PERTUNANGAN

Hari pun berlalu dengan cepat bagi Anjali, hari ini adalah hari yang paling tidak dia inginkan karena hari ini dia akan bertunangan dengan laki-laki yang usianya jauh di atasnya, perasaan Anjali tidak karuan saat ini.

Sedih, marah, kesal, deg-degan, bercampur jadi satu, terutama saat MUA sedang memoles wajah cantiknya dengan alat make up yang membuat jantung Anjali semakin berdebar kencang, tapi bukan karena dia menyukainya.

Drrtt, drrtt.. suara getar berasal dari ponselnya yang ada di atas meja di hadapannya, Anjali melirik sekilas dan itu adalah panggilan masuk dari sahabatnya, Nurul.

Dengan segera Anjali mengangkat telfon itu.

“Heh, agar-agar! Lo ke mana sih kok ga masuk?!” Nurul berteriak sesaat Anjali mengangkat telfonnya.

“Duh, lo bisa ga sih ga usah teriak? Pecah entar gendang telinga gue Nurrahman!” ketus Anjali.

“Anjir lo ngatain gue Nurrahman! Dasar agar-agar lo!” balas Nurul.

“Lo jam segini nelpon gue emang ga ada pelajaran hah!?” tanya Anjali.

“Iya nih lagi jam kosong, btw lo beneran sakit Jel?” tanya Nurul yang kali ini lebih serius.

“Emangnya lo percaya kalo gue sakit?” tanya Anjali.

“Engga lah gila lo! Makanya gue langsung nelpon lo soalnya gue tau lo jarang sakit, gue takut aja sekalinya sakit lo malah sakit parah.” Balas Nurul.

“Kurang asem lo, emang ya pikiran lo tuh selalu di luar Nurul!” Anjali tertawa terbahak-bahak karena kata-katanya sendiri.

“Ya ampun Jeli! Kalo lagi di make up jangan ketawa gede banget gitu!” teriak Claudia yang baru saja masuk ke dalam kamar Anjali.

Mendengar teriakan bundanya membuat Anjali terkejut, begitu juga dengan Nurul yang ada di sebrang telfon.

“What!? Lo lagi di make up?! Kenapa? Ada acara apa Jel?” tanya Nurul penasaran.

“Kepo deh lo!” balas Anjali yang langsung mematikan ponselnya begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari Nurul.

Anjali tau kalau setelah ini akan ada banyak sekali spam chat dan spam call dari Nurul, karena tidak ingin pusing memikirkan hal itu, jadi dia memutuskan untuk mematikan ponselnya agar Nurul tidak bisa menghubunginya.

“Kenapa sih bun teriak-teriak mulu deh.” Protes Anjali sambil menaruh kembali ponselnya di atas meja.

“Kamu lagian bukannya diem lagi di dandanin malah ketawa gede banget!”

“Mbaknya yang make up in juga ga masalah kok, kenapa jadi bunda yang heboh sih?”

“Udah diem aja! Pembeli adalah raja, begitu juga dengan kamu! Bagi mbaknya, kamu ya raja dan dia ga mungkin nyuruh-nyuruh kamu!” ketus Claudia yang berjalan melihat pakaian yang akan di pakai Anjali untuk bertunangan.

“Bun, emangnya harus banget Jeli dandan kayak gini?” protes Anjali.

“Ya emang harus kayak gitu Jel, ini acara penting dan akan banyak tamu penting juga, masa iya kamu cuma dandan biasa.” Balas Claudia.

Anjali tidak lagi menjawab ucapan bundanya, dia hanya fokus melihat wajahnya sendiri yang sedang di dandani di cermin yang ada di hadapannya.

Di tempat lain, Radit sedang berdiri di depan cermin full body yang ada di kamarnya, dia melihat dirinya yang saat ini sudah rapih dengan kemeja dan celana kain membuat dia terlihat sangat formal.

Tok,,tok,,tok.. seseorang mengetuk pintu kamar Radit dan langsung membukanya.

“Hai abang.” Ucap Mutia yang saat ini sudah menunjukkan kepalanya di ambang pintu.

“Hai ma, masuklah.” Ucap Radit.

“Bang, kamu ganteng banget sih!” Mutia memuji putranya sambil berjalan mendekati Radit.

“Iya dong, kan anaknya mama.” Balas Radit sambil memeluk tubuh mamanya yang hanya setinggi d4danya saja.

“Kamu ini bisa aja bang!” ucap Mutia sambil memukul pelan d4da bidang putranya.

Beberapa saat suasana di kamar Radit menjadi hening, hanya ada pelukan hangat seorang anak kepada sang ibu yang sangat dia cintai.

“Sekarang mama ga perlu khawatir tentang abang lagi ya..” ucap Radit memecah keheningan di dalam sana.

“Hem, bunda udah lebih tenang sekarang karena mama tau kamu mendapatkan wanita yang baik seperti Anjali.” Balas Mutia.

“Abang ga tau kenapa mama memilih Anjali yang masih bocah itu untuk jadi pasangan abang, tapi abang yakin mama melakukan itu juga untuk kebaikan abang.”

“Anjali itu anak yang baik, percayalah! Cobalah buka hati kamu untuk menerima dia.”

“Mama tau kamu masih menyukai Arbella, tapi mama mohon lupakan dia bang, dia sudah meninggalkan kamu tanpa sebab, kamu sudah lama menderita karena dia.” Ucap Mutia.

“Jangan bahas itu lagi ma, sekarang mama harus fokus dengan pengobatan mama, itu yang terpenting.” Balas Radit.

"Tentu saja! Mama akan semangat menjalani pengobatan karena sekarang mama bisa mengajak Anjali untuk mengantar mama berobat!" seru Mutia dengan semangat.

"Jangan mengajak Anjali ma, belum tentu dia mau menemani mama, dia masih kecil pasti dia bosan untuk hal-hal seperti itu." ucap Radit.

"Kata siapa? Bundanya kan dokter, mama denger Anjali sering ikut bundanya kerja dan dia ga bosan sama sekali malah senang katanya." balas Mutia.

"Yaudah terserah mama deh, udah yuk kita berangkat." ajak Radit.

Mutia langsung melepaskan pelukan putranya dan menganggukkan kepala.

Akhirnya semuanya segera berangkat ke rumah Anjali karena sebentar lagi waktunya acara di mulai.

Acara pertunangan di adakan di kediaman keluarga Anjali, dalam waktu semalam rumah mewah Anjali sudah di desain dengan sangat cantik.

Tamu undangan pun satu per satu mulai berdatangan, ada banyak sekali orang penting yang datang karena memang keluarga kedua belah pihak termasuk keluarga terpandang.

Keluarga Radit pun sudah datang ke kediaman Anjali, mereka semua hanya tinggal menunggu Anjali turun dari kamarnya.

Setelah menunggu, akhirnya Anjali pun berjalan menuruni tangga di gandeng oleh bundanya.

Semua mata tertuju kepada Anjali yang terlihat sangat berbeda dari biasanya. Anjali yang biasanya terlihat seperti anak kecil dan kekanakan, saat ini sudah di sulap menjadi perempuan yang sangat cantik.

Semua orang termasuk Radit sekalipun ikut tertegun melihat kecantikan Anjali.

Tanpa sadar, sudut bibir Radit terangkat membuat senyuman manis, entah kenapa sejak pertemuan pertamanya dengan Anjali, laki-laki itu sudah tertarik dengan gadis kecil itu.

"Ya ampun, calon menantu mama cantik sekali ya pa." ucap Mutia sambil merangkul lengan suaminya.

"Iya ma, beda banget sama kemarin ya." balas Sandi.

Mutia langsung menoleh ke arah putranya yang masih tersenyum melihat calon tunangannya itu.

"Cantik kan? Dia akan dewasa seiring berjalannya waktu bang." bisik Mutia.

"Apaan sih ma!" ucap Radit yang langsung mengalihkan perhatiannya.

Mutia tersenyum melihat anaknya yang mendadak salah tingkah itu dan langsung berjalan menghampiri Anjali dan bundanya.

"Hai sayang, kamu cantik sekali.." seru Mutia sambil memegang dagu Anjali sedikit.

"Terimakasih tante." balas Anjali sambil tersenyum malu.

Acara pun di mulai, Andre dan Sandi bergantian memberikan sambutan dan perasaan bahagia mereka kepada para tamu undangan.

Sampai tibalah acara pemasangan cincin pun di mulai, pertama Radit yang memasangkan cincin itu ke jari manis tangan kiri Anjali.

Setelah itu sekarang giliran Anjali yang harus memakaikan cincin di jari manis tangan kiri Radit.

Namun siapa sangka, bukan Anjali namanya kalau dia tidak ceroboh. Cincin yang harusnya terpasang di jari manis Radit sekarang malah sedang bergelinding menyusuri para tamu undangan untuk menyapa para tamu satu per satu.

Semua orang kebingungan mencari cincin yang bergelinding itu, sedangkan Radit menatap wajah Anjali dengan tajam, Anjali yang di lihat seperti itu hanya bisa memamerkan gigi putihnya.

"Sorry!" ucap Anjali dengan santainya.

Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!