Semua orang sudah berkumpul di lapangan utama, di sana sudah ada banyak sekali beberapa rintangan yang pastinya akan mereka lewati nanti saat pelatihan.
Radit sudah berdiri di hadapan para siswa dan siswi dengan gagahnya, tentu saja hal itu membuat ada banyak sekali siswi bahkan guru wanita yang mengagumi laki-laki itu.
“Wih, tunangan lo tenar banget Jel.” Bisik Nurul yang tiba-tiba datang emntah dari mana membuat Anjali terkejut bahkan hampir melompat sangking terkejutnya.
“Yaampun Nurul! Lo kek jelangkung ya dateng ga di undang!” ketus Anjali dengan kesal.
“Ih jahat banget sih lo Jel!” balas Nurul tidak terima.
“Ngapain lo ke sini? Kelompok lo kan di sana.” Ucap Anjali.
“Gue kangen banget sama lo Jel, gue ga bisa hidup tanpa lo huhuhu..” Nurul merengek sambil memeluk lengan Anjali dengan manjanya.
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Anjali geli sendiri, dia langsung melihat ke sekelilingnya dan sebagian orang sedang menatap ke arah mereka.
“Nur ih, lepasin ga! Malu di liatin sama orang.” Ucap Anjali sambil menepis tangan Nurul dengan perlahan.
Nurul memanyunkan bibirnya lalu dia kembali berdiri tegak dan melihat ke depan.
“Udah sono balik ke barisan lo!” ucap Anjali.
“Gue ingetin ya, lo harus hati-hati Jel! Tunangan lo bisa jadi tertarik sama orang lain yang ada di sini.” Ucap Nurul mengingatkan.
“Apaan sih, ya ga mungkin lah!”
“Mungkin aja! Buktinya dia mau di jodohin sama anak SMA kayak lo, jadi ga menutup kemungkinan kalo dia tertarik sama anak sini juga!” jelas Nurul.
“Lo ga lihat? Tuh, si Bella, dia cantik kayak bule, bisa jadi om Radit suka sama dia, terus si Rena, dia manis mukanya ga bosenin, bisa jadi juga dia suka sama Rena.” Lanjutnya.
“Udah diem lo, berisik! Balik sana, huss!!” usir Anjali sambil mendorong tubuh Nurul.
Akhirnya Nurul kembali ke bariannya dengan terpaksa, sedangkan Anjali kembali melihat ke depan untuk mendengar penjelasan Radit.
Radit memberi penjelasan dengan jelas dan juga tidak berbelit-belit, ada beberapa waktu saat dia menjelaskan, laki-laki itu menatap Anjali beberapa kali.
Anjali pun mengetahui hal itu karena beberapa kali mata mereka saling bertemu tanpa sengaja membuat Anjali menjadi salah tingkah begitu juga dengan Radit.
“Apaan sih tuh orang make liatin gue segala!” gumam Anjali yang menundukkan kepalanya karena menyembunyikan senyumannya.
“Hah? siapa yang liatin lo Jel?” tanya salah satu teman kelas Anjali yang menjadi satu kelompok dengannya.
“Hah? eh, engga kok bukan siapa-siapa.” Balas Anjali sambil memamerkan gigi putihnya.
Hampir saja dia ketahuan kalau sedang memperhatikan Radit dan Radit sedang memperhatikannya.
Acara hari ini adalah latihan untuk melewati beberapa rintangan, seperti merangkak di tanah berlumpur, bergelantungan di tali, panjat tebing, menuruni tebing menggunakan tali dan masih banyak lagi.
Semua anak perempuan langsung merengek karena mereka merasa keberatan untuk melakukan pelatihan seperti itu sedangkan selama ini kerjaan mereka hanyalah bermalas-malasan dan memoleskan make up di wajahnya saja.
Sedangkan Anjali terlihat sama sekali tidak terguncang dengan pelatihan yang akan mereka lakukan karena memang Anjali terbiasa mengikuti ayah dan abangnya latihan, bahkan Anjali juga senang mengikuti apa yang di lakukan ayah dan abangnya.
Radit melirik ke arah Anjali yang tampak tenang setelah mendengar pelatihan yang akan mereka jalani, di pikiran Radit, Anjali hanya berpura-pura memasang wajah seperti itu agar tidak terlihat takut, padahal Radit yakin kalau Anjali hanyalah anak yang manja.
Radit membunyikan peluit miliknya menandakan kalau pelatihan sudah di mulai.
satu per satu peserta di persilahkan untuk memulai, di mulai dari siswa laki-laki lebih dulu karena di rasa siswa laki-laki akan lebih mudah melakukannya.
Namun ternyata salah, beberapa siswa laki-laki juga kesulitan untuk melakukan semua rintangan yang ada.
“Apa kalian semua tidak pernah melakukan hal seperti ini? Bukankah ini sangat mudah?” teriak salah satu tentara yang ada di sana.
“Sangat mudah? Bagi tentara mungkin mudah, gimana bagi kita para siswa sekolah!” balas salah satu murid yang ada di sana.
“Apa di sini ada yang bisa mencontohkan?” tanya tentara itu.
Semua orang saling melihat satu sama lain untuk melihat apakah ada yang bisa dengan mudah mencontohkan, namun tentu saja mereka tidak berharap banyak dengan sesama teman mereka.
Anjali mengangkat tangannya membuat semua orang menatap ke arahnya.
“Kamu mau mencontohkan?” tanya tentara yang tadi bertanya dengan wajah yang meremehkan.
“Saya mau tanya, kalau saya bisa mencontohkan berarti saya ga perlu antri lagi karena di anggap sudah menyelesaikan rintangan kan?” tanya Anjali dengan percaya diri.
“Jel, kenapa kamu tanya kayak gitu? Emangnya kamu bisa melewati semua rintangan itu?” bisik teman kelasnya.
“Ga ada salahnya mencoba kan?” Anjali malah balik bertanya.
“Tentu saja! Kalau kamu berhasil mencontohkan dan melewati semua rintangan, kamu di anggap sudah menyelesaikan tugas.” Balas tentara itu.
“Oke! Saya yang akan mencontohkan!” ucap Anjali mengajukan diri.
Kenapa Anjali mengajukan diri? Karena dia sudah lelah menunggu dan ingin segera beristirahat di tendanya.
Radit terkejut dengan ucapan Anjali, begitu juga dengan para tentara dan para siswa yang ada di sana, mereka tidak menyangka selebgram seperti Anjali bisa mencontohkan hal-hal yang menyangkut fisik seperti ini.
Anjali pun berjalan maju tanpa banyak bicara, dia mengikat rambut panjangnya membuat leher mulusnya terlihat seksi, lalu dia merentangkan tubuhnya lebih dulu untuk pemanasan.
Setelah itu, Anjali akhirnya mulai melakukan satu per satu rintangan dengan lihai dan tepat, sama sekali tidak ada keraguan di setiap gerakannya.
Radit benar-benar di buat takjub dengan apa yang dia lihat saat ini, sisi lain Anjali yang sangat menarik.
“Woy! Lu ngapa senyam-senyum sendiri Dit?” bisik Bagus yang membuat Radit terkejut dan kembali memasang wajah sangarnya.
“Anjir lu Gus! Kaget gue!” ketus Radit sambil menghela napas kasar.
“Lagian lo serus banget Dit, ngeliat apaan sih?” tanya Bagus kembali sambil melihat lurus ke arah Anjali yang masih melewati beberapa rintangan.
“Oh lihat siswi itu toh? Keren ya dia, lihai banget ngelewatin rintangan yanmg kita kasih, kayak udah terlatih.” Ucap Bagus memuji Anjali.
Mendengar pujian yang di lontarkan oleh Bagus membuat Radit langsung menoleh ke arah Bagus dengan tatapan tidak suka.
“Lo suka sama dia?” tanya Radit penasaran.
“Yah, boleh lah, dia cantik Dit, siapa yang ga mau?” balas Bagus.
“Ga bisa! dia calon istri gue!” tegas Radit yang membuat Bagus terkejut lalu sedetik kemudian dia tertawa.
“Hahaha, ngaco lo jadi orang! Gue tau tipe lo kayak gimana Dit, ya kali sama anak SMA!” balas Bagus.
“Kalo gue kan emang tipe nya yang muda-muda begitu, kalo lo kan ya minimal seangkatan sama lu.” Lanjut Bagus yang masih tertawa sambil menatap wajah Radit yang terlihat serius.
“Yang lo onongin tadi beneran Dit?” tanya Bagus yang tawanya seketika hilang setelah melihat keseriusan di wajah Radit.
“Gue serius! Dia tunangan gue.” Balas Radit.
Bagus benar-benar tidak percaya, karena dia memang tahu kalau Radit sudah bertunangan, tapi dia tidak tahu siapa sosok tunangan Radit itu karena dia memang tidak mempublikasi pertunangannya, jadi hanya beberapa rekan dekat saja yang tahu termasuk Bagus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ina Yulfiana
next semngt sukses selalu kk...
2024-03-29
2