KETEMU

Anjali ketakutan karena dia masih belum menemukan jalan menuju camp sedangkan baterai ponselnya sudah mulai menipis.

“Huaa bunda, Jeli takut...” rengek Anjali dengan bergumam.

Tut tut tut.. suara ponsel Anjali berbunyi menandakan ponselnya akan segera mati.

Anjali yang semakin ketakutan langsung berjongkok dan mulai menangis perlahan, di dalam hatinya Anjali hanya bisa berdoa dan berharap kalau ada seseorang yang akan

menolongnya.

Sampai samar-samar Anjali mendengar suara langkah kaki seseorang dan cahaya lampu senter.

Anjali bahagia mengetahui ada seseorang yang datang, tapi dia juga merasa takut kalau-kalau orang yang datang itu adalah orang yang berniat jahat kepadanya.

Anjali langsung berdiri dan melangkah mundur perlahan, bersiap untuk berlari jika orang jahat yang datang.

Namun semakin dekat semakin dekat, ternyata orang yang menghampirinya adalah Radit.

Mengetahui hal itu Anjali langsung kembali berjongkok dan menangis semakin kencang membuat Radit menjadi bingung dan panik.

“Jel? Ada apa? Ada yang sakit?” tanya Radit sambil berjongkok untuk memeriksa keadaan Anjali.

“Hikss,, hikss,, kenapa datang terlambat sih!” ucap Anjali sambil memukul-mukuli lengan Radit pelan.

“Maaf saya terlambat, saya kira kamu sedang di tenda.” Balas Radit dengan lembut.

Tanpa mendapatkan ijin dari Anjali, Radit tiba-tiba menarik Anjali ke pelukannya dan memeluknya dengan erat mencoba untuk menenangkannya.

Anjali yang awalnya masih merasa ketakutan, seketika menjadi lebih tenang lalu dia baru menyadari apa yang saat ini sedang terjadi. Dengan segera Anjali mendorong tubuh Radit

karena terkejut.

“Ih, ngapain sih peluk-peluk!” ketus Anjali yang langsung mengalihkan pandangannya dan menghapus air matanya yang masih tersisa di pipi.

“Saya kira kamu perlu sandaran, jadi saya peluk.” Balas Radit yang tidak ingin Anjali tahu kalau dia sebenarnya sangat mengkhawatirkan Anjali.

“Kamu bukan anak kecil, kenapa bisa sampe sini?” tanya Radit.

“Emang anak kecil doang yang bisa sampe sini? Aku juga ga tau tiba-tiba jalan udah jauh banget!” ketus Anjali.

“Oke! Ayo sekarang kita kembali ke camp.” Ajak Radit sambil mengulurkan tangannya kepada Anjali.

Anjali melihat ke arah tangan Radit yang terulur setelah itu dia langsung menepisnya dengan kasar membuat Radit heran dengan sikap perempuan itu.

“Ada apa?” tanya Radit.

“Mulai sekarang jangan pernah perduli lagi sama aku! Ini akan jadi terakhir kalinya kamu nolongin aku!” tegas Anjali yang langsung berbalik arah, namun dengan cepat Radit

memegang tangannya.

“Kamu kenapa Jeli? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini?” tanya Radit.

“Lepasin!” ucap Anjali sambil melepaskan genggaman tangan Radit dengan kasar.

“Aku ingetin ya bang, aku tuh ga suka jadi yang kedua, apa lagi punya hubungan sama orang masih memiliki kekasih.” Lanjut Anjali.

“Tapi aku ga punya kekasih Jel.” Balas Radit.

“Ah, kalau begitu dia mantan kamu ya? intinya, aku ga mau jadi pelampiasan, jadi setelah ini aku harap kita sama-sama membatalkan pertunangan ini!” jelas Anjali yang membuat

Radit terkejut.

“Apa?! Membatalkan pertunangan? Apa maksudnya? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini Anjali?” tanya Radit.

“Aku tau kamu punya seseorang yang istimewa di hatimu, aku tau kamu bertunangan denganku karena tante Mutia, tapi kali ini kamu tenang aja, aku bakal jelasin dengan hati-hati ke tante Mutia kalau pertunangan kita ga bisa di lanjutin.”

“Jel! Saya mohon jangan seperti ini, saya dan mantan saya sudah tidak ada apa-apa.”

“Aku udah tau semua bang! Aku denger semua yang kamu dan mantan kamu bicarakan, aku tau kamu sayang sama mama kamu, tapi ga gini caranya! Cara ini malah makin ngebuat tante Mutia tersakiti!” jelas Anjali.

“Apa?! J-jadi kamu denger semuanya?” tanya Radit yang terkejut karena Anjali mendengar

pembicaraannya dengan mantannya.

“Ya, aku dengar semuanya! Itulah kenapa aku minta bang Radit selesaikan semua sandiwara ini! Aku ini masih kecil bang, aku masih punya masa depan yang bisa aku gapai, jangan buat masa depan aku habis untuk hubungan yang sama sekali ga akan ada ujungnya.” Jelas Anjali.

Radit tidak bisa melakukan apa-apa, dia hanya bisa terdiam melihat Anjali berjalan meninggalkannya.

Anjali terus berjalan tanpa menoleh ke belakang sama sekali, dia hanya ingin segera pergi dari  sana dan tidak ingin melihat wajah Radit.

Radit tetap berjalan tepat di belakang Anjali, sesekali dia memberi arahan jika jalan yang di lewati Anjali salah atau berbahaya, sedangkan Anjali hanya bisa menuruti tanpa

mengatakan apapun.

***

Di sebuah cafe, Arnold sedang duduk di salah satu meja yang ada di pojok ruangan, laki-laki itu sedang menunggu seseorang yang sedang di jodohkan olehnya.

Ya, berbeda dengan Anjali yang harus di dampingi orang tuanya, Arnold meminta orang tuanya untuk bertemu dengan calonnya itu sendirian tanpa di dampingi orang tua mereka.

Arnold menyeruput kopi yang sudah dia pesan sambil menunggu, dia juga sesekali melihat jam di tangannya karena sebentar lagi dia harus apel siang.

“Lama sekali, aku benar-benar tidak suka wanita yang tidak tepat waktu!” gumam Arnold sambil berdecak kesal.

“Maaf menunggu lama.” Ucap seorang wanita yang berasal dari belakang Arnold.

Dengan segera Arnold menoleh dan tertegun melihat wanita cantik natural yang ada di hadapannya ini, wanita itu sangat jauh dengan apa yang Arnold pikirkan.

Wanita yang ada di pikiran Arnold adalah wanita yang serba gemerlapan, modis dan terlihat angkuh, tapi ternyata hal itu sama sekali tidak terlihat pada diri wanita yang ada di hadapannya ini.

“Aru,, Arsena.” Ucap wanita itu sambil tersenyum manis dan menjulurkan tangannya kepada Arnold yang masih menatapnya tanpa berkedip.

“A-Arnold.” Balas Arnold yang tersadar dari lamunannya dan membalas uluran tangan Arsena.

“Silahkan duduk.” Ucap Arnold mempersilahkan Arsena untuk duduk.

“Terimakassih.” Balas Arsena yang langsung menarik kursi di hadapan Arnold lalu duduk di sana.

“Kamu mau minum apa?” tanya Arnold sambil memanggil pelayan cafe untuk mencatat pesanan Arsena.

“Apa saja.” Balas Arsena malu-malu.

“Tidak ada menu apa saja di sini, kamu harus memilih minuman yang kamu inginkan.” Balas Arnold.

Akhirnya mau tidak mau Arsena melihat menu yang di berikan pelayan kepadanya.

“Ada dessert mangga di sini? Wah!” ucap Arsena saat melihat buku menu dengan mata yang berbinar.

Hal itu tidak terlewatkan oleh mata Arnold, tanpa sadar laki-laki itu tersenyum tipis tanpa

terlihat oleh siapa pun melihat Arsena sangat antusias melihat menu mangga.

“Kamu suka mangga?” tanya Arnold.

“Suka banget!!” ucap Arsena dengan semangat.

“Yaudah, jus mangga satu, dessert mangga satu ya mas.” Ucap Arnold sambil memberi kembali buku menu yang ada di tangan Arsena.

Arsena tersenyum lebar melihat pelayan cafe itu pergi, dia tidak sabar menunggu kedatangan makanan yang sudah di pesan.

“Jadi, kamu kerja di rumah sakit yang sama kayak bunda saya?” tanya Arnold to the point.

“Hah? eh, i-iya.” Ucap Arsena dengan canggung.

“Kamu setuju sama perjodohan ini?” tanya Arnold yang membuat Arsena menelan salvilanya sambil merem4s tangannya sendiri.

“Emmm..” Arsena kebingungan ingin menjawab apa, dan hal itu di lihat oleh Arnold.

“Yaudah jawab nanti aja, kamu makan dulu aja.” Ucap Arnold yang di balas anggukan oleh Arsena.

Terpopuler

Comments

Tria Hartanto

Tria Hartanto

bagus ANJELI kamu nhomong terus terang ke RADIT kl masi punya kekasih jangan mau kamu di permainkan sama RADIT hanya untuk kepentingan pribadinya aja.lebih baik di batalin aja pertunangannya.

2024-04-13

2

Suci Dava

Suci Dava

Jangan terlalu luamaaa yaa thor up nyaaa 🙏🙏🙏🙏🙏

2024-04-13

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!