Pagi itu Artha bangun lebih awal. Terlalu awal karena jam masih menunjukkan pukul empat pagi. Bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Bagaimana tidak. Semalaman wanita muda yang telah menyandang status sebagai istri Prashadi itu tak bisa memejamkan mata sama sekali. Itu karena dia selalu teringat dengan keanehan yang dia dan suaminya alami beberapa hari yang lalu.
Perlahan Artha turun dari tempat tidur setelah menyelimuti suaminya. Setelahnya Artha melangkah ke dapur karena ingin memasak sarapan. Entah mengapa setelah melihat sikap Mak Is yang berbeda belakangan ini membuat Artha sedikit tak nyaman. Dan dia bertekad untuk memasak makanannya sendiri mulai hari ini.
Artha menghentikan langkahnya saat melihat suasana dapur yang gelap. Dia mencoba mengingat dimana letak saklar lampu dapur. Walau sudah hampir sebulan tinggal di rumah itu Artha memang belum hapal dengan letak saklar lampu. Itu karena Prashadi dan Mak Is lah yang kerap menyalakan dan memadamkan lampu saat pagi dan sore hari.
Perlahan Artha meraba dinding untuk mencari saklar lampu.
" Seinget Aku di sebelah sini deh. Nah, betul kan ...," gumam Artha sambil tersenyum.
Artha pun menekan saklar lampu dan dalam sekejap ruangan menjadi terang benderang hingga membuat Artha sedikit meringis karena silau. Namun saat itu lah Artha dikejutkan dengan sekelebat bayangan berwarna hitam yang melintas cepat menuju lubang persegi yang ada di langit-langit dapur.
Artha terdiam sejenak sambil mengamati lubang persegi yang biasa digunakan untuk mengecek kondisi plafond itu. Karena setelah beberapa saat menunggu namun tak ada apa pun, Artha pun menghela nafas lega. Artha menganggap itu hanya kelebatan seekor tikus.
Setelahnya Artha mulai sibuk dengan kegiatan di dapur. Sambil menanak nasi, dia mengeluarkan telur dan sayuran dari kulkas.
Saat sedang sibuk memotong sayuran, tiba-tiba Artha terusik dengan bau busuk yang menyengat. Dia menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke kanan dan ke kiri.
" Bau apa nih. Busuk dan mendadak banget," batin Artha gusar.
Bersamaan dengan itu Artha terkejut melihat bayangan seseorang melintas di luar rumah tepatnya di depan jendela dapur. Dari sela gorden Artha bisa melihat siapa yang melintas sepagi itu. Artha pun membeku di tempat saat menyadari sosok yang melintas itu adalah seorang wanita. Apalagi sosoknya sama dengan sosok wanita yang dilihatnya di gerbang desa waktu pertama kali dia datang.
" I ... itu kan ...," ucapan Artha terputus saat Prashadi memanggilnya dengan lantang.
" Sayang ...!" panggil Prashadi.
" Astaghfirullah aladziim ..., ngagetin aja sih Mas. Ada apa, kenapa teriak-teriak begitu ?!" tanya Artha sambil menepuk dadanya perlahan untuk menetralkan detak jantungnya yang berpacu cepat.
" Kamu ngapain di sini ?" tanya Prashadi tanpa menjawab pertanyaan sang istri.
" Masak lah. Mau ngapain lagi emangnya kalo di dapur," sahut Artha.
" Sepagi ini ?" tanya Prashadi tak percaya.
" Iya Mas. Aku ga bisa tidur, makanya Aku mutusin buat masak aja. Kamu sendiri ngapain bangun tidur teriak-teriak ?" ulang Artha.
" Aku nyariin Kamu Sayang. Waktu denger suara klotak-klotak di dapur Aku pikir itu tikus. Tapi ga lama ada suara berdebum kaya benda berat jatuh, Aku panik karena ngirain Kamu yang jatuh. Makanya Aku cepet-cepet ke sini sambil manggil Kamu. Dan Alhamdulillah ..., Aku bersyukur ngeliat Kamu baik-baik aja," sahut Prashadi sambil memeluk Artha.
" Aku gapapa kok Mas. Ga ada suara berdebum juga di sini. Mungkin Kamu salah denger," kata Artha sambil membalas pelukan suaminya.
" Mungkin," sahut Prashadi sambil mengurai pelukannya.
Artha tersenyum lalu melanjutkan kegiatannya memotong sayuran, sedangkan Prashadi nampak mengamati penjuru dapur. Setelahnya Prashadi mulai sibuk memeriksa setiap celah lemari dan sudut dapur seolah sedang mencari sesuatu.
" Nyari apa Mas ?" tanya Artha.
" Nyari sumber bau busuk. Kayanya ada bang*e tikus di sini. Emangnya Kamu ga kebauan ya ...?" tanya Prashadi sambil menoleh kearah Artha.
" Mmm ... kayanya bukan bang*e tikus Mas. Soalnya bau itu baru aja kecium padahal Aku kan udah lumayan lama di sini," sahut Artha ragu.
" Kalo bukan bang*e terus apaan dong ?. Ini bau banget lho Sayang," kata Prashadi gusar.
Dengan hati-hati Artha menceritakan apa yang dilihatnya di luar jendela tadi. Prashadi menyimak cerita sang istri sambil sesekali melirik ke jendela dapur. Entah mengapa bulu kuduk Prashadi tiba-tiba meremang.
" Jadi maksud Kamu, bau itu berasal dari bau cewek berkemben itu ?" tanya Prashadi setengah berbisik.
" Kenapa bisik-bisik segala ngomongnya Mas. Tadi suara Kamu lantang banget lho," kata Artha sambil menahan tawa.
" Sssttt ..., Aku ngomong pelan begini karena cewek itu sekarang lagi ngeliatin Kita di balik jendela itu Sayang," bisik Prashadi.
" A ... apa ?!" kata Artha dengan tubuh menegang.
" Jangan diliat Sayang !" kata Prashadi sambil menarik Artha ke dalam pelukannya.
Artha pun mengangguk sambil memejamkan mata di dalam pelukan suaminya. Dan keduanya tetap dalam posisi yang sama untuk beberapa waktu. Prashadi baru mengurai pelukan saat wanita berkemben itu pergi bersamaan dengan suara orang mengaji di mushola.
" Mas ...," panggil Artha lirih.
" Iya Sayang. Gapapa, dia udah pergi kok," sahut Prashadi sambil tersenyum.
Artha pun menghela nafas lega lalu menoleh ke jendela dapur.
" Kalo cewek berkemben itu ada di sekitar rumah Kita, jangan-jangan ...," Artha sengaja menggantung ucapannya.
" Jangan-jangan apa ?. Ga usah berpikir terlalu jauh Sayang. Aku tau Kamu pasti mau ngaitkan penampakan cewek berkemben itu sama kematian Anaknya Pak Kadir. Iya kan ?" tanya Prashadi.
" Kok Kamu tau sih Mas. Padahal Aku belum ngomong apa-apa lho," sahut Artha takjub.
" Ck, Kamu nih ya. Kamu ga lupa kan kalo Aku Suamimu yang kenal banget sama sifat dan karakter Kamu," kata Prashadi sambil mencubit gemas pipi sang istri.
Artha pun tertawa sambil berusaha menepis tangan Prashadi dari wajahnya.
Tak lama kemudian kumandang adzan Subuh membahana di seantero kampung. Prashadi dan Artha pun bergegas berwudhu untuk menunaikan sholat Subuh.
" Kamu sholat di musholla gih Mas. Udah lama kan Kamu ga sholat Subuh berjamaah di musholla," kata Artha tiba-tiba.
Tentu saja ucapan Artha mengejutkan sekaligus membahagiakan Prashadi. Bagaimana tidak. Sudah hampir seminggu Prashadi selalu menunaikan sholat Subuh berjamaah di rumah bersama Artha. Itu karena Artha yang ketakutan usai mengalami kejadian aneh saat melepas jenasah anaknya Kadir. Sejak saat itu Artha tak suka sendirian di rumah saat langit mulai gelap. Bahkan dia meminta Prashadi untuk sholat Maghrib, Isya dan Subuh di rumah.
" Emangnya Kamu gapapa kalo Aku tinggal sendirian di rumah. Yakin ga takut ?" tanya Prashadi sesaat kemudian.
" Yakin Mas. Kalo dipikir-pikir Aku keterlaluan juga ya. Masa gara-gara takut sama sesuatu yang ga pasti, eh Aku malah menghalangi Kamu menjemput pahala. Padahal sesuatu itu kan hakekatnya juga makhluk ciptaan Allah sama kaya Kita. Terus kenapa harus takut. Iya kan ?. Makanya sekarang Aku ga mau halangin Kamu Mas. Pergi lah, Aku gapapa kok," sahut Artha hingga membuat Prashadi tersenyum.
" Kalo gitu Aku berangkat sekarang ya ...," pamit Prashadi.
" Iya Mas," sahut Artha.
Kemudian Artha mengantar Prashadi hingga keluar rumah lalu mengunci pintu. Setelahnya Artha masuk ke kamar untuk menunaikan sholat Subuh.
Saat sedang menunaikan sholat Artha mendengar suara berdetak beberapa kali di jendela kamar. Artha mengabaikannya karena tahu suara itu sengaja datang untuk mengganggunya beribadah.
Artha terus mengabaikan suara itu hingga dia selesai menunaikan sholat Subuh. Setelah zikir dan berdoa, Artha pun melirik ke jendela kamarnya sambil tersenyum.
" Terus aja ganggu. Kalian pasti capek sendiri nanti," gumam Artha lirih.
Bukan tanpa alasan Artha mengatakan kalimat itu. Selama ini Artha adalah sosok cewek yang berani dan tak kenal takut. Dia menjadi sedikit rapuh usai menikah karena didorong rasa sedih berkepanjangan saat menyadari pernikahannya tak direstui kedua orangtuanya.
Setelah hampir sebulan menikah, Artha mulai terbiasa dan bisa menerima keadaan. Dan perlahan dia kembali ke jati dirinya semula yang berani dan tak kenal rasa takut itu.
Artha pun merapikan perlengkapan sholatnya lalu bergegas ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
\=\=\=\=\=
Mak Is nampak menekuk wajahnya saat mengetahui Artha memasak makanannya sendiri. Mak Is kesal karena mengira Artha tak menyukai masakannya.
" Jangan tersinggung ya Mak. Saya masak sendiri karena ingin menjalankan kewajiban Saya sebagai Istri. Lagian Saya ga ada kegiatan Mak, daripada nganggur lebih baik Saya masak. Iya kan ...," kata Artha.
" Iya Mbak," sahut Mak Is dengan enggan.
" Tapi kapan-kapan ajarin Saya masak supaya bisa masak seenak masakan Mak ya. Saya mau Mas Pras klepek-klepek sama masakan Saya nanti," kata Artha dengan mimik wajah lucu.
Ucapan Artha membuat Mak Is tersanjung. Wanita sepuh itu nampak tersenyum sambil mengangguk.
" Iya Mbak," sahut Mak Is.
" Makasih ya Mak," kata Artha.
" Belum dimulai kok udah terima kasih sih Mbak. Eh, ngomong-ngomong Mbak masak semuanya jam berapa. Kok sepagi ini udah mateng semua ?" tanya Mak Is sambil mengamati menu di atas meja makan.
" Mmm ... kayanya jam empat deh Mak," sahut Artha tak yakin.
" Jam empat ?!. Kenapa harus jam segitu Mbak. Kan Mbak Artha bisa mulai masak setelah Subuh," kata Mak Is gusar.
" Saya emang bangun kepagian tadi. Karena bingung mau ngapain, ya Saya ke dapur dan masak deh," sahut Artha santai.
" Tapi jangan jam empat juga Mbak ...," kata Mak Is hingga mengejutkan Artha.
" Lho kenapa Mak ?" tanya Artha tak mengerti.
" Itu salah satu pantangan yang ada di kampung ini Mbak. Kalo dilanggar bisa-bisa akan ada kejadian ga masuk akal yang bakal menimpa keluarga ini dan beberapa keluarga lain yang tinggal di sekitar rumah ini," sahut Mak Is.
" Apa ...?!" gantian Artha yang terkejut.
Artha makin terkejut saat suhu di ruang makan mendadak berubah dingin dan lembab. Bulu kuduk Artha meremang. Apalagi Mak Is juga terlihat gelisah.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
💎hart👑
ada aja pantangannya ya
2024-04-28
0
Maz Andy'ne Yulixah
Penuh teka teki😌
2024-03-25
1
Ali B.U
next.
2024-03-24
2