Alandra & Anjani
Di pagi hari ini, tepatnya di salah satu bandara Kota Jakarta, Anjani Zahra, seorang wanita cantik yang baru genap setahun lalu menikah, kini sedang menunggu seseorang, tidak lain adalah Sang Suami yang telah menikah dengan nya setahun yang lalu.
Di Bandara itu, dia berdiri menunggu di ruang tunggu dengan membawa koper besar di depannya.
Sesekali melirik jam tangannya, sudah hampir satu jam berlalu sejak dia turun dari pesawat. Namun, Sang Suami belum juga terlihat batang hidungnya.
Perasaan kesal menyelimuti hatinya. Kesan buruk terhadap suami nya, terukir jelas dari raut wajah Anjani. Sejak pernikahan mereka, Anjani merasa nasib buruk seakan berpihak pada nya.
Hari ini harusnya menjadi awal pertemuan mereka. Namun pria tersebut malah datang terlambat.
Di tengah-tengah perasaan kesal karena menunggu Sang Suami, pikirannya melayang mengingat pernikahannya yang dilaksanakan secara terpaksa.
Anjani yang saat itu sedang berada di luar negeri, mendapatkan kabar bahwa kakeknya menderita sakit parah.
Anjani pun saat itu segera bergegas pulang untuk menemui Sang Kakek. Sang Kakek berpesan bahwa dirinya ingin melihat Anjani menikah.
Ketika mendengar harapan Sang Kakek, dalam hati Anjani ingin sekali menolak pernikahan itu. Namun, dia teringat bahwa Sang Kakek sangatlah berjasa dalam kehidupan Anjani. Sang Kakek telah mengadopsi Anjani dari sebuah panti asuhan dna membesarkannya hingga menjadi Anjani saat ini.
Jauh di lubuk hati Anjani, ia tak ingin mengecewakan kakeknya, akan tetapi, dia juga belum siap untuk menuju jenjang pernikahan. Dilema. Itu yang sedang ia rasakan.
Demi mewujudkan harapan Sang Kakek, Anjani pun bersedia menikah dengan Pria yang telah dipilihkan Sang Kakek.
Tepat di hari pernikahan mereka, calon suaminya tidak kunjung datang. Akan tetapi, ada beberapa orang yang ikut turun tangan untuk mendaftarkan pernikahan mereka.
Anjani sama sekali tidak mengenal calon suami nya. Wajahnya pun belum pernah dia temui. Anjani hanya mengetahui identitas suaminya. Pria itu seorang pengusaha.
Keputusannya untuk menikah menjadi dilema tersendiri baginya. Anjani tidak yakin apakah suaminya bersedia menerima kehadiran nya. Dan akankah suaminya kelak akan menjadi seseorang yang bisa ia cintai.
Sudah kesekian kalinya Anjani melirik jam tangannya. Dia menghela napas. Putus Asa bercampur dengan perasaan kecewa.
Saat Anjani beranjak dari ruang tunggu menuju ke pintu keluar, dari arah belakang, terdengar suara klakson mobil, membuat Anjani terperanjat. Kepala nya reflek menoleh ke belakang.
Sebuah Mobil berwarna silver menghampirinya. Jendela di kursi pengemudi di turunkan.
"Kamu ngapain disini?" ucap pria tersebut.
Anjani yang kebingungan, menerka-nerka siapa pria tersebut, yang dengan percaya dirinya menyapa Anjani,
"Ah, SKSD!" gerutu Anjani dalam hatinya.
"Maaf, Anda siapa, ya? apa kita saling kenal?" tanya Anjani memberanikan diri demi rasa penasarannya.
"Kamu Anjani, kan? Wanita asing yang terpaksa ku nikahi setahun lalu."
"Hah?Anda barusan bilang apa?" Anjani kaget dengan ucapan pria itu, dalam hatinya, 'apa benar dia Suami ku?' 'tampan juga, lumayan lah ...' senyum Anjani tak terbendung.
"Naiklah cepat! banyak antrian di belakang mobil" ucap Andra.
Di dalam mobil warna silver itu, Anjani yang sudah duduk dengan di kursi depan samping
kemudi, memberanikan diri untuk bertanya.
“Pak Andra, Putra dari Pak Nugroho dan Bu Salsa?"
"Hem" jawab Andra singkat.
Dalam hati Anjani dia sebenarnya menyimpan rasa kesal pada pria yang ada di sampingnya. Akan tetapi, rasa kesal tersebut seakan sirna dengan hadirnya sosok tampan bernama Andra.
'Kira-kira aku memanggilnya dengan embel-embel Pak, Mas, atau Kak, ya?' Anjani merasa bingung sendiri.
"Ehm, maaf, aku harus memanggil anda dengan sebutan apa? Mas Andra? Apa boleh?" ucapan Anjani itu telah memecahkan keheningan di antara keduanya.
"Terserah kamu." Andra merasa senang saat Anjani memanggilnya dengan sebutan 'Mas'. Dia merasa lebih muda. Dalam hatinya, Andra merasa canggung, akan tetapi dia berusaha untuk terlihat dingin di depan Anjani.
Selama perjalanan, suasana canggung terasa jelas di antara kedua nya.
"Mau mendengarkan lagu?" tanya Andra sedikit canggung.
"hemm ... boleh juga" jawab Anjani.
Mereka pun terhanyut dalam lagu yang di mainkan. Sesekali mereka terlihat mengikuti lagu dan irama sambil menggerak-gerakkan kepala dan jari jemari nya.
Suasana pun sedikit mencair. Dan Andra, dia seperti memikirkan cara untuk bagaimana memulai pembicaraan mengenai nasib pernikahan mereka. Antara bimbang, dan rasa canggung menjadi satu.
Alandra. Sosok Pria yang cenderung introvert, tidak suka memulai obrolan, dia lebih suka menunggu untuk di tanyai terlebih dahulu. Terlihat alim dan pemalu.
Berbeda dengan Anjani, dia wanita yang extrovert, cerdas, ceria dan humble. Hanya saja dia bisa menempatkan diri dalam situasi apapun, termasuk didepan Andra, dia sedikit canggung, meski Andra adalah suaminya. Mungkin karena ini adalah pertemuan pertama mereka, dan juga status hubungan mereka yang sedikit terasa 'aneh'.
"Ehm, ngomong-ngomong, kesibukanmu di luar negeri apa?"
"Ee, belum ada kesibukan. Aku disana masih mencari-cari pekerjaan yang cocok, terlalu sulit persyaratan nya. Rencana sih pulang ke Indo mau lanjut S2" jawab Anjani dengan senyum manisnya yang khas.
"Lalu? Selanjutnya?" tanya Andra semakin penasaran.
"Selanjutnya ... emm ini baru rencana sih, rencana ku sekarang aku ingin mencari pekerjaan di Jakarta dulu, sembari mencari kampus yang cocok buat ngelanjutin kuliah, capek juga perjalanan jauh. Lagian aku juga gak mau lama-lama meninggalkan Kakek yang sedang sakit."
"Apa sudah ada bayangan akan kerja dimana dan kerja apa?" tanya Andra lagi sembari melirik Anjani sedikit.
"Semalam aku sudah mengirim lewat surel resume lamaran ku ke sebuah perusahaan di Jakarta, dan Alhamdulillah aku keterima."
"Oooh, di perusahaan mana?" tanya Andra yang sedikit berkurang rasa canggungnya.
"di AN Corp" jawab Anjani dengan santainya.
Anjani yang masih belum mengetahui bahwa perusahaan yang dia maksud adalah milik Andra. Suaminya sendiri adalah CEO nya.
Dalam hati Andra, dia sedikit kaget dan 'deg' mendengar jawaban Anjani. 'AN Corp? apa Alandra Nugraha Corp yang dimaksud Anjani? mungkinkah surel yang tadi pagi aku baca? kalau memang yang dimaksud Anjani adalah perusahaan ku, aku harus berpura-pura tidak tahu saja. yaah... untuk sementara waktu saja, biar nanti Anjani mengetahuinya sendiri.'
"Ooh .. sebagai apa kamu di perusahaan itu? eh, maaf sebelumnya, aku terlalu banyak
tanya." ucap Andra yang memang mulai penasaran dengan kehidupan Anjani, Sang Istri.
Anjani yang mendengar ucapan permintaan maaf dari Andra hanya bisa tertawa kecil. 'lucu' pikir Anjani dalam hatinya.
"Ah, Mas Andra, kenapa harus meminta maaf? wajar lah, Suami penasaran dengan kehidupan Istri barunya.." kata Anjani yang dengan santai dan pede nya berucap seperti itu.
Sedangkan Andra malah sedikit canggung dan malu.
"Emmm, Mas Andra, aku boleh menanyakan satu hal padamu? kenapa dulu Mas Andra bersedia menikahiku? Bukan kah menikah karena paksaan itu sangat menyedihkan? Kenapa dulu tidak menolak saja?" tanya Anjani mulai mode serius. Dengan wajah imutnya, dia sangat percaya diri melontarkan pertanyaan itu didepan Andra.
"Kalau boleh aku berpendapat, dari sudut pandang ku sebagai wanita, mungkin kita awal nya memang menikah karena paksaan, akan tetapi, seiring berjalannya waktu, bukankah jauh lebih baik kita terima saja takdir ini, meski di antara kita tidak ada rasa cinta, setidak nya kita jadi anak yang berbakti pada orang tua kita," jawab Anjani yang mencoba untuk terbuka.
“Kita pikirkan nanti,” jawab Andra singkat sembari terus melajukan kendaraan nya dengan cepat.
“Dimana rumah kamu?”
“Rumah ku di Jalan Puspita. Nanti
pas masuk gerbang, aku kasih tau lagi.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Anonymous
pernikahan paksa memang menyakitkan
2024-03-12
0
niasyauqi
/Drool//Drool//Drool/
2024-02-17
0