NovelToon NovelToon

Alandra & Anjani

Chapter 1

Di pagi hari ini, tepatnya di salah satu bandara Kota Jakarta, Anjani Zahra, seorang wanita cantik yang baru genap setahun lalu menikah, kini sedang menunggu seseorang, tidak lain adalah Sang Suami yang telah menikah dengan nya setahun yang lalu.

Di Bandara itu, dia berdiri menunggu di ruang tunggu dengan membawa koper besar di depannya.

Sesekali melirik jam tangannya, sudah hampir satu jam berlalu sejak dia turun dari pesawat. Namun, Sang Suami belum juga terlihat batang hidungnya.

Perasaan kesal menyelimuti hatinya. Kesan buruk terhadap suami nya, terukir jelas dari raut wajah Anjani. Sejak pernikahan mereka, Anjani merasa nasib buruk seakan berpihak pada nya.

Hari ini harusnya menjadi awal pertemuan mereka. Namun pria tersebut malah datang terlambat.

Di tengah-tengah perasaan kesal karena menunggu Sang Suami, pikirannya melayang mengingat pernikahannya yang dilaksanakan secara terpaksa.

Anjani yang saat itu sedang berada di luar negeri, mendapatkan kabar bahwa kakeknya menderita sakit parah.

Anjani pun saat itu segera bergegas pulang untuk menemui Sang Kakek. Sang Kakek berpesan bahwa dirinya ingin melihat Anjani menikah.

Ketika mendengar harapan Sang Kakek, dalam hati Anjani ingin sekali menolak pernikahan itu. Namun, dia teringat bahwa Sang Kakek sangatlah berjasa dalam kehidupan Anjani. Sang Kakek telah mengadopsi Anjani dari sebuah panti asuhan dna membesarkannya hingga menjadi Anjani saat ini.

Jauh di lubuk hati Anjani, ia tak ingin mengecewakan kakeknya, akan tetapi, dia juga belum siap untuk menuju jenjang pernikahan. Dilema. Itu yang sedang ia rasakan.

Demi mewujudkan harapan Sang Kakek, Anjani pun bersedia menikah dengan Pria yang telah dipilihkan Sang Kakek.

Tepat di hari pernikahan mereka, calon suaminya tidak kunjung datang. Akan tetapi, ada beberapa orang yang ikut turun tangan untuk mendaftarkan pernikahan mereka.

Anjani sama sekali tidak mengenal calon suami nya. Wajahnya pun belum pernah dia temui. Anjani hanya mengetahui identitas suaminya. Pria itu seorang pengusaha.

Keputusannya untuk menikah menjadi dilema tersendiri baginya. Anjani tidak yakin apakah suaminya bersedia menerima kehadiran nya. Dan akankah suaminya kelak akan menjadi seseorang yang bisa ia cintai.

Sudah kesekian kalinya Anjani melirik jam tangannya. Dia menghela napas. Putus Asa bercampur dengan perasaan kecewa.

Saat Anjani beranjak dari ruang tunggu menuju ke pintu keluar, dari arah belakang, terdengar suara klakson mobil, membuat Anjani terperanjat. Kepala nya reflek menoleh ke belakang.

Sebuah Mobil berwarna silver menghampirinya. Jendela di kursi pengemudi di turunkan.

"Kamu ngapain disini?" ucap pria tersebut.

Anjani yang kebingungan, menerka-nerka siapa pria tersebut, yang dengan percaya dirinya menyapa Anjani,

"Ah, SKSD!" gerutu Anjani dalam hatinya.

"Maaf, Anda siapa, ya? apa kita saling kenal?" tanya Anjani memberanikan diri demi rasa penasarannya.

"Kamu Anjani, kan? Wanita asing yang terpaksa ku nikahi setahun lalu."

"Hah?Anda barusan bilang apa?" Anjani kaget dengan ucapan pria itu, dalam hatinya, 'apa benar dia Suami ku?' 'tampan juga, lumayan lah ...'  senyum Anjani tak terbendung.

"Naiklah cepat! banyak antrian di belakang mobil" ucap Andra.

Di dalam mobil warna silver itu, Anjani yang sudah duduk dengan di kursi depan samping

kemudi, memberanikan diri untuk bertanya.

“Pak Andra, Putra dari Pak Nugroho dan Bu Salsa?"

"Hem" jawab Andra singkat.

Dalam hati Anjani dia sebenarnya menyimpan rasa kesal pada pria yang ada di sampingnya. Akan tetapi, rasa kesal tersebut seakan sirna dengan hadirnya sosok tampan bernama Andra.

'Kira-kira aku memanggilnya dengan embel-embel Pak, Mas, atau Kak, ya?' Anjani merasa bingung sendiri.

"Ehm, maaf, aku harus memanggil anda dengan sebutan apa? Mas Andra? Apa boleh?" ucapan Anjani itu telah memecahkan keheningan di antara keduanya.

"Terserah kamu." Andra merasa senang saat Anjani memanggilnya dengan sebutan 'Mas'. Dia merasa lebih muda. Dalam hatinya, Andra merasa canggung, akan tetapi dia berusaha untuk terlihat dingin di depan Anjani.

Selama perjalanan, suasana canggung terasa jelas di antara kedua nya.

"Mau mendengarkan lagu?" tanya Andra sedikit canggung.

"hemm ... boleh juga" jawab Anjani.

Mereka pun terhanyut dalam lagu yang di mainkan. Sesekali mereka terlihat mengikuti lagu dan irama sambil menggerak-gerakkan kepala dan jari jemari nya.

Suasana pun sedikit mencair. Dan Andra, dia seperti memikirkan cara untuk bagaimana memulai pembicaraan mengenai nasib pernikahan mereka. Antara bimbang, dan rasa canggung menjadi satu.

Alandra. Sosok Pria yang cenderung introvert, tidak suka memulai obrolan, dia lebih suka menunggu untuk di tanyai terlebih dahulu. Terlihat alim dan pemalu.

Berbeda dengan Anjani, dia wanita yang extrovert, cerdas, ceria dan humble. Hanya saja dia bisa menempatkan diri dalam situasi apapun, termasuk didepan Andra, dia sedikit canggung, meski Andra adalah suaminya. Mungkin karena ini adalah pertemuan pertama mereka, dan juga status hubungan mereka yang sedikit terasa 'aneh'.

"Ehm, ngomong-ngomong, kesibukanmu di luar negeri apa?"

"Ee, belum ada kesibukan. Aku disana masih mencari-cari pekerjaan yang cocok, terlalu sulit persyaratan nya. Rencana sih pulang ke Indo mau lanjut S2" jawab Anjani dengan senyum manisnya yang khas.

"Lalu? Selanjutnya?" tanya Andra semakin penasaran.

"Selanjutnya ... emm ini baru rencana sih, rencana ku sekarang aku ingin mencari pekerjaan di Jakarta dulu, sembari mencari kampus yang cocok buat ngelanjutin kuliah, capek juga perjalanan jauh. Lagian aku juga gak mau lama-lama meninggalkan Kakek yang sedang sakit."

"Apa sudah ada bayangan akan kerja dimana dan kerja apa?" tanya Andra lagi sembari melirik Anjani sedikit.

"Semalam aku sudah mengirim lewat surel resume lamaran ku ke sebuah perusahaan di Jakarta, dan Alhamdulillah aku keterima."

"Oooh, di perusahaan mana?" tanya Andra yang sedikit berkurang rasa canggungnya.

"di AN Corp" jawab Anjani dengan santainya.

Anjani yang masih belum mengetahui bahwa perusahaan yang dia maksud adalah milik Andra. Suaminya sendiri adalah CEO nya.

Dalam hati Andra, dia sedikit kaget dan 'deg' mendengar jawaban Anjani. 'AN Corp? apa Alandra Nugraha Corp yang dimaksud Anjani? mungkinkah surel yang tadi pagi aku baca? kalau memang yang dimaksud Anjani adalah perusahaan ku, aku harus berpura-pura tidak tahu saja. yaah... untuk sementara waktu saja, biar nanti Anjani mengetahuinya sendiri.'

"Ooh .. sebagai apa kamu di perusahaan itu? eh, maaf sebelumnya, aku terlalu banyak

tanya." ucap Andra yang memang mulai penasaran dengan kehidupan Anjani, Sang Istri.

Anjani yang mendengar ucapan permintaan maaf dari Andra hanya bisa tertawa kecil. 'lucu' pikir Anjani dalam hatinya.

"Ah, Mas Andra, kenapa harus meminta maaf? wajar lah, Suami penasaran dengan kehidupan Istri barunya.." kata Anjani yang dengan santai dan pede nya berucap seperti itu.

Sedangkan Andra malah sedikit canggung dan malu.

"Emmm, Mas Andra, aku boleh menanyakan satu hal padamu? kenapa dulu Mas Andra bersedia menikahiku? Bukan kah menikah karena paksaan itu sangat menyedihkan? Kenapa dulu tidak menolak saja?" tanya Anjani mulai mode serius. Dengan wajah imutnya, dia sangat percaya diri melontarkan pertanyaan itu didepan Andra.

"Kalau boleh aku berpendapat, dari sudut pandang ku sebagai wanita, mungkin kita awal nya memang menikah karena paksaan, akan tetapi, seiring berjalannya waktu, bukankah jauh lebih baik kita terima saja takdir ini, meski di antara kita tidak ada rasa cinta, setidak nya kita jadi anak yang berbakti pada orang tua kita," jawab Anjani yang mencoba untuk terbuka.

“Kita pikirkan nanti,” jawab Andra singkat sembari terus melajukan kendaraan nya dengan cepat.

“Dimana rumah kamu?”

“Rumah ku di Jalan Puspita. Nanti

pas masuk gerbang, aku kasih tau lagi.”

Chapter 2

Andra hanya terdiam mendengar pertanyaan dari Anjani. Dia belum tahu isi hatinya sendiri. Dilema yang belum

ada ujungnya.

“Baiklah kalau Mas Andra tidak mau menjawab, aku tahu perasaan Mas Andra. Memang sangat sulit menerima situasi aneh ini. Apalagi tanpa adanya rasa. Ngomong-ngomong kita mau kemana? Ke rumah Kakek ku atau ke tempat lain?”, dalam hati Anjani, dia sangat mengerti dan paham, adalah hal yang wajar, pernikahan yang

tiba-tiba, terlebih karena paksaan oleh keluarga dan tanpa adanya rasa cinta.

Hubungan ini, entah akan dibawa kemana akhirnya. Hanya Tuhan Yang tahu. Dia pribadi juga masih belum sepenuhnya menerima situasi ini.

“Maaf Anjani, untuk sementara ini, kamu tinggal lah di rumah Kakek mu dulu. Tidak apa-apa kan? Karena aku merasa masih belum siap tinggal satu atap dengan wanita lain” ujarnya, dengan perasaan bersalah, takut Anjani kecewa.

“Hei.. Aku ngga’ apa-apa, Mas! Kamu tenang saja, lagipula ini kan masih awal pertemuan kita berdua, kita juga butuh waktu untuk berusaha menerima satu sama lain.” Jawaban Anjani kali ini cukup membuat Andra tenang.

“Mas, Boleh aku tanya satu hal lagi?” tanya Anjani yang seakan tidak pernah ada habisnya mengeluarkan kata-kata.

“Ya, silahkan,” ucap Andra singkat.

“Dulu, sewaktu hari pernikahan kita, Mas Andra kenapa ngga’ hadir? Boleh aku tau alasan nya?” akhirnya, terucap juga pertanyaan yang selama setahun ini ia simpan baik-baik.

Andra menghela napas, hatinya masih menyimpan rasa kecewa saat harus mengingat momen yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan bagi sebagian orang, namun tidak bagi dirinya.

“Mengenai hal itu, atas nama pribadi, aku ingin meminta maaf. Banyak hal yang menjadi alasan kenapa aku dulu enggan hadir. Mungkin salah satu nya karena seseorang.” Jawaban Andra mengisyaratkan kekecewaan dan keputusasaan.

‘Seseorang?maksudnya mantan? Eh, pacar nya?’ gumam Anjani dalam hati.

“Pacar nya Mas Andra, ya? Ah, sudah bisa ku tebak, pasti jawabannya iya, kan? It’s oke..,“ ucap Anjani sembari merapikan blazer ungu nya yang sedikit terbuka di bagian dada.

“Aku juga mau minta maaf, semua peristiwa ini benar-benar di luar kendali aku. Aku benar-benar ngga’ bisa menolak keinginan Kakek ku.”

“Nggak pa-pa, bukan salah kita. Karena semua yang udah terjadi ini takdir dari-Nya.”

Perjalanan antara Bandara dan Rumah Kakek terasa begitu panjang. Seiring dengan obrolan dua sejoli yang seperti tak ada habisnya.

Hari ini, penampilan Anjani terlihat sangat cantik. Blazer Ungu dengan kaos putih sebagai daleman nya, menambah kesan manis. Apalagi saat rambut panjang nya tergurai indah, bergerak kesana kemari mengikuti arah angin.

Selama perjalanan, mereka lebih banyak diam. Dua sejoli ini sedang berusaha untuk ikhlas. Ikhlas akan takdir mereka. Yang entah bagaimana endingnya.

Tiba di rumah Sang Kakek. Anjani pun segera turun dari mobil.

Sementara Andra dengan naluri ke laki-lakian nya, segera mendahului Anjani untuk menurunkan koper milik istrinya. Membantu mengangkat dan membawakan ke dalam rumah.

Setibanya di depan pintu rumah, mereka disambut dengan kehangatan oleh keluarga Anjani yang tidak lain hanyalah Sang Kakek, beliau sudah sepuh. Sering sakit-sakitan. Dan itu membuat Anjani tak sampai hati jika harus berada jauh dari beliau. Mungkin ini saat yang tepat bagi Anjani mengabdikan hidupnya untuk Sang Kakek yang sudah membesarkannya seorang diri, menyanyanginya seperti anak sendiri.

“Assalamu’alaikum, Kakek.. Anjani rindu…” Tangis Anjani pecah melihat wajah keriput orang yang sangat dia cintai. Pelukan nya menambah rasa haru di antara mereka.

Andra melihat pemandangan haru itu dengan mata berkaca-kaca, tapi dia berusaha untuk terlihat biasa saja. Dia menghampiri Kakek dan mencium dengan takzim tangan orang tua yang telah merawat Anjani. “Assalamu’alaikum, Kek,” Ucapnya.

“Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah.. kalian tiba dengan selamat. Kalian pasti capek. Masuklah dulu..,” ucap Kakek dengan suara yang serak namun penuh dengan kebahagiaan dan ketulusan.

“Masuk, Mas...” Anjani mempersilahkan  Andra untuk segera masuk dan duduk. Lalu dia pergi ke kamar meninggalkan Andra bersama kakek nya.

Di rumah yang sederhana ini, beliau hanya tinggal seorang diri. Meski terlihat rapuh, tapi beliau sangat kuat. Sejak Anjani ke luar negeri, beliau masih bisa beraktifitas seperti biasa. Hanya saja bukan aktifitas yang berat.

Beruntung Anjani anak yang cerdas, dia sangat pandai mencari uang, sejak masih SMP, dia selalu melihat Kakek nya berjualan. Hingga SMA, Anjani yang memang anaknya sangat aktif dan enggan berdiam diri, selalu ingin mencoba hal-hal baru, seperti mencari kerja sambilan.

Meski masih SMA, dia sudah mampu menjadi guru les. Mengajar anak-anak sekitar rumah, dengan upah seikhlas nya. Hitung-hitung mengisi waktu luangnya dan memanfaatkan ilmu yang dia punya.

Hasil kerja sambilannya, ia gunakan untuk membantu Kakek berjualan. Dia hanya ingin meringankan tanggung jawabnya Kakek.

Dan itulah alasan dia bersedia menerima permintaan Sang Kakek untuk menikahi Andra. Kedua orang tua Andra merasa berhutang budi pada Sang Kakek. Saat Anjani masih SMA, kedua orang tua Andra yang memang dari kalangan atas, sedang mengalami musibah. Dan satu-satunya orang yang bisa memberikan pertolongan saat itu hanya Pak Karim, Kakeknya.

Berawal dari situlah, kedua orang tua Andra ingin membalas budi Pak Karim yang sudah berbaik hati memberikan bantuan dengan tulus. Kedua orang tua Andra, meski mereka orang kaya, tapi mereka sangat ta’at, rendah hati dan sangat dermawan.

Dihadapan sang Kakek, kedua orang tua Andra, Pak Nugroho dan Bu Salsa, mengajukan permohonan sekaligus perjanjian, mereka ingin putra semata wayang nya, Andra, menikahi Anjani.

Pak Karim yang mendengar perkataan Pak Nugroho, kaget sekaligus bahagia. Karena beliau tahu, Andra adalah sosok Pria yang sangat baik dan yang terpenting Andra bukan tipe laki-laki yang suka main perempuan. Bagi Kakek, Andra sangatlah penyayang. Dengan itulah, Kakek bersedia menerima tawaran Pak Nugroho dan Bu Salsa. Mereka semua adalah orang-orang baik.

Saat Andra duduk di kursi tamu berdua dengan Pak Karim, bola mata nya berputar mengelilingi setiap sudut rumah itu.

“Beginilah, Nak keadaan rumah kami. Sangat sederhana. Sangat jauh berbeda dengan rumah Nak Andra,” ucap Kakek dengan senyum tulusnya.

Anjani yang sedari tadi kerinduan, akhirnya buka suara.

“Kek, Anjani hari ini tinggal disini yah? Boleh kan? Anjani masih rindu dengan Kakek. Lagipula Anjani tak tega meninggalkan Kakek sendirian disini,” Ucap Anjani dengan nada manja.

Pemandangan ini membuat hati Andra terusik. ‘Gadis ini sangat unik, sedikit menyebalkan dan cantik,’ batin Andra.

“Maaf sebelumnya, Kek. Kalau boleh saya minta izin untuk sementara waktu ini Anjani tinggal disini dulu menemani Kakek. Karena rumah yang akan kami berdua tinggali masih belum selesai, sedangkan saya sendiri selama ini masih tinggal dengan kedua orang tua” Ucap Pria yang hari ini terlihat sangat tampan dengan pakaian serba hitam.

“Apa Kakek tidak keberatan? InsyaAllah kalau rumah kami sudah selesai di renovasi, kita berdua akan pindah,” ucap Andra dengan penuh hormat.

“Karena disini Kakek tidak ada teman, maka saya sarankan Kakek pun ikut tinggal bersama kami. Bagaimana, Kek? Apa Kakek bersedia?” imbuh Andra.

“Apa tidak akan merepotkan kalian kalau Kakek ikut?” tanya Kakek dengan nada tidak percaya.

“Tidak, Kek. Anjani malah akan sangat senang dengan rencana Mas Andra. Karena dengan begitu, Anjani tidak perlu khawatir kalau harus jauh dari Kakek,” jawab gadis berambut panjang itu dengan penuh kebahagiaan.

“Benar, Kek.” Andra menegaskan.

Andra orang yang penyayang, meski terkadang keras kepala dan cenderung pendiam. Sangat bisa memahami orang lain. Walau sebenarnya, ia masih menentang pernikahan nya dengan Anjani.

Dia berharap, selama tinggal bersama dengan Anjani, jika cinta di hatinya belum juga tumbuh, maka ia akan menceraikannya dengan baik-baik.

Impiannya yang dulu ingin menikahi Rara, wanita yang lebih dulu mengisi hatinya. Kini telah pupus. Meski saat ini dia sudah berstatus suami Anjani, tapi hati nya masih sepenuhnya milik Rara.

Akhirnya kakek pun setuju dengan rencana nya.

“Kalau begitu, Saya pamit dulu. Besok kalau tidak ada halangan, saya akan kesini,” ucap Andra sembari bersalaman dengan Kakek. Andra pun tak lupa melirik Anjani dengan sedikit canggung.

“Assalamu’alaikum...,” ucap Andra sembari melajukan mobil silver nya keluar gerbang perumahan.

Chapter 3

Anjani dan Eva naik lift ke lantai atas.

Eva adalah sekretaris Alandra, yang tidak lain adalah Andra, Sang CEO. Saat di kantor, seluruh karyawan memanggil Andra dengan nama Alandra. Sedangkan nama Andra sendiri di gunakan khusus untuk keluarga terdekatnya saja. Termasuk pada Anjani.

Anjani tidak tahu kalau Pak Alandra yang dimaksud Eva adalah suaminya sendiri, Andra.

Dalam perjalanan menuju lantai atas, Eva sangat bersemangat. Eva terus berusaha memberitahu Anjani tentang perusahaan.

"Seluruh lantai atas adalah kantor CEO. Sebagian besar karyawan tidak diperbolehkan menuju kesana, hanya di khususkan untuk karyawan yang di perintahkan untuk laporan secara langsung atau ada keperluan penting saja."

Anjani hanya menanggapi nya dengan anggukan kepala.

Demi untuk mengetahui semua tentang bos barunya, dia mendengarkan dengan seksama penjelasan Anjani.

Eva tiba-tiba berhenti, kemudian menoleh ke arah Anjani dan bertanya dengan santai.

"Kudengar kamu sebelumnya bekerja di luar negeri, lalu kenapa sekarang tiba-tiba pindah kerja disini?"

Rasa penasaran terpancar di mata Eva. Jelas sekali dia ingin mengetahui ini demi menjadi bahan gosip.

Tidak pernah dalam sejarah AN Corp, ada orang yang di pekerjakan tanpa melalui tes wawancara dan magang. Faktanya, untuk menjadi karyawan disini prosesnya jauh lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain diluar sana.

Anjani memecahkan rekor tersebut.

Ada spekulasi bahwa Anjani bukanlah orang biasa. Alhasil, Eva ingin mengetahui alasan CEO langsung mempekerjakan Anjani hari ini. Padahal seharusnya, Anjani harus melewati tes wawancara dan tes magang beberapa hari. Tapi kali ini, Anjani langsung di perintahkan masuk kantor di hari pertama setelah resume nya di terima.

Menurut Anjani, pertanyaan Eva barusan sudah melanggar peraturan karyawan, dan terlalu mencampuri urusan pribadinya. Anjani merasa risih dan kesal. Dia tidak suka jika ada seseorang yang terlalu ikut campur dengan masalah pribadinya.

Dia melirik kartu karyawan milik Eva dan berkata dingin

"Sepengetahuan saya, Staff humas harus lah ber EQ tinggi. Mereka seharusnya memfokuskan diri pada pekerjaan mereka saat di kantor."

Eva merasa tertohok dengan ucapan Anjani barusan. Pernyataan Anjani menunjukkan bahwa Eva tidak profesional dan sudah melampaui batas. Segera setelah selesai Anjani berbicara, lift berhenti di lantai paling atas.

Anjani berjalan keluar lift tanpa melihat orang yang menemaninya kesini.

Wajah Eva menjadi suram setelah mendengar pernyataan Anjani.

“Kamu masuk aja, Anjani. Pak Alandra sudah menunggu mu didalam. Aku akan turun, melanjutkan pekerjaan ku.” Dia memutuskan untuk mengantar Anjani hingga depan pintu saja. Dia kemudian turun kembali menuju tempat kerjanya.

“Terima kasih,” ucap Anjani dengan singkat. Dia pun mengetuk pintu, sembari sedikit merapikan pakaiannya.

Karena belum ada jawaban dari dalam, Anjani pun memberanikan diri membuka pintu.

“Selamat Pagi, Pak.. Permisi.. Saya Anjani, karyawan baru,” ucap Anjani dengan mimik wajah yang menyelidik.

Andra yang posisinya membelakangi Anjani, sedang sibuk membaca laporan sambil berdiri didekat meja kerja nya. Segera berbalik arah saat tahu siapa pemilik nama dan suara itu.

Anjani yang melihat sosok di depannya itu terkejut sekaligus bertanya-tanya.

“Mas Andra? Kenapa ada disini?” tanya Anjani yang keheranan.

“Aku pemilik perusahaan ini, Anjani. Dan nama ku Alandra Nugroho. Karyawan-karyawan disini memanggilku dengan Alandra. Nama Andra sendiri hanya keluarga terdekat ku saja yang memakai panggilan itu. Selamat Datang, Anjani. Maaf mengejutkan mu,” ucap Andra dengan menyunggingkan senyum mahal nya.

“Jadi suami ku, bos ku sendiri?” goda Anjani sambil tertawa kecil.

“Eh, tapi aku diterima bekerja disini bukan karena aku istrimu kan, Mas?” tanya Anjani dengan posisi yang masih berdiri.

“Duduklah dulu, Anjani. Banyak yang ingin aku bicarakan dengan mu mengenai pekerjaan.” Jawab Andra yang sudah mulai bisa mengimbangi Anjani.

Anjani pun akhirnya duduk. Dengan tampilannya yang sudah rapi, menandakan dia sudah siap untuk menerima pekerjaan barunya. Wajah nya yang manis dengan karakternya yang ceria, energik, mandiri dan kuat. Cerdas, pastinya. Itu yang menjadi salah satu alasan dia langsung diterima bekerja. Resume yang di kirimkan memuaskan dan sesuai dengan kriteria yang di butuhkan.

“Karena ini masih awal kamu bekerja disini, jadi untuk sementara kamu di tempatkan di bagian pemasaran, nanti kamu akan di bimbing oleh kepala bagian, Virza namanya. Perusahaan aku ini bergerak di bidang home shopping. Kau yang sudah punya pengalaman berjualan, mungkin bisa di manfaatkan pengalaman mu. Aku lihat karakter mu sepertinya cocok dengan pekerjaan ini. Bagaimana? Apa ada yang perlu di tanyakan lagi?” Andra mode serius.

‘Duh, suami macam apa ini? Bicara dengan istrinya sendiri kayak lagi berhadapan dengan orang lain. Biarlah, masih permulaan.’ Batin Anjani.

“Oh ya, hampir lupa. Ada satu permintaan dari ku, Anjani. Untuk sementara waktu, aku minta kita rahasiakan hubungan kita dulu. Para karyawan hanya sekedar tahu kalau aku sudah menikah. Tapi mereka belum tahu mengenai dirimu. Kamu bersedia menerima permintaan ku? Bisa kan, Anjani?” pinta Andra dengan penuh penyesalan.

“Baik, Mas, eh. Pak Alandra. Maaf keceplosan dikit.” kata Anjani dengan nada ceria dan berusaha santai.

“Kalau begitu kamu bisa mulai bekerja. Selamat Bekerja ya, Anjani. Semoga kamu betah” ucap Andra sambil memberikan senyum tulusnya.

Anjani yang mendapatkan ucapan selamat dari Bos nya, terhanyut dengan senyum manis Andra. ‘Manisnya..,’ batin Anjani.

Wanita mana yang tidak akan terpesona dengan ketampanan Pak Alandra. Fisik yang hampir sempurna, membuat banyak pasang mata terpikat. Apalagi dengan karakter aslinya yang sangat penyayang. Meski dari luar terlihat dingin dan tegas. Tapi, saat berhadapan dengan wanita yang dia sayangi, sikap dingin nya akan meleleh.

“Baik, Pak. Saya izin keluar.”

Anjani pun keluar dari ruangan bos nya. Dia kini menuju ke ruang pemasaran. Disana dia bertemu dengan Virza, atasannya. Mereka memulai perkenalan seperti biasa. Lalu Anjani di arahkan ke meja kerjanya. Dia sudah bersiap untuk memulai pekerjaan. Tiba-tiba, karyawan yang berada di sampingnya bergosip.

“Dengar-dengar kemarin lusa saat Pak Alandra tidak hadir ke kantor, itu karena dia sedang menjemput istrinya yang baru datang dari luar negeri. Aku gak bisa membayangkan, betapa senangnya punya suami seperti Pak Alandra. Aku iri pada istrinya. Hahaha.. membayangkan di perlakukan manis oleh Pak Alandra yang tampan itu, penasaran seperti apa istri nya? Pasti cantik.” Ocehan teman kantornya itu benar-benar mengusik pikran Anjani.

‘Ah, andai kalian tahu kalau nasib istri dari bos kalian ini sangat lah tidak beruntung. Jauh dari khayalan kalian. Menikah tanpa bertatap muka. Lalu setahun tidak bertemu. Sekalinya ketemu, malah dijadikan orang asing,’ gerutu Anjani dalam hatinya. Sedih.

Dalam ruangan nya, Andra masih berdiam diri. Pikirannya sedang tertuju pada Rara, wanita yang masih sangat ia cintai. Rara dan Anjani sama-sama berwajah cantik dan manis. Sama-sama periang, energik dan kuat. Akan tetapi, hatinya sudah tertaut dengan Rara. Sampai detik ini pun dia masih berhubungan baik dengan Andra.

Rara tahu jika Andra sudah beristri, tapi dia masih sering menghubungi Andra. Meski hanya sekedar tanya kabar. Obrolan biasa, bertemu pun hanya makan-makan dan membicarakan pekerjaan. Tidak pernah menyinggung soal istri Andra.

Dia masih berharap Andra akan memilih nya dan mempertahan kan hubungannya. Tapi kini, dia sadar kalau egonya akan membuat Andra semakin tersiksa. Dia mencoba menerima segala takdir nya. Sejak dia tahu istri Andra datang, dia akan mulai mengurangi komunikasi nya dengan Andra. Demi kebaikan bersama.

Andra sendiri masih belum rela harus menjauhi Dinda. Tapi disi lain, dia gak ingin menecewakan kedua orang tua nya yang sangat ingin melihat Anjani dan Andra hidup bersama.

Dia hanya butuh waktu yang tepat untuk menerima Anjani sebagai pendamping hidupnya. Kelak jika dia sudah siap, dia akan belajar mencintai Anjani dengan sepenuh hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!