Grace akhirnya pasrah akan nasibnya karena bagaimanapun dia tidak akan bisa menyembunyikan kejadian ini kepada sang nyonya.
Benar saja, Grace mendapatkan kemarahan yang besar dari sang majikan ketika dia memberitahu tragedi pecahnya botol parfum sang majikan. Dia tidak tahu bahwa ternyata parfum yang dia pecahkan mempunyai harga yang sedikit mahal, sehingga sang majikan meminta ganti rugi kepadanya, apalagi menurut pengakuan sang majikan, dia memakai parfum itu hanya beberapa kali saja, dan itu juga merupakan parfum kesukaannya. Dalam hati Grace bertanya, apakah semua orang kaya dan tinggal di ibukota ini akan selalu menuntut ganti rugi jika seseorang melakukan kesalahan? Bukankah harta yang mereka miliki mampu untuk menggantikan sesuatu yang dirusak tersebut? Lalu kenapa mereka terus saja meminta ganti rugi bagaikan orang yang tidak memiliki hati. Apakah di ibukota semua orang bersikap seperti ini?
Grace duduk di samping kolam renang menunggu Peter kembali dan dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Selain memikirkan tentang ganti rugi barang yang telah dia rusak tanpa sengaja, dia juga sedang membayangkan sesuatu di pikirannya. Kedatangan Peter sangat dia tunggu, karena jika Peter terlambat kembali, maka kemungkinan dia tidak akan bisa mewujudkan sesuatu yang telah dia bayangkan sejak tadi pada hari ini.
Akan tetapi kali ini dia sedikit beruntung karena mobil Peter terlihat memasuki halaman rumahnya. Keberaniannya muncul demi sesuatu yang dia bayangkan. Dia berjalan menghampiri Peter dari arah yang berbeda sebelum Peter masuk ke dalam kamarnya.
"Peter!" panggil Grace dengan berani.
Peter yang nampak terburu-buru menghentikan langkahnya, karena Grace berada di hadapannya.
Peter tidak bersuara dan hanya melihat kearah Grace dengan penuh selidik.
"Aku ingin meminta uang gajiku!" Grace berkata tanpa malu.
Peter nampak mengerutkan keningnya.
"Peter, kamu harus memotong uang gajinya!" Tiba-tiba ibu Peter muncul dengan sebuah pernyataannya.
"Aku akan membayar ganti ruginya, tapi berikan gajiku lebih dulu."
"Gajimu satu bulan saja masih tidak cukup untuk membayar ganti ruginya," ejek sang ibu mertua.
"Setidaknya sisakan untukku sedikit," protes Grace dengan berani.
Peter hanya menjadi pemerhati di antara mereka yang berdebat. Grace dengan berani berdebat dengan sang majikan tanpa melihat statusnya.
"Ambil ini!" Peter mengulurkan beberapa lembar uang kertas kepada Grace. Dia sudah mendengar permasalahan yang terjadi di antara Grace dan ibunya.
Grace menerima uang tersebut, namun dia seakan tidak percaya bahwa Peter memberinya dalam jumlah yang sedikit.
"Aku sudah memotong uang ganti ruginya!" beritahu Peter tanpa rasa iba. Ya, begitulah yang pernah dirasakan oleh Peter dahulu saat berjuang mencari pekerjaan sebelum dia menjadi orang yang sukses.
Grace terlihat pasrah dan tidak membantah sama sekali.
"Apa aku bisa izin untuk keluar sebentar?" tanya Grace memastikan.
Peter tidak menyahut, dan dia memilih untuk pergi meninggalkan Grace tanpa memberikan jawabannya.
Grace beralih kepada sang ibu mertua, berharap wanita paruh baya ini mengizinkannya.
"Waktumu tidak banyak, kau akan mendapatkan hukuman jika kembali terlalu lama!" ancam sang ibu mertua.
Grace terlihat begitu senang ketika mendapatkan izin. Meski waktunya dibatasi, namun dia tidak mempermasalahkannya.
Grace menyapa sang penjaga keamanan ketika dia keluar. Dia juga berjalan dengan cepat agar segera sampai ke tempat yang dia tuju.
Sementara itu, Peter keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian yang berbeda karena dia ingin pergi menemui Berta. Dia sempat ditegur oleh sang ibu, dan setelah mendengar jawabannya, wanita paruh baya tersebut nampak tersenyum karena sebenarnya dia menyimpan sebuah harapan kepada hubungan sang putra dan adik angkatnya itu.
Mobil Peter masih melaju di jalan perumahan mereka, namun sebelum keluar dari jalur perumahan tersebut, dia melihat Grace berjalan kaki dengan sebuah plastik berlogo sebuah tempat belanja di tangannya. Meski plastik tersebut berwarna putih, tetapi Peter masih bisa melihat bayangan dari isi plastik berukuran sedang itu.
"Apa hanya karena itu dia meminta uang gajinya?" Peter berkata sendiri. Dia akhirnya tersenyum mengejek melihat sikap Grace yang benar-benar kehilangan harga diri bagaikan pengemis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Eureka ACE
beli apakah itu
2024-04-20
1
Arina Sabrina
apa yg anehnya kalian yg aneh..
2024-04-13
1