KUNCI MULUT

Pagi pun menjelang, Anjali sudah siap untuk berangkat ke sekolah sambil bersenandung merdu, hari ini ada pertandingan basket di sekolahnya dan alumni juga boleh ikut serta, kekasih Anjali Calvin pun akan bermain basket di sekolah hari ini, itu lah yang membuat Anjali semangat.

“Morniiingg!!” seru Anjali dengan ceria kepada semua orang yang sudah duduk di meja makan.

“Morning sayang..” balas Claudia.

Senyuman Anjali mendadak berhenti saat dia melihat Radit yang sudah duduk di sebelah ayahnya.

“Bang Radit? Ngapain di sini?” tanya Anjali sambil mengerutkan keningnya.

“Jeli, kok kamu nanyanya gitu? Sekarang dia tunangan kamu, jadi kamu akan berangkat sama nak Radit setiap harinya.” Ucap Claudia.

“Apa?! Serius bun? Kenapa?” tanya Anjali tidak terima.

“Karena dia tunangan kamu, bunda jadi lebih tenang kalo kamu di antar sama nak Radit.”

“Kalo temen Jeli ada yang tau gimana?”

“Ga akan! Radit cuma nganter kamu sampe depat sekolah aja, mereka pasti mengira kamu di antar supir atau abang kamu seperti biasanya.” Balas Claudia kembali.

Anjali menatap Radit dengan kesal, baru bertunangan saja Radit sudah ada di mana-mana, bagaimana nanti jika mereka sudah menikah?

Sarapan pun sudah selesai, Anjali berpamitan kepada orang tuanya, begitu juga dengan Radit dan Arnold yang ikut berpamitan.

“Abang sama kita aja berangkatnya.” Ajak Anjali.

“Sorry ya dek, abang ga mau jadi kambing conge!” balas Arnold sambil melambaikan tangan.

“Ih abang kok nyebelin banget sih jadi orang!” gerutu Anjali yang kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Arnold hanya terkekeh lalu mengacak-acak rambut adiknya yang sudah rapih, lalu dia menaiki motor sportnya dan segera melajukan motornya itu dengan kecepatan sedang.

Sedangkan Radit langsung menyuruh Anjali yang masih kesal masuk ke dalam mobilnya.

“Cepat masuk kalo ga mau terlambat.” Ucap Radit.

Anjali pun segera masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang masih kesal, begitu juga dengan Radit yang langsung menoleh ke belakang dengan tatapan tidak suka karena Anjali malah duduk di kursi penumpang.

“Kamu pikir saya ini supir kamu? Pindah ke depan!” tegas Radit.

Anjali yang mendengar perkataan Radit pun baru sadar jika pagi ini dia akan di antar Radit bukan supir.

“Sorry!” balas Anjali yang segera pindah ke kursi depan di sebelah Radit.

Di sepanjang perjalanan, tidak ada yang membuka pembicaraan, entah karena memang tidak ada topik yang mau di bicarakan atau karena mereka sama-sama malas untuk bersuara. Hingga akhirnya mereka sampai di depan gerbang sekolah.

“Udah sampe.” Ucap Radit yang menyadarkan lamunan Anjali.

“Ah udah sampe ya bang? Thanks ya!” ucap Anjali yang langsung bersiap untuk membuka pintu mobil.

Namun seketika tangannya di tahan oleh Radit yang membuat Anjali kembalo menoleh ke arah Radit.

“Ada apa?” tanya Anjali.

“Salim dulu dong sama calon suami.” Ucap Radit sambil tersenyum miring.

“What!? Harus banget?” ucap Anjali sambil mengerutkan keningnya.

“Iya lah!” balas Radit.

Anjali hanya bisa menghela napas panjang, percuma juga kalau dia membantah pasti nanti Radit laporan sama bundanya.

Akhirnya Anjali pun mencium punggung tangan Radit dengan malas, lalu memaksakan senyumannya.

“Terimakasih ya bang Radit, hati-hati di jalan ya.” ucap Anjali lalu segera keluar dari mobil.

Setelah pintu mobil kembali di tutup, Anjali tidak langsung masuk gerbang sekolah, dia lebih dulu melambaikan tangannya kepada Radit sambil terus memaksakan senyumannya.

Saat mobil itu menjauh dari Anjali, barulah senyum Anjali menghilang dan menghela napas berat.

“Hai bebi!” sapa seseorang yang tentu saja Anjali tau siapa dia.

“Jangan mulai ya Nur, gue lagi bad mood banget nih!” ucap Anjali kepada Nurul.

Nurul langsung merangkul leher Anjali sambil memakan permen kaki yang sejak tadi berada di dalam mulutnya.

“Bad mood kenapa sih lu? Baru kemarin lu tunangan masa udah bad mood aja!” ucap Nurul yang mulutnya tidak memiliki rem.

“Sssttt!! Gila ya tu mulut kaga ada remnya! Kalo sampe ada yang denger gimana anjir!” ucap Anjali yang seketika panik mendengar sahabatnya itu mengatakan kata pertunangan.

“Hehehe, sorry keceplosan Jel.” Ucap Nurul sambil memamerkan gigi putihnya.

Anjali hanya memutar bola matanya jengah sambil menghela napas kasar.

“Eh, lu nanti nonton basket dulu kan? Gila si kak Calvin kan main nanti Jel.” Ucap Nurul.

“Iya dong! Gila pacar gue main masa iya ga nonton.” Ucap Anjali.

“Lo ga ada niatan buat putus sama kak Calvin? Lo kan udah tuna...”

“Tuna apa?” tanya Calvin yang tiba-tiba berada di tengah-tengah kedua sahabat itu.

“Kak Calvin!?” teriak Anjali dan Nurul secara bersamaan.

Keduanya sama-sama terkejut, sejak kapan Calvin berada di sana dan sejauh mana Calvin mendengar pembicaraan mereka.

“S-sejak kapan kakak di sini?” tanya Nurul yang merasa ketakutan.

Bukan takut karena apa, dia lebih takut jika dia akan m4ti di tangan Anjali yang saat ini sudah memberinya tatapan tajam.

“Gue baru dateng waktu lo bilang kalo Anjali punya tuna, tuna apa?” tanya Calvin.

Mendengar jawaban Calvin membuat Anjali dan Nurul menghela napas lega, setidaknya dia tidak tahu tentang Nurul yang menanyakan tentang putus.

“Tuna! Iya, ikan tuna kak, kemarin Jeli punya ikan tuna tapi dia ga bagi-bagi aku.” Ucap Nurul mencari alasan.

“I-iya kan Jel?” ucap Nurul sambil mencubit pelan tangan Anjali.

“I-iya! Aku suka banget tuna kak, jadi aku cuma pamer aja ke Nurul hahaha.” Balas Anjali dengan canggung.

“Oh iya, kok kakak udah di sini?” tanya Anjali mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

“Iya, kebetulan ga ada dosen jadi aku mutusin buat dateng lebih cepat karena mau ketemu kamu juga tentunya.” Balas Calvin sambil mengelus rambut Anjali dengan lembut.

Anjali tersenyum manis saat Calvin mengelus rambutnya, sedangkan Nurul menatap keduanya dengan jengah karena selalu menjadi obat nyamuk di antara mereka berdua.

“Udah mesra-mesraannya deh, ayo masuk!” ajak Nurul yang membuat Anjali dan Calvin berhenti bertatapan dan langsung berjalan masuk ke dalam sekolah.

Anjali dan Nurul berjalan masuk ke dalam kelas, sedangkan Calvin memilih untuk pergi ke ruangan club basket untuk beristirahat sebelum bertanding.

“Lo bisa ga sih mulutnya di kunci dulu sementara!” ucap Anjali yang masih kesal kepada Nurul karena hampir saja rahasianya terbongkar di hadapan Calvin.

“Ya sorry Jel, gue mana tau kalo kak Calvin bakalan dateng tiba-tiba begitu.” Balas Nurul dengan wajah memelas.

“Makanya mendingan kalo di sekolah lu kunci aja tuh mulut!” ketus Anjali yang berjalan mendahului Nurul.

Nurul hanya memanyunkan bibirnya lalu berjalan cepat agar bisa menyeimbangi Anjali dan langsung merangkul lengannya seperti biasa.

“Jangan marah bebi! Gue masih ga percaya kalo lu udah..” hampir saja Nurul kembali mengatakan apa yang tidak ingin di dengar oleh Anjali.

Untung saja dengan cepat Anjali menatap tajam sahabatnya itu membuat Nurul kembali merapatkan bibirnya rapat-rapat.

Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!