Pagi telah tiba, Peter dan keluarganya telah berada di ruang makan. Mereka sarapan dengan makanan yang telah dimasak oleh sang ibu. Meski mempunyai pelayan, tetapi ibu Peter sesekali tetap memasak untuk mereka, karena terkadang mereka merindukan masakan dari tangan sang ibu.
"Wanita itu masih belum muncul, apa dia tidak tahu tugasnya sebagai seorang pelayan?" tanya ibu Peter dengan nada jengkelnya. Tidak hanya Peter, namun sang ibu juga masih menaruh dendam kepada Grace, bahkan Leri juga.
Melihat Grace yang muncul secara tiba-tiba di hadapan mereka, membuat kebencian mereka yang selama ini masih tetap ada semakin bertambah. Apalagi kedatangan Grace di saat Peter telah menjadi sukses. Mereka tidak akan membiarkan Grace kembali bersama Peter, dan mereka tahu kalau Peter tidak akan menginginkan Grace lagi.
"Lanjutkan sarapan kalian, aku akan pergi melihatnya. Dia perlu diberi pelajaran supaya tahu tugasnya mulai dari saat ini."
Peter berdiri dari kursinya, lalu berjalan kearah ruangan yang menjadi kamar Grace saat ini.
Tuk tuk tuk!
Peter mengetuk pintu yang tertutup rapat karena dikunci dari arah dalam. Dia sangat marah, meski dia sudah mengetuk pintu tersebut dengan kuat, Grace belum juga membukanya.
Sementara itu, di dalam kamar yang diketuk, Grace baru saja membuka matanya. Dia terdiam sejenak untuk memastikan pendengarannya. Suara pintu yang diketuk sudah memekakkan telinganya. Dia melihat kesekeliling untuk memastikan keadaan saat ini, namun dia tidak menemukan sesuatu yang bisa memberitahunya tentang keadaan itu. Ruangan yang dia huni sama sekali tidak memiliki jendela, sehingga dia tidak bisa melihat apakah hari masih malam atau sudah pagi.
Kreaaaaak!
Grace membuka pintu kamar tersebut dengan keadaannya yang masih berantakan, dan membuat Peter sedikit menjauhkan tubuhnya lalu menutup hidungnya dengan sebelah tangannya seakan Grace sangat menjijikkan.
"Kau bukan nyonya di rumah ini, tapi kau adalah seorang pelayan, jadi perhatikan statusmu!" Peter mengingatkan Grace tentang posisinya.
Grace tidak menjawab perkataan Peter, dia masih mencoba untuk menyadarkan dirinya dari keadaan saat ini. Melihat Peter yang sudah berpakaian rapi, dia yakin bahwa hari sudah pagi.
"Maaf, aku bangun terlambat." Grace meminta maaf, karena dia tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan sebagai seorang pelayan.
"Bersihkan dirimu, kemudian temui aku, kau hanya punya waktu lima menit untuk berkemas," perintah Peter memberi arahan dan berlalu pergi meninggalkan Grace.
Peter duduk di atas sofa dengan menyilangkan kakinya. Dia terlihat bagaikan seorang tuan rumah yang angkuh dan kejam. Jari tangannya bergerak mengetuk bagian sofa seakan menghitung sisa waktu yang tinggal sedikit menunggu kedatangan Grace.
Beberapa menit telah berlalu, dan sebelum waktunya berakhir, Grace muncul sambil berjalan dengan cepat mendekat kearah Peter. Setelah kedatangan Grace, dari arah lain, sang ibu mertua dan iparnya juga datang mendekat kearah Peter.
Grace hanya berdiri di depan Peter dak tidak berani untuk duduk di sofa yang sebenarnya bisa dia duduki, namun mengingat posisinya saat ini dia merasa tidak berhak untuk itu. ibu dan saudara Peter juga ikut duduk di atas sofa, karena mereka adalah nyonya di rumah ini.
"Dengarkan aku!" mulai Peter berbicara. "Kau akan mengerjakan semua pekerjaan di rumah ini tanpa terkecuali, kau juga harus patuh kepada semua orang di rumah ini, dan tidak membantah dengan pekerjaan yang diberikan!" lanjut Peter tanpa jeda.
Grace nampak membelalakkan matanya mendengar perkataan Peter. Melihat besarnya rumah Peter, mungkinkah dia akan sanggup untuk mengerjakan semuanya sendirian? Tetapi mengingat keadaan di luar saja jauh lebih kejam setelah dia jalani, dia memilih untuk menyanggupi semua pekerjaan yang diberikan oleh Peter.
"Apa aku mendapatkan jatah makan?" tanya Grace tanpa malu.
"Kau pikir putraku semiskin itu hingga tidak bisa hanya memberi makan untukmu," protes sang ibu mertua dengan marah. Dia merasa Grace telah merendahkan Peter dan menganggapnya tidak mampu jika hanya memberi makan kepadanya.
Seperti biasa, Peter tersenyum dengan licik.
"Kau hanya mendapat jatah makan sesuai jadwalnya, lebih dari itu, kau tidak berhak mengambil makanan sesukamu." Peter menegaskan agar Grace mengerti.
"Baiklah, apa aku bisa bertanya lagi?" Grace kembali bersuara.
Peter hanya menatap Grace dengan sorot matanya yang mengecil.
"Apa tidak masalah jika aku menghentikan pekerjaanku ketika waktu makan tiba?"
"Kau benar-benar seperti pengemis yang hanya memikirkan makanan," ejek Peter.
"Aku hanya ingin memastikan," jawab Grace.
"Wakumu untuk makan juga dibatasi, hanya 15 menit," beritahu Peter, lalu berdiri dari duduknya. " Mulai tugasmu dari sekarang, jika kau belum menyelesaikan semuanya, kau belum bisa tidur nantinya." Peter memberi peringatan untuk yang terakhir lalu beranjak pergi.
Setelah kepergian Peter, Grace mulai melakukan tugasnya. Dimulai dari membersihkan seluruh rumah, dan pekerjaan yang lainnya. Baginya bekerja sebagai pelayan di rumah ini tidaklah menjadi sebuah masalah, karena dia sudah terbiasa dengan semuanya.
Grace bekerja tanpa mengeluh sedikit pun, hingga tugasnya membersihkan semua rumah telah selesai karena rumah tersebut masih nampak bersih. Selanjutnya dia beralih ke luar rumah untuk membersihkan halaman rumah yang sedikit kotor karena banyak daun yang berjatuhan. Saat dia bekerja di halaman tersebut, sang penjaga yang sudah beberapa dia temui melihatnya dengan pandangan heran.
"Kenapa kau melihatku begitu?" tegur Grace dengan ramah. Dia merasa mereka adalah orang yang satu profesi di rumah ini meski berbeda pekerjaannya.
"Kenapa kau tidak bekerja di dalam saja? Biasanya halaman ini tidak termasuk pekerjaan pelayan di rumah ini," jelas sang penjaga.
Sekarang Grace baru memahami kenapa pria itu menatapnya dengan heran.
"Sekarang ini sudah menjadi tugasku!" jawab Grace sambil melanjutkan pekerjaannya.
Sang penjaga tersebut tidak bertanya lagi, dan membiarkan Grace menyelesaikan pekerjaannya. Sebenarnya dia masih penasaran dengan seorang Grace karena sebelumnya dia mendengar dari mulut Grace sendiri yang mengatakan bahwa dia adalah istri dari tuan rumah tempat dia bekerja ini. Akan tetapi dia megurungkan niat tersebut karena tidak ingin menganggu pekerjaan Grace.
Hari ini Grace masih bekerja secara acak karena dia masih belum memahami keadaan rumah Peter. Dia sudah berencana akan mengatur jadwal pekerjaannya untuk hari berikutnya. Ya, dia akan menjalani pekerjaan baru ini dengan senang hati karena mengingat tujuannya sudah terpenuhi. Tidak ada lagi yang membuat hatinya gelisah dan harus berpikir keras untuk memikirkan tentang kebutuhannya di hari esok, karena menjadi pelayan di rumah Peter dia sudah mendapatkan jatah makan sesuai dengan jadwalnya, dia tidak perlu berhemat dan menghitung uang untuk membeli makan mengisi perutnya. Ya, memang dia bagaikan pengemis yang hanya memikirkan tentang perutnya, tetapi baginya saat ini hal itulah yang menjadi prioritas hidupnya karena merasakan sejak dulu harus berpikir keras hanya untuk mengisi perutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments