Anjani dan Eva naik lift ke lantai atas.
Eva adalah sekretaris Alandra, yang tidak lain adalah Andra, Sang CEO. Saat di kantor, seluruh karyawan memanggil Andra dengan nama Alandra. Sedangkan nama Andra sendiri di gunakan khusus untuk keluarga terdekatnya saja. Termasuk pada Anjani.
Anjani tidak tahu kalau Pak Alandra yang dimaksud Eva adalah suaminya sendiri, Andra.
Dalam perjalanan menuju lantai atas, Eva sangat bersemangat. Eva terus berusaha memberitahu Anjani tentang perusahaan.
"Seluruh lantai atas adalah kantor CEO. Sebagian besar karyawan tidak diperbolehkan menuju kesana, hanya di khususkan untuk karyawan yang di perintahkan untuk laporan secara langsung atau ada keperluan penting saja."
Anjani hanya menanggapi nya dengan anggukan kepala.
Demi untuk mengetahui semua tentang bos barunya, dia mendengarkan dengan seksama penjelasan Anjani.
Eva tiba-tiba berhenti, kemudian menoleh ke arah Anjani dan bertanya dengan santai.
"Kudengar kamu sebelumnya bekerja di luar negeri, lalu kenapa sekarang tiba-tiba pindah kerja disini?"
Rasa penasaran terpancar di mata Eva. Jelas sekali dia ingin mengetahui ini demi menjadi bahan gosip.
Tidak pernah dalam sejarah AN Corp, ada orang yang di pekerjakan tanpa melalui tes wawancara dan magang. Faktanya, untuk menjadi karyawan disini prosesnya jauh lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain diluar sana.
Anjani memecahkan rekor tersebut.
Ada spekulasi bahwa Anjani bukanlah orang biasa. Alhasil, Eva ingin mengetahui alasan CEO langsung mempekerjakan Anjani hari ini. Padahal seharusnya, Anjani harus melewati tes wawancara dan tes magang beberapa hari. Tapi kali ini, Anjani langsung di perintahkan masuk kantor di hari pertama setelah resume nya di terima.
Menurut Anjani, pertanyaan Eva barusan sudah melanggar peraturan karyawan, dan terlalu mencampuri urusan pribadinya. Anjani merasa risih dan kesal. Dia tidak suka jika ada seseorang yang terlalu ikut campur dengan masalah pribadinya.
Dia melirik kartu karyawan milik Eva dan berkata dingin
"Sepengetahuan saya, Staff humas harus lah ber EQ tinggi. Mereka seharusnya memfokuskan diri pada pekerjaan mereka saat di kantor."
Eva merasa tertohok dengan ucapan Anjani barusan. Pernyataan Anjani menunjukkan bahwa Eva tidak profesional dan sudah melampaui batas. Segera setelah selesai Anjani berbicara, lift berhenti di lantai paling atas.
Anjani berjalan keluar lift tanpa melihat orang yang menemaninya kesini.
Wajah Eva menjadi suram setelah mendengar pernyataan Anjani.
“Kamu masuk aja, Anjani. Pak Alandra sudah menunggu mu didalam. Aku akan turun, melanjutkan pekerjaan ku.” Dia memutuskan untuk mengantar Anjani hingga depan pintu saja. Dia kemudian turun kembali menuju tempat kerjanya.
“Terima kasih,” ucap Anjani dengan singkat. Dia pun mengetuk pintu, sembari sedikit merapikan pakaiannya.
Karena belum ada jawaban dari dalam, Anjani pun memberanikan diri membuka pintu.
“Selamat Pagi, Pak.. Permisi.. Saya Anjani, karyawan baru,” ucap Anjani dengan mimik wajah yang menyelidik.
Andra yang posisinya membelakangi Anjani, sedang sibuk membaca laporan sambil berdiri didekat meja kerja nya. Segera berbalik arah saat tahu siapa pemilik nama dan suara itu.
Anjani yang melihat sosok di depannya itu terkejut sekaligus bertanya-tanya.
“Mas Andra? Kenapa ada disini?” tanya Anjani yang keheranan.
“Aku pemilik perusahaan ini, Anjani. Dan nama ku Alandra Nugroho. Karyawan-karyawan disini memanggilku dengan Alandra. Nama Andra sendiri hanya keluarga terdekat ku saja yang memakai panggilan itu. Selamat Datang, Anjani. Maaf mengejutkan mu,” ucap Andra dengan menyunggingkan senyum mahal nya.
“Jadi suami ku, bos ku sendiri?” goda Anjani sambil tertawa kecil.
“Eh, tapi aku diterima bekerja disini bukan karena aku istrimu kan, Mas?” tanya Anjani dengan posisi yang masih berdiri.
“Duduklah dulu, Anjani. Banyak yang ingin aku bicarakan dengan mu mengenai pekerjaan.” Jawab Andra yang sudah mulai bisa mengimbangi Anjani.
Anjani pun akhirnya duduk. Dengan tampilannya yang sudah rapi, menandakan dia sudah siap untuk menerima pekerjaan barunya. Wajah nya yang manis dengan karakternya yang ceria, energik, mandiri dan kuat. Cerdas, pastinya. Itu yang menjadi salah satu alasan dia langsung diterima bekerja. Resume yang di kirimkan memuaskan dan sesuai dengan kriteria yang di butuhkan.
“Karena ini masih awal kamu bekerja disini, jadi untuk sementara kamu di tempatkan di bagian pemasaran, nanti kamu akan di bimbing oleh kepala bagian, Virza namanya. Perusahaan aku ini bergerak di bidang home shopping. Kau yang sudah punya pengalaman berjualan, mungkin bisa di manfaatkan pengalaman mu. Aku lihat karakter mu sepertinya cocok dengan pekerjaan ini. Bagaimana? Apa ada yang perlu di tanyakan lagi?” Andra mode serius.
‘Duh, suami macam apa ini? Bicara dengan istrinya sendiri kayak lagi berhadapan dengan orang lain. Biarlah, masih permulaan.’ Batin Anjani.
“Oh ya, hampir lupa. Ada satu permintaan dari ku, Anjani. Untuk sementara waktu, aku minta kita rahasiakan hubungan kita dulu. Para karyawan hanya sekedar tahu kalau aku sudah menikah. Tapi mereka belum tahu mengenai dirimu. Kamu bersedia menerima permintaan ku? Bisa kan, Anjani?” pinta Andra dengan penuh penyesalan.
“Baik, Mas, eh. Pak Alandra. Maaf keceplosan dikit.” kata Anjani dengan nada ceria dan berusaha santai.
“Kalau begitu kamu bisa mulai bekerja. Selamat Bekerja ya, Anjani. Semoga kamu betah” ucap Andra sambil memberikan senyum tulusnya.
Anjani yang mendapatkan ucapan selamat dari Bos nya, terhanyut dengan senyum manis Andra. ‘Manisnya..,’ batin Anjani.
Wanita mana yang tidak akan terpesona dengan ketampanan Pak Alandra. Fisik yang hampir sempurna, membuat banyak pasang mata terpikat. Apalagi dengan karakter aslinya yang sangat penyayang. Meski dari luar terlihat dingin dan tegas. Tapi, saat berhadapan dengan wanita yang dia sayangi, sikap dingin nya akan meleleh.
“Baik, Pak. Saya izin keluar.”
Anjani pun keluar dari ruangan bos nya. Dia kini menuju ke ruang pemasaran. Disana dia bertemu dengan Virza, atasannya. Mereka memulai perkenalan seperti biasa. Lalu Anjani di arahkan ke meja kerjanya. Dia sudah bersiap untuk memulai pekerjaan. Tiba-tiba, karyawan yang berada di sampingnya bergosip.
“Dengar-dengar kemarin lusa saat Pak Alandra tidak hadir ke kantor, itu karena dia sedang menjemput istrinya yang baru datang dari luar negeri. Aku gak bisa membayangkan, betapa senangnya punya suami seperti Pak Alandra. Aku iri pada istrinya. Hahaha.. membayangkan di perlakukan manis oleh Pak Alandra yang tampan itu, penasaran seperti apa istri nya? Pasti cantik.” Ocehan teman kantornya itu benar-benar mengusik pikran Anjani.
‘Ah, andai kalian tahu kalau nasib istri dari bos kalian ini sangat lah tidak beruntung. Jauh dari khayalan kalian. Menikah tanpa bertatap muka. Lalu setahun tidak bertemu. Sekalinya ketemu, malah dijadikan orang asing,’ gerutu Anjani dalam hatinya. Sedih.
Dalam ruangan nya, Andra masih berdiam diri. Pikirannya sedang tertuju pada Rara, wanita yang masih sangat ia cintai. Rara dan Anjani sama-sama berwajah cantik dan manis. Sama-sama periang, energik dan kuat. Akan tetapi, hatinya sudah tertaut dengan Rara. Sampai detik ini pun dia masih berhubungan baik dengan Andra.
Rara tahu jika Andra sudah beristri, tapi dia masih sering menghubungi Andra. Meski hanya sekedar tanya kabar. Obrolan biasa, bertemu pun hanya makan-makan dan membicarakan pekerjaan. Tidak pernah menyinggung soal istri Andra.
Dia masih berharap Andra akan memilih nya dan mempertahan kan hubungannya. Tapi kini, dia sadar kalau egonya akan membuat Andra semakin tersiksa. Dia mencoba menerima segala takdir nya. Sejak dia tahu istri Andra datang, dia akan mulai mengurangi komunikasi nya dengan Andra. Demi kebaikan bersama.
Andra sendiri masih belum rela harus menjauhi Dinda. Tapi disi lain, dia gak ingin menecewakan kedua orang tua nya yang sangat ingin melihat Anjani dan Andra hidup bersama.
Dia hanya butuh waktu yang tepat untuk menerima Anjani sebagai pendamping hidupnya. Kelak jika dia sudah siap, dia akan belajar mencintai Anjani dengan sepenuh hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments