Sekarang ibu dan saudara Peter telah tinggal bersamanya di rumah mewah miliknya yang dia dapat dari hasil kerja kerasnya. Dia telah merubah kehidupan mereka yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Dia akan memenuhi semua permintaan yang diinginkan oleh ibu dan saudaranya.
Semua telah berubah, mulai dari gaya hidup dan lingkungan pertemanan mereka. Ibu dan saudaranya benar-benar terlihat berbeda dari yang dulu.
Hari ini, Peter berencana akan membawa ibu dan saudaranya untuk mengunjungi rumah Berta. Dia ingin mengenalkan mereka kepada pria tua yang selama ini berperan penting dalam kesuksesan yang dia raih.
Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh papa Berta.
"Saya sangat berterima kasih karena Anda telah menolong putraku, bahkan dia bisa menjadi pria sukses seperti sekarang berkat jasa, Anda." Ibu Peter mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada papa Berta.
"Bukan karena saya, tapi karena dia adalah orang yang pekerja keras dan mempunyai tekad yang kuat," jawab pria tua tanpa ingin membanggakan dirinya.
"Ya, tapi semua ini karena Anda sudah memberinya jalan. Aku sangat senang, karena sebelumnya dia bahkan dikabarkan telah mati," lanjut sang ibu mengingat tentang kabar kematian Peter sebelumnya.
Wajah pria tua itu mengerut karena tidak mengerti dengan maksud perkataan ibu Peter. Kemudian Peter akhirnya menjelaskan kepadanya hingga dia mengerti meski sedikit kebingungan.
"Kak Peter!" teriak seseorang yang baru saja tiba dan membuat mereka semua menolehkan kepala untuk melihatnya.
"Berta, jaga sikapmu. Kita sedang kedatangan tamu," tegur papa Berta kepadanya.
Berta sedikit merasa malu dan tersenyum kikuk kearah ibu dan saudara Peter. Sementara itu, ibu Peter sangat tertegun melihat kearah Berta karena kecantikannya.
"Siapa mereka?" tanya Berta setelah berhasil menguasai dirinya kembali.
Kemudian Peter angkat bicara dan memperkenalkan Berta kepada ibu dan saudaranya. Meski Berta adalah seorang gadis yang bersikap semaunya, namun dia masih bisa bersikap sopan kepada orang yang lebih tua seperti kepada ibunya Peter.
"Kau sangat cantik," puji ibu Peter saat Berta berkenalan dengannya.
"Terima kasih, Bibi," jawab Berta dan tersipu malu.
"Tidak, panggil aku ibu," tolak ibu Peter. Dia sudah mendengar cerita Berta yang baru saja di tinggalkan oleh mamanya dua tahun yang lalu.
Wajah Berta menampakkan raut bahagia ketika mendengar perkataan ibu Peter. Baru kali ini ada seseorang yang berkata seperti itu kepadanya, dan dia merasa terharu, lalu tanpa malu dia memeluk ibu Peter dengan erat.
Pelukan hangat dari ibu Peter membuat Berta sangat nyaman, dia merasakan kehangatan dari seorang ibu yang selama ini sangat dia rindukan dari mendiang mamanya.
"Ini adalah Leri, saudaraku satu-satunya, dan sepertinya kalian bisa menjadi seorang teman," lanjut Peter mengenalkan Leri kepada Berta. Mereka sepertinya seumuran, jadi tidak masalah jika mereka memutuskan untuk berteman.
Setelah perkenalan itu, hubungan keluarga mereka menjadi sangat dekat. Sekarang Leri dan Berta sudah menjadi dua orang sahabat yang tidak bisa dipisahkan. Berta sering berkunjung ke rumah mereka, dan tentu saja kedatangannya disambut dengan sangat baik oleh keluarga Peter.
"Dimana, Peter?" tanya Berta ketika datang berkunjung ke rumah Peter.
"Kau tidak bisa jika tidak melihat kak Peter, apa kau menyukainya?" tanya Leri kepada Berta.
"Apa kau gila, aku sudah memiliki kekasih," jawab. Berta.
"Tapi hubungan kalian belum direstui oleh papamu," bantah Leri menegaskan tentang hubungan Berta dan kekasihnya yang belum direstui oleh papanya.
"Leri, seharusnya kau berdoa untukku supaya hubunganku dengan Neil segera direstui oleh papaku." Berta menolak kebenaran yang selama ini dia ketahui.
"Ya, tapi aku tidak keberatan dan akan sangat senang jika kau bisa menjadi iparku," goda Leri yang membuat Berta memasang raut wajah masamnya.
"Ibu juga setuju dengan, Leri. Kau dan Peter sangat cocok jika bersama." Tiba-tiba ibu Peter muncul dan ikut menimpali pembicaraan mereka.
"Ibu ...." rengek Berta dengan manja. Dia merasa kedua orang ini sedang mempermainkannya.
"Ya, maafkan ibu, tapi jika kamu berubah pikiran, ibu akan sangat mendukung," lanjut ibu Peter menggoda Berta. Sebenarnya dia sangat tertarik sejak pertama kali melihat Berta. Awalnya dia berpikir Peter dan Berta sedang menjalin hubungan, namun tebakannya salah, karena ternyata hubungan Peter dan Berta hanya sebatas saudara angkat.
Berta kembali memasang raut wajah masamnya karena mereka telah menggodanya. Dia hanya menganggap Peter sebagai seorang kakak dan tidak lebih, karena sekarang dia mempunyai seorang kekasih meski belum direstui oleh papanya. Bahkan Peter sering membantunya untuk bisa bertemu dengan Neil dan akan menemani mereka ketika kencan karena Peter adalah orang yang disuruh oleh papanya untuk menjaganya.
...****************...
Di sisi lain, Peter sedang berada dalam mobil menuju sebuah tempat. Dia baru saja dihubungi oleh orang tua Berta dan menyuruhnya untuk melihat sebuah proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaannya. Proyek itu telah dia serahkan kepada Peter karena menurutnya Peter lebih hebat untuk mengerjakannya.
Peter tidak menolak, karena apa pun yang diminta oleh orangtua Berta, dia tidak akan pernah menolaknya, meski di perusahaannya dia adalah seorang CEO yang mempunyai kedudukan nomor satu.
Dia adalah seorang CEO yang tidak suka menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jadi, ketika orangtua Berta memberikan proyek itu kepadanya, dia ingin melihat proyek tersebut secara langsung tanpa meminta bantuan kepada karyawannya. Setelah dia melihatnya, barulah dia akan melimpahkan kepada karyawannya untuk menyelesaikannya.
Mobil yang membawa Peter memasuki sebuah gang yang hanya bisa dilalui oleh sebuah mobil, diikuti dengan beberapa mobil para pengawal dibelakangnya, dan daerah yang akan mereka tuju adalah sebuah perumahan yang akan digusur karena disana akan dibangun sebuah tempat pusat perbelanjaan.
Saat tiba di tempat tujuan, Peter melihat banyak orang-orang yang telah menunggu kedatangannya. Sebelumnya mereka telah diberitahu bahwa dia akan datang untuk membicarakan tentang proyek penggusuran rumah mereka.
Suara bisik-bisik dari wanita muda bahkan ibu-ibu terdengar riuh karena melihat sosok Peter. Mereka terpesona dan kagum dengan ketampanan Peter yang dibalut dengan pakaian kemejanya yang rapi. Peter merasakan keriuhan saat semua orang melihatnya, dia tetap bersikap tenang dan tidak terpengaruh sedikit pun.
Peter membuka kacamata hitam yang bertengger di matanya, dan keriuhan tersebut semakin terdengar jelas di telinganya. Mereka tanpa malu dan ragu melontarkan kata pujian kepada Peter, apalagi selama ini nama Peter telah sering di dengar oleh mereka karena ketenarannya di dunia bisnis yang dia kembangkan.
Peter berdiri dengan tegap berhadapan dengan mereka semua, dia ingin menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan proyek mereka agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara mereka nantinya.
Dijaga oleh beberapa pengawal, Peter memulai untuk menyampaikan maksudnya. Namun sebelum dia sempat membuka suara, dari arah samping terdengar suara seorang wanita yang sedang memarahi seseorang.
"Pergi saja kau dari sini, aku tidak butuh orang sepertimu, kau pikir aku tidak membutuhkan uang, sudah berapa bulan kau belum membayar uang sewa rumahnya, kau terlalu banyak alasan."
Brak, krek!
Suara beberapa benda berjatuhan yang sengaja dilempar terdengar sangat jelas di keramaian tersebut, karena saat ini semua orang fokus untuk melihat kejadian itu tanpa bersuara. Bahkan Peter juga melihatnya, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas seorang wanita yang sedang dimarahi tersebut karena dia membelakangi Peter dan sedikit menunduk mengumpuli barang-baranya yang berserakan di sekitarnya.
"Maafkan aku, aku berjanji akan membayarnya, tolong biarkan aku tinggal disini lagi!"
Bola mata Peter bergerak membesar ketika mendengar suara wanita yang diusir tersebut. Empat tahun sudah berlalu, namun dia masih bisa mengenali suara itu. Matanya menajam menatap lebih lekat kearah sang wanita meski yang terlihat hanyalah punggungnya.
"Aku butuh uang, bukan janjimu. Aku membutuhkan uang untuk kepindahanku, apa kau lupa bahwa rumah ini sebentar lagi akan di gusur, lihat disana." Wanita yang sedang marah itu menolak tubuh wanita yang sejak tadi membelakang, dia ingin melihatkan kepada wanita itu bahwa sekarang semua orang sedang membahas tentang penggusuran rumah mereka.
Grace akhirnya berbalik menghadapi kearah semua orang yang sedang berkerumun di depannya. Bola matanya bergerak pelan melihat ke sekeliling dan mendapati semua orang sedang melihatnya. Grace merasa sangat malu, lalu mengalihkan pandangannya kearah lain, namun gerakan matanya terhenti kepada seorang pria yang sedang berdiri tidak jauh tepat di hadapannya. Ya, wanita yang sedang dimarahi itu adalah Grace yang sudah tidak membayar uang sewa rumah rumah yang dia huni selama beberapa bulan.
Mata Grace tidak bergerak dan menatap tajam kearah pria tersebut. Jantungnya berdegup kencang seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Meski berpenampilan berbeda, tetapi dia masih bisa mengenali bahwa yang berdiri di sana adalah Peter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments