BRAKK!! Seketika pintu kamar Anjali terbuka dengan lebar membuat dua orang yang ada di dalam kamar terkejut.
“Agar-agar!!” teriak Nurul setelah sesaat membuka pintu kamar sahabatnya itu.
“Ya ampun Nurrohman! Kok lu bisa ada di sini sih?” tanya Anjali yang terkejut bukan main.
Nurul yang awalnya mau menimpali Anjali dengan berbagai pertanyaan seketika terdiam dan mematung saat melihat seorang laki-laki asing yang sedang duduk di sofa kamar Anjali.
“W-waw! Handsome!” ucap Nurul yang sama sekali tidak berkedip saat melihat Radit untuk pertama kalinya.
“Tolong itu matanya di jaga ya bu! Hampir copot noh!” seru Anjali sambil menggelengkan kepala jengah kepada sahabatnya itu.
“Ih ganggu amat sih lo Jel!” balas Nurul sewot.
Namun bukannya kesal, Nurul malah berjalan mendekati Radit dan berhenti tepat di hadapannya.
“Jadi abang tampan ini tunangannya Anjali ya?” tanya Nurul to the point.
“Heh Nur! Lo tau kalo gue tunangan!?” tanya Anjali yang terkejut.
Mendengar pertanyaan dari Anjali membuat Nurul langsung menoleh ke arah sahabatnya itu dengan tatapan tajam.
“Urusan kita belum selesai! Gue mau ngurus yang ini dulu!” tegas Nurul lalu kembali menatap wajah Radit.
“Nama?” tanya Nurul dengan tidak ramah.
“Lu nanya nama udah kayak orang lagi malah aja sih Rul!” sahut Anjali.
“Diem!” ketus Nurul sambil mengangkat tangan kanannya sebagai tanda agar Anjali berhenti bicara.
Anjali tidak mengatakan apa-apa lagi, dia hanya diam dan melihat apa yang akan di lakukan sahabatnya itu kepada Radit.
Sedangkan Nurul masih menatap lekat ke arah Radit yang kebingungan dengan sikapnya yang tiba-tiba itu.
“Nama?!” tanya Nurul kembali.
“Raditya Sanjaya.” Jawab Radit.
“Not bad! Pekerjaan?” tanya Nurul.
“Same with Arnold, kamu pasti tau pekerjaan Arnold apa.” Balas Radit bukan memberi jawaban pasti dia malah memberikan jawaban yang samar.
“What!? Serius? Waw, amazing!” ucap Nurul yang takjub sambil bertepuk tangan perlahan lalu menoleh ke arah Anjali sebentar sebelum akhirnya dia kembali menatap Radit.
“Umur?” tanya Nurul.
“Tiga puluh.” Balas Radit yang membuat Nurul menganga.
“Oh my... kamu lebih cocok jadi om Jeli!” balas Nurul yang mulutnya tidak ada filternya itu.
Mendengar jawaban Nurul membuat Radit kesal, sedangkan Anjali sedang terkekeh karena yang di katakan Nurul memang benar sekali.
“Apa kamu bilang? Om? Enak aja! Saya ini masih muda tau!” ketus Radit.
“Yah, bisa di bilang begitu lah, seenggaknya orang-orang ga akan ngira om Radit ini umur tiga puluhan.” Balas Nurul.
Radit yang sebenarnya kesal itu berusaha untuk bersabar karena dia tahu yang di hadapinya saat ini hanyalah seorang anak kecil.
“Terserah ya, kalian masih bocah untuk mengetahui kalau usia itu hanyalah angka.” Balas Radit dengan santainya.
“Kenapa mau sama si agar-agar?” tanya Nurul.
“Agar-agar?” tanya Radit sambil mengerutkan keningnya.
“Iya, semua orang panggil dia Jeli, aku maunya beda sendiri jadi aku panggil agar-agar.” Jelas Nurul.
“Jadi? Kenapa mau sama Jeli? Kamu beneran suka sama dia, atau hanya om-om mesvm aja?” tanya Nurul yang membuat Radit melotot tidak percaya.
“What? Om-om mesvm? Kamu ga tau ya kalo kami di jodohkan?”
“Oke di jodohin masuk akal, tapi om kan udah gede, kenapa ga membantah? Kayaknya umur om ga sesuai kalo harus selalu nurut sama orang tua kan?” ucap Nurul.
“Mungkin kalo Jeli wajar, dia masih kecil masih harus nurut sama orang tua, tapi kalo om?” lanjutnya.
Anjali sudah panas mendengar semua pertanyaan sahabatnya itu, dia segera berjalan menghampiri sahabatnya dan langsung menarik tangannya.
“Udah ntar gue jelasin ih lu bawel amat sih jadi orang! Kasian bang Radit baru ketemu lu udah langsung stress.” Ucap Anjali.
“Tapi gue masih penasaran Jel.” Balas Nurul.
“Iya gue tau lo masih penasaran, nanti gue yang jawab! Bisa masuk rumah sakit jiwa bang Radit kalo lama-lama sama lo!”
“Ih sialan lo Jel! Buktinya lo masih mau deket-deket sama gue!”
“Iya soalnya gue udah terlanjur gila jadi udah ga bisa kabur dari lo!” ucap Anjali dengan nada bercanda.
Mendengar ucapan Anjali membuat Nurul kesal dan Nurul langsung mengejar Anjali mengelilingi kamar membuat Radit pusing, namun laki-laki itu juga tersenyum tipis melihat Anjali yang terlihat sangat ceria.
Namun tidak lama kemudian, Radit yang merasa di asingkan itu memutuskan untuk beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari kamar Anjali sebelum dia menjadi gila.
Arnold melihat Radit berjalan menuruni tangga dengan wajah kesalnya. Arnold tau kalau Radit pasti sedang bad mood karena sahabat adiknya itu.
Arnold pun berinisiatif untuk mendekati tunangan adiknya itu untuk bertanya apa yang sudah terjadi di atas.
“Udah ketemu sahabatnya Jeli bang?” tanya Arnold.
“Dia sahabatnya Anjali? Kok bisa-bisanya mereka cocok banget, sama-sama nyebelin!” ucap Radit sambil menggelengkan kepalanya.
Mendengar ucapan Radit membuat Arnold tau kalau Radit pasti sudah di buat pusing dengan berbagai macam pertanyaan dari Nurul.
“Ah, ternyata abang juga udah ngerasain toh.” Ucap Arnold dengan santai.
“Yah begitulah, aku turut prihatin ya Nold.” Balas Radit yang membuat Arnold kebingungan.
“Maksudnya gimana bang?”
“Iya turut prihatin karena kamu harus sering-sering bertemu dengan mereka.”
“Hahaha, bisa aja si abang! Oh iya, kata om Sandi abang mau langsung ke kantor ya?” tanya Arnold.
“Iya nih, kamu ga jaga Nold?”
“Arnold waktunya piket bang, tapi udah gantian sama temen Arnold jadi sekarang Arnold free.” Balas Arnold yang di balas anggukan oleh Radit.
Radit pun berpamitan kepada semua orang yang ada di sana karena dia memang harus segera ke kantor mengurus pekerjaannya yang selalu banyak.
Ya, walaupun seorang tentara tapi Radit adalah tentara yang bekerja di kantor dan menjaga markas, kecuali ada peperangan barulah Radit juga ikut untuk berperang, berbeda dengan Arnold yang bertugas di lapangan yang mengharuskannya untuk selalu standby jika di butuhkan.
Radit memutuskan untuk pergi sendiri karena orang tuanya masih harus menjamu para tamu undangan yang senang sekali berbincang-bincang.
Saat itu Radit memakai motor gede milik Arnold karena mobil yang tadi membawanya akan di pakai orang tuanya.
Dengan lihainya Radit melewati beberapa pengendara motor dan mobil yang menghalanginya, Radit dan Arnold memang sangat lihai menaiki motor sport, jika ada waktu libur beberapa tentara yang sama-sama menyukai motor sport akan berkumpul di suatu tempat untuk mengobrol sambil mengopi.
Bahkan walaupun wajahnya tertutup helm teropong, semua orang pun tahu kalau Radit adalah laki-laki yang sangat tampan dan gagah, tidak sedikit pasang mata yang menatapnya dengan kagum terutama pada wanita.
Entah apa yang ada di pikirannya saat dia menerima perjodohan dengan Anjali di saat dia bisa mendapatkan wanita yang lebih dewasa, cantik, berpendidikan, dan tentunya lebih sebanding dengannya di bandingkan Anjali.
Hanya Radit dan Tuhan yang tau apa yang sebenarnya ada di pikiran dan hati laki-laki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments