Anjali menyelesaikan semua rintangan dengan mudahnya dan langsung mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari para siswa dan juga para tentara yang menjadi pengawas mereka.
Anjali hanya tersenyum sekilas dan langsung berjalan ke arah tempat duduk yang berada lumayan jauh dari tempat rintangan.
Anjali di kejutkan dengan seseorang yang menyodorkan botol minuman kepadanya, Anjali langsung menoleh ke belakang dan sedikit terkejut saat melihat orang yang memberinya minuman adalah Radit.
Sangking terkejutnya Anjali langsung melotot dan menoleh ke sekelilingnya karena takut ada yang menyadari kedekatan mereka.
“Abang ngapain di sini!? Kalo ada yang tau gimana?” tanya Anjali dengan kesal.
“Ya biarin aja, saya cuma mau kasih ini habis itu pergi kok.” Balas Radit yang masih menyodorkan botol minuman.
Dengan cepat Anjali mengambil botol itu dan kembali menyuruh Radit untuk pergi.
“Udah aku ambil, sekarang abang pergi cepetan!” ucap Anjali dengan berbisik namun penuh penekanan.
Tanpa mengatakan apa-apa Radit langsung berbalik badan.
“Tunggu!” ucap Anjali yang membuat Radit mengurungkan niatnya untuk melangkahkan kaki.
“Makasih!” ucap Anjali lagi yang langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan cepat menuju tendanya.
Mendengar ucapan terimakasih dari Anjali dan juga sikap Anjali setelah mengucapkan hal itu membuat Radit tersenyum dan langsung melangkahkan kakinya ke tempat pelatihan tadi.
Begitu juga dengan Anjali yang merasa jantungnya berdebar karena Radit memberikan minuman kepadanya.
Tanpa Radit ketahui, sejak tadi ada orang yang sudah memperhatikan tingkahnya, yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri. Bagus akhirnya mengerti kalau Radit dan Anjali
benar-benar memiliki hubungan khusus.
Namun ternyata bukan hanya Bagus yang melihat interaksi Radit dan Anjali, seseorang yang berdiri di tengah kerumunan juga sedang menatap ke arah mereka dengan tatapan tidak suka.
***
Hari sudah semakin larut, semua siswa di suruh untuk membersihkan diri dan bersiap untuk makan malam dan ,berkumpul di api unggun.
Anjali yang memang sudah selesai membersihkan diri lebih dulu sedang asik bermain game di ponselnya.
Tiba-tiba saja Anjali merasa bosan dan memutuskan untuk berjalan-jalan sampai menunggu jam makan malam.
Tanpa di sengaja Anjali melihat Radit sedang mengobrol dengan seorang wanita berjas putih, Anjali yang penasaran memutuskan untuk berjalan mendekat secara perlahan untuk mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan.
“Dit, aku ga suka kamu deket sama perempuan itu!” ucap wanita berjas putih itu.
“Aku mohon sabarlah, aku bertunangan dengannya juga karena orang tuaku! Kamu tau kan kalo mama aku lagi sakit dan keinginannya melihatku menikah dengan wanita pilihannya.” Jelas Radit.
“Jadi kamu sama dia akan sampai menikah?!”
“Aku juga ga tau, tapi mungkin iya kalo kondisi mama masih belum membaik.”
Mendengar percakapan itu membuat Anjali syok, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini.
Jadi Radit hanya menjadikannya pelampiasan untuk membuat kondisi mamanya membaik? Dia bahkan memberikan minuman kepadanya yang kelelahan, untuk apa? Semua itu hanya sebagai bentuk rayuan agar Anjali mau menikah dengannya?
“Brengs3k!” ketus Anjali sambil mengeratkan kepalan tangannya menahan emosinya yang hampir saja meledak mendengar apa yang sedang di bicarakan oleh Radit.
Anjali langsung berbalik arah ingin kembali ke dalam tendanya, dia benar-benar marah dengan apa yang di katakan oleh Radit.
Anjali memang belum menyukai Radit, tapi setelah apa yang di lakukan Calvin kepadanya membuat Anjali memutuskan untuk membuka hati untuk orang baru guna melupakan Calvin. Tapi ternyata itu juga tidak berjalan dengan mulus karena Radit masih memiliki orang yang spesial di hatinya.
“Emang semua laki-laki tuh sama aja! Semuanya bengs3k!” ucap Anjali yang benar-benar berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi percaya pada laki-laki.
Anjali memutuskan untuk keluar dari tendanya, dia berniat untuk bercerita dengan Nurul tentang kejadian yang baru saja dia alami.
Namun, saat Anjali melihat ke dalam tenda Nurul, sahabatnya itu sedang asik bercanda dengan teman satu tendanya membuat Anjali akhirnya mengurungkan niatnya untuk memanggil Nurul.
Nurul memang orang yang cepat akrab dengan orang baru, berbeda dengan Anjali yang tidak bisa langsung akrab begitu saja dengan orang baru.
Karena tidak ingin mengganggu sahabatnya, Anjali pun akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian menyusuri lapangan luas sendirian.
Namun lama kelamaan, Anjali merasa kalau dirinya sudah terlalu jauh dari camp, bahkan tanpa sadar Anjali sudah masuk ke sebuah hutan yang entah bagaimana bisa dia sampai di sini.
Anjali menyalakan senter di ponsel yang sejak tadi dia pegang, namun sialnya batre ponselnya sudah merah dan Anjali harus mengirit baterainya agar bisa menghubungi seseorang nanti.
“Arrgghhh, kenapa sih gue sial banget!!!” gerutu Anjali sambil menjambak rambutnya sendiri.
Anjali mendadak ketakutan setelah mendengar suara-suara jangkrik dan juga angin yang menghembus di wajahnya dengan kencang. Anjali hanya berdoa agar teman-temannya akan menyadari kehilangannya.
Tapi Anjali juga tidak berharap banyak karena dia tidak begitu mencolok untuk di ingat orang banyak, mereka hanya mengenal Anjali sebagai selebgram sekolah yang sulit di dekati. Hanya teman kelasnya saja yang tau kalau Anjali adalah orang yang baik.
***
Di camp, semua orang sudah berkumpul di meja panjang bulat yang sudah di sediakan untuk masing-masing kelompok.
Radit berjalan sambil melihat semua siswa dan memastikan agar semua mendapatkan jatah makan mereka masing-masing. Namun saat berada di kelompok Anjali, Radit tidak melihat keberadaan Anjali sama sekali, bahkan kalau di ingat lagi Radit belum melihat
Anjali sejak sore.
“Apa di kelompok kalian ada anggota yang tidak ada?” tanya Radit kepada siswa yang di pilih sebagai penanggung jawab kelompok.
Anak itu menoleh ke arah meja makan dan memeriksa semua anggota kelompoknya.
“Eh? Anjali ga ada.” Ucapnya.
“Ke mana Anjali?” tanya Radit.
“Anjali tadi bilang mau ke tenda Nurul.” Balas salah satu teman kelas Anjali.
Radit langsung berjalan ke meja kelompok Nurul dan bertanya tentang keberadaan Anjali kepada Nurul.
“Jeli ga ke tenda sama sekali om, emang Jeli ilang!?” tanya Nurul dengan heboh.
“Dia ga ada di tendanya dan salah satu temannya bilang kalau tadi dia bilang mau ke tenda kamu.” Balas Radit.
“Ya ampun, gimana dong om! Jeli pasti tersesat! Apa dia di culik!?” tanya Nurul.
“Jangan terlalu heboh! Saya akan mencarinya, kamu lanjutkan makannya dengan yang lain.” Balas Radit.
“Engga! aku juga ikut cari Jeli!” tegas Nurul.
“Saya bisa mencarinya sendiri, lebih baik kamu tunggu di sini, siapa tau dia kembali kamu bisa mengabari saya.” Jelas Radit.
Akhirnya Nurul mengangguk dan mengiyakan ucapan Radit. Dia memutuskan untuk menunggu Anjali kembali, sedangkan Radit berusaha untuk mencari Anjali sendirian.
Entah di mana keberadaan Anjali, tapi yang jelas Nurul berharap sahabatnya itu akan kembali dan dalam keadaan baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Hermawati
sedih tau dijadikan pelarian
2024-11-25
0
Tria Hartanto
ANJELI kamu cerita aja sama keluargamu kl RADIT hanya menjadikanmu sebagai pelarian semata mumpung belum terlanjur menikah.
2024-04-06
1
Wahyu Dwi
lanjut thorr
2024-04-03
1