Beberapa saat setelah kepergian hantu wanita berkemben itu warga pun gempar. Mereka terkejut melihat istri pak Limo terkapar di tengah jalan dalam kondisi sekarat. Apalagi darah juga membanjiri wajah dan leher istri pak Limo entah darimana asalnya.
Bersama warga, Prashadi dan Artha pun bergegas menghampiri wanita itu dan berniat membantunya. Namun salah seorang warga terkejut saat mengetahui sumber darah berasal dari luka di wajah dan leher istri pak Limo.
" Muka sama lehernya Bu Limo luka parah. Itu sebabnya ada darah di sini !" kata warga.
" Kok bisa ?. Tadi kan Bu Limo baik-baik aja," kata Sari.
" Atau jangan-jangan tergores sesuatu ?" tanya warga lainnya.
" Tergores apaan. Kan ga ada benda tajam di sekitar sini. Lagian kalo tergores, kenapa cuma muka dan lehernya aja yang luka. Ini ga masuk akal banget," sahut Sari sambil mengamati sekitarnya untuk mencari benda tajam yang melukai wajah istri pak Limo.
" Betul. Kalo tergores juga ga separah ini. Coba liat, daging mukanya sampe mencuat keluar begitu," sahut Rumi sambil bergidik.
" Ga usah ngeributin asal lukanya Bu Limo. Kita bawa aja ke rumahnya biar keluarganya tau. Setelahnya terserah mereka, mau diobati sendiri atau dibawa ke Rumah Sakit," sela suami Sari yang bernama Harun.
Warga mengangguk setuju lalu bergegas menggotong istri pak Limo bersama Prashadi yang ikut turun tangan membantu.
" Kamu kenapa Tha. Kok mukamu pucet kaya gitu ?" tanya Sari sesaat kemudian.
" Aku gapapa Mbak. Cuma kaget aja. Lukanya Bu Limo ...," ucapan Artha terputus.
" Ga usah heran Tha. Namanya luka disantet ya emang begitu. Ga ada sebabnya, tau-tau parah," kata Sari dengan ringan.
" Santet ...?" ulang Artha dengan suara tercekat.
" Iya. Karena cuma santet yang bisa bikin orang sehat jadi sakit mendadak, bahkan meninggal dunia," sahut Rumi cepat.
" Kalo itu beneran santet, terus kenapa warga di sini termasuk Kalian ga panik ?" tanya Artha tak mengerti.
Pertanyaan Artha membuat Rumi dan Sari saling menatap kemudian tertawa. Tentu saja itu membuat Artha kebingungan.
" Mau panik gimana Tha. Kan kejadian kaya gini udah sering. Terlalu sering sampe bikin Kami terbiasa. Iya kan Sar ...," kata Rumi di sela tawanya.
" Betul. Itu sebabnya kampung ini dinamain kampung santet. Kan hampir semua jenis santet ada di sini Tha ...," sahut Sari dengan santai.
" Tunggu. Maksudnya gimana ya ?" tanya Artha.
" Pokoknya gitu deh Tha, masa ga paham juga. Jadi ga usah heran kalo nemuin kejadian aneh di kampung ini. Seluruh warga pasti ngaitin semuanya sama santet karena emang begitu keadaannya kok," sahut Rumi.
" Apa selama tinggal di sini Kamu belum pernah nemu sesuatu yang aneh Tha ?. Ga mungkin kan ?" tanya Sari sambil mengamati Artha dari atas kepala hingga ujung kaki.
Artha terdiam karena bingung harus menjawab apa. Artha ingin menceritakan pengalamannya diteror hantu wanita berkemben itu tapi dia ragu. Namun diamnya Artha justru membuat Rumi dan Sari tersenyum.
" Gapapa Tha, santai aja. Lama-lama Kamu bakal terbiasa kok," kata Sari sambil mengusap lengan Artha.
" Tapi ...," ucapan Artha terputus saat Rumi memotong cepat.
" Ga bahaya kok Tha. Yang penting Kamu dan Suamimu tetep inget sama Sang Maha Pencipta. Jangan terpengaruh sama hal-hal ga wajar yang Kamu liat atau dengar ya," kata Rumi yang diangguki Sari.
" Lagian si Pras kan rajin sholatnya. Pasti bisa lah menghalau gangguan itu," kata Sari menambahkan.
Mendengar ucapan Sari dan Rumi membuat Artha tersenyum. Entah mengapa rasa takutnya sedikit berkurang usai mendengar penjelasan mereka.
\=\=\=\=\=
Malam itu kehebohan kembali terjadi usai istri pak Limo dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Bisa ditebak bagaimana reaksi keluarga besar pak Limo. Anak-anak mereka pun menjerit histeris menyaksikan kedua orangtuanya meninggal di waktu yang berdekatan di hari yang sama.
" Inna Lillahi Wainna ilaihi rojiuun ...," gumam Prashadi dan Artha bersamaan usai mendengar pengumuman yang disampaikan melalui pengeras suara di mushola.
Saat itu keduanya baru saja masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.
" Mas ...," panggil Artha sambil merapat kearah Prashadi.
Melihat Artha yang gelisah membuat Prashadi iba lalu memeluknya dengan erat.
" Jangan takut, Kita punya Allah yang bakal melindungi Kita Sayang ...," bisik Prashadi.
" Iya Mas ...," sahut Artha.
" Kalo gitu, bisa kan Kamu siapin makanan sekarang. Udah lewat jam sembilan lho. Aku lapar banget nih ...," pinta Prashadi sambil mengusap perutnya.
Artha pun tertawa lalu mengangguk. Setelahnya dia bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
\=\=\=\=\=
Persiapan pemakaman pak Limo dan istrinya berjalan lancar. Kini jasad keduanya sudah berada di area pemakaman dan siap untuk dimakamkan. Isak tangis keluarga nampak mengiringi kepergian mereka.
" Tega banget sih. Dasar orang ga punya hati. Emang apa salah Bapak sama Ibu, kok bisa-bisanya disantet sampe meninggal kaya gini," keluh anak bungsu pak Limo yang bernama Lastri.
" Sssttt ... udah Dek. Jangan ngomong kaya gitu. Ga enak kalo didenger orang," bisik suami Lastri mengingatkan.
" Biarin aja. Aku sengaja kok. Siapa tau orang yang nyantet Bapak Ibuku sekarang ada di sini. Dia pura-pura baik karena ingin menutupi kejahatannya," sahut Lastri ketus sambil menatap semua pelayat satu per satu.
Ucapan Lastri tentu saja membuat warga tersinggung. Tanpa pamit, satu per satu warga mulai meninggalkan area pemakaman. Hanya tersisa beberapa orang saja di sana termasuk Artha dan Prashadi. Mereka tetap bertahan di sana hingga proses pemakaman selesai.
" Harusnya Kamu ga usah ngomong kaya gitu Las. Liat apa hasilnya. Orang-orang pergi ninggalin makam. Padahal kan jasad Bapak Ibumu belum dikubur," tegur paman Lastri yang merupakan adik kandung Pak Limo bernama Nasar.
" Kenapa Aku yang disalahin Paman. Mereka yang udah bikin Bapak Ibuku meninggal !" kata Lastri lantang.
" Mereka siapa maksudmu ?. Kamu nuduh tanpa bukti Lastri," kata Nasar gusar.
" Buktinya kan udah jelas Paman. Yang pergi ninggalin pemakaman salah satunya pasti penjahatnya," sahut Lastri.
Ucapan Lastri justru membuat Nasar tertawa.
" Kamu nganggap orang lain penjahat dan orangtuamu korban ?. Kenapa Kamu ga nyoba ngaca Lastri. Mungkin saja Kamu, saudaramu, pasangan Kalian, atau Bapak Ibumu lah penjahat yang sebenernya. Mungkin tanpa setau warga, Kalian telah menyakiti orang lain. Karena kesal, orang itu mengirim santet sebagai jalan terakhir karena capek dengan sikap arogan Kalian. Kita sama-sama tau seberapa arogannya Bapak Ibumu itu kan Lastri ?. Jadi wajar kalo ada yang sakit hati sama sikap dan ucapan mereka," kata Nasar sambil mencibir.
Tak terima dengan ucapan sang paman, Lastri pun bangkit dari duduknya dan bersiap membalas ucapannya. Namun niat Lastri urung saat sang paman mengatakan sesuatu yang membuat Lastri terdiam.
" Aku ga mau tau soal dendam keluarga Kalian. Yang Aku sesalkan, gara-gara ucapanmu itu bikin Kakakku ga mendapat doa dari warga seperti seharusnya. Padahal yang dia butuhkan sekarang hanya doa dan bukan umpatan jahat dari mulutmu Lastri !. Kau pikir tuduhanmu itu bisa meringankan perjalan Kakakku menuju Tuhan ?. Ga akan. Justru Kamu telah menghambat jalan Kakakku !" kata Nasar marah.
Setelah menyampaikan uneg-unegnya Nasar meninju pohon lalu pergi meninggalkan area pemakaman. Semua orang yang menyaksikan pertengkaran tadi pun hanya bisa menghela nafas panjang. Dalam hati mereka setuju dengan ucapan Nasar.
" Liat kan. Gara-gara Kamu ga bisa nahan diri, Bapak Ibumu ga bisa dapat pemakaman yang layak. Bukan menyepelekan doa semua yang hadir di sini. Tapi jumlah Kita cuma sedikit. Padahal doa yang dipanjatkan puluhan orang akan lebih baik dan makbul," kata suami Lastri kesal.
Mendengar ucapan suaminya membuat Lastri tersadar. Dia menatap ke sekelilingnya dan sedih saat mengetahui jumlah mereka hanya tinggal beberapa orang saja. Saat dia bersiap membuka mulut untuk meminta maaf, orang-orang justru berbalik lalu pergi meninggalkan pemakaman. Suami Lastri pun ikut pergi meninggalkannya di area pemakaman karena kesal nasehatnya diabaikan.
Menyaksikan dirinya ditinggalkan membuat Lastri sedih. Dia pun menangis terisak di pinggir makam kedua orangtuanya.
Sementara itu Artha dan Prashadi nampak melangkah sambil berbincang santai dengan warga yang mengikuti proses pemakaman pak Limo dan istrinya tadi.
" Wajar sih kalo Lastri marah. Kita juga pasti begitu kalo Orangtua Kita meninggal mendadak. Apalagi yang meninggal bukan cuma satu, tapi dua sekaligus," kata warga.
" Tapi menurut Saya ga seharusnya Lastri ngomong begitu Pak. Walau mungkin benar, tapi nuduh tanpa bukti kan juga ga etis," sahut Prashadi.
" Iya. Tapi ngeliat reaksinya Pak Nasar tadi bikin Kita lega karena suara hati Kita terwakilkan. Iya kan Mas Pras ?" tanya warga sambil tersenyum.
" Iya Pak," sahut Prashadi yang diangguki Artha.
Kemudian mereka pun tertawa sambil terus melangkah. Saat itu lah Prashadi tak sengaja melihat patung batu yang berada di pinggir jalan. Letak patung batu agak tersembunyi karena ditutupi semak belukar. Yang membuat Prashadi bingung adalah karena ada aneka bunga warna-warni yang dia yakini sebagai 'kembang tujuh rupa' tampak tersebar di sekeliling patung batu itu.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
💎hart👑
makin penasaran
2024-05-10
0
Maz Andy'ne Yulixah
Sampai sini masih misteri😌
2024-03-25
1
Ali B.U
.next.
2024-03-24
2