“Sorry!” ucap Anjali dengan santainya.
Radit hanya bisa menghela napas panjang lalu dia mencoba untuk sabar dan membantu yang lain untuk mencari cincin yang jatuh tadi.
“Ketemu!” ujar salah satu tamu undangan yang di ikuti dengan helaan napas semua orang.
Dengan segera Anjali memakaikan cinmcin itu di jari manis Radit saat cincin itu sudah berada di tangannya.
Semua orang bertepuk tangan lalu memberikan selamat kepada Radit dan Anjali secara bergantian.
Setelah acara pemasangan cincin selesai, semua orang mulai di persiapkan untuk menyantap hidangan yang di sediakan di sana.
Anjali hanya duduk di kursinya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, dia tidak mengenal siapapun di sana karena memang semuanya hanyalah tamu orang tuanya dan rekan kerja Radit dan Arnold saja, sedangkan dia hanya bagaikan serpihan debu di sini tanpa ada orang yang mau dia ajak bicara.
“Cie, ngelamun aja!” ucap Arnold yang tiba-tiba duduk di sebelah adiknya.
“Eh, abang! Udah selesai ngobrol sama temen kerja abang?” tanya Anjali.
“Udah, ga ada yang perlu di obrolin juga kok, mereka cuma bilang selamat karena kamu sudah bertunangan dan bertanya kapan abang mmenyusul.” Jawab Arnold yang di balas tawa oleh Anjali.
“Hahaha, lagian emang abang ga mau nikah? Mumpung aku masih tunangan nih abang duluan nikah gih.” Ucap Anjali.
“Apaan sih, abang masih ga mikir ke situ, tapi ayah sama bunda kayaknya udah mau ngenalin abang sama anak temen bunda.” Jelas Arnold.
“Haha, Dokter?” tanya Anjali sambil tertawa malas.
“Yah, kamu hapal sendiri kan gimana ayah sama bunda.” Balas Arnold sambil tersenyum tipis.
“Abang, abang ini cowok loh, abang bebas memilih siapapun, walaupun abang memilih wanita pengangguran pun tidak masalah karena abang yang wajib untuk memberi nafkah.” Ucap Anjali.
“Oke lah kalo aku wajar ayah sama bunda mau mencari pasangan yang mapan untukku karena kedepannya suami aku lah yang membiayai aku, tapi abang? Lebih baik abang memilih wanita yang sesuai sama yang abang mau.” Lanjutnya.
“Kamu tau abang ga pernah bisa membantah ucapan ayah dan bunda.” Balas Arnold yang membuat Anjali mengghela napas panjang.
“Terserah deh bang, tapi Jeli saranin abang bisa mendapatkan apa yang abang mau bukan yang ayah dan bunda mau.” Balas Anjali yang sudah tidak ingin berbicara lagi.
Keduanya hanya diam beberapa saat sampai akhirnya Radit menghampiri mereka berdua dengan senyuman di wajahnya.
“Nold! Anak-anak nanyain kamu tuh.” Ucap Radit kepada Arnold.
“Siap bang, Jel abang ke sana dulu ya.” pamit Arnold yang di balas anggukan oleh Anjali.
Setelah kepergian Arnold, Radit langsung duduk di sebelah Anjali menggantikan Arnold, dia menoleh sebentar ke arah Anjal lalu kembali melihat lurus ke depan.
“Ada apa liat-liat? Cantik ya?” ucap Anjali yang menyadari kalau Radit tadi sempat melihatnya.
“Ya cantik lah, kan cewek, masa iya ganteng.” Balas Radit yang membuat Anjali memanyunkan bibirnya.
“Jangan kayak gitu, wajah kamu jadi kayak bebek tau.” Ucap Radit sambil tertawa yang membuat Anjali semakin kesal.
“Dasar om-om!” seru Anjali dengan kesal.
“Apa kamu bilang!?” Ucap Radit sambil melotot.
“Ga bilang apa-apa tuh, wlee..” ejek Anjali sambil menjulurkan lidahnya.
Anjali sudah bersiap untuk lari dari sana, tapi dengan sigap Radit menarik tangan Anjali hingga Anjali kehilangan keseimbangannya dan terjatuh dengan posisi duduk di pangkuan Radit.
Hal itu membuat Anjali terkejut sampai dia tidak bisa melakukan apa-apa selama beberapa detik. Sampai akhirnya Radit berbisik kepadanya membuat anjali langsung tersadar begitu saja.
“Nyaman banget ya duduk di pangkuan aku?” bisik Radit.
Mendengar bisikan dari Radit membuat Anjali langusng melotot dan segera beranjak dari pangkuan Anjali.
“Ih siapa yang bilang!?” ucap Anjali yang seketika menjadi gugup.
Semua orang melihat kejadian Anjali dan Radit tadi, mereka semua hanya tersenyum sambil saling berbisik satu sama lain.
Para tamu undangan mengira kalau pasangan itu sedang di mabuk asmara, karena memang tidak ada yang mengetahui kalau mereka bertunangan karena di jodohkan.
Anjali segera berjalan cepat menaiki tangga menuju kamarnya, Claudia yang melihat hal itu langsung berjalan mendekati Radit yang tersenyum melihat Anjali dari belakang.
“Samperin aja kalo mau.” Ucap Claudia tiba-tiba membuat Radit terkejut.
“Eh? Emang boleh kalo Radit naik ke atas tante?” tanya Radit.
“Ga apa-apa kok yang penting kalian sama-sama bisa menjaga diri.” Balas Claudia.
“Kalo gitu Radit ke atas dulu ya tante.” Pamit Radit yang di balas anggukan oleh Claudia sambil tersenyum.
Jujur saja, ini pertama kalinya dia membiarkan seorang laki-laki asing untuk masuk ke dalam kamar putrinya, sebenarnya dia was-was karena mereka berdua di dalam satu kamar.
Tapi Claudia percaya kalau Radit dan Anjali tidak akan melakukan hal di luar batas, terlebih Claudia ingin membuat Anjali dan Radit menjadi lebih dekat setelah mengobrol berdua.
“Bun, bang Radit mau ke mana?” tanya Arnold yang melihat Radit sedang meniki tangga.
“Nyusul Jeli di kamarnya.” Balas Claudia.
“Ga apa-apa bun?” tanya Arnold yang tau betul kalau bundanya tidak pernah mengijinkan laki-laki asing masuk ke dalam Anjali.
“Ga apa-apa, untuk pendekatan bang! Bunda percaya sama mereka berdua kok.” Balas Claudia yang di respon dengan anggukan kepala oleh Arnold.
Di dalam kamarnya, Anjali sedang mengerutuki kebodohannya tadi.
“Lo kenapa sih Jel? Bisa-bisanya lo malah diem, bukannya langsung berdiri tadi!” gumam Anjali sambil berjalan ke sana ke mari seperti setrikaan.
“Arrgghh, pasti si om itu ngerasa kalo gue tertarik sama dia deh!” gumam Anjali lagi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Tok..tok..tok. Seseorang mengetuk pintu kamar Anjali yang membuat perempuan itu akhirnya membukakan pintu kamarnya.
Kedua mata Anjali seketika melotot hingga hampir keluar saat melihat siapa yang ada di hadapannya.
“B-bang Radit? N-ngapain kamu ke sini?” tanya Anjali sambil menengok keluar.
Anjali seketika khawatir karena dia berpikir kalau Radit naik ke atas tanpa ada yang mengetahuinya dan Anjali berpikir kalau Radit ingin melakukan sesuatu kepadanya.
“Boleh masuk?” tanya Radit dengan senyuman ramah.
Bukannya menjawab, Anjali malah langsung mengilangkan kedua tangannya di depan menutupi d4danya sebagai tanda melindungi diri.
Melihat Anjali yang dengan sigap menutupi bagian pentingnya membuat Radit seketika tertawa.
“Ga usah di tutupin, lagian ga ada yang menarik dari tubuh kamu jadi aku ga akan ngapa-ngapain kamu.” Ucap Radit yang membuat Anjali semakin melotot.
“What!? Ga ada yang menarik di bilang!? Aku ini cantik, aku punya banyak fans tau!” ketus Anjali.
“Hah? emangnya kamu artis banyak yang nge fans? Hahaha.” Balas Radit.
Namun mendengar pertanyaan Radit malah membuat Anjali terkejut dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia baru menyadari kalau saat ini dia sedang keceplosan.
“Alamak! Keceplosan!” batin Anjali sambil menelan salvilanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Iyud Wati
keceplosan kenapa jel??
2024-02-21
0