9. Saling Menuduh

Keanehan yang dialami Prashadi dan Artha hari itu membuat keduanya sedikit linglung. Mereka duduk di ruang tamu sambil berkali-kali menatap keluar jendela. Mak Is tahu Prashadi dan Artha menatap langit yang mulai gelap seolah memastikan dan menghubungkan ucapannya tadi dengan kejadian yang mereka alami.

Karena iba melihat kondisi suami istri muda itu, Mak Is pun menenangkan mereka.

" Minum dulu Mas, Mbak ...," kata mak Is sambil meletakkan dua buah gelas berisi air putih.

" Makasih Mak ...," sahut Prashadi dan Artha bersamaan lalu bergegas meneguk air pemberian Mak Is hingga tandas.

" Sama-sama," sahut Mak Is sambil tersenyum.

Bersamaan dengan ucapan Mak Is, suara kumandang adzan Maghrib pun menggema di seantero kampung.

" Aku sholat dulu ya Sayang. Udah adzan Maghrib tuh," kata Prashadi.

" Iya. Tapi bisa kan kalo sholatnya di rumah aja Mas ?. Aku ... Aku takut," bisik Artha sambil menahan lengan suaminya.

" Takut apa ?. Ga ada apa-apa kok di sini," sahut Prashadi sambil menatap ke sekelilingnya.

" Aku tau. Aku cuma merasa ga nyaman aja sama kejadian tadi Mas. Liat, badanku aja sampe gemetar kaya gini. Ini di luar kebiasaan lho Mas ...," kata Artha sambil memperlihatkan kedua lengannya yang bergetar entah kenapa.

Prashadi pun mengamati tangan dan kaki Artha sejenak. Setelahnya dia menatap wajah cantik Artha. Prashadi pun iba melihat wajah sang istri yang sedikit memucat. Ada bayangan ketakutan yang jelas tercetak di sana.

" Ok. Aku sholat di rumah, tapi berjamaah sama Kamu ya ...," kata Prashadi sambil mengusap pipi Artha dengan lembut.

Artha pun tersenyum lalu mengangguk cepat.

" Iya Mas ...," sahut Artha.

Prashadi ikut tersenyum lalu membantu Artha bangkit dari duduknya. Setelahnya kedua sejoli itu segera bersiap untuk sholat berjamaah di ruang tengah. Prashadi sengaja memilih ruang tengah karena mengira Mak Is juga akan ikut sholat Maghrib berjamaah bersama dengan mereka.

" Kita sholat berjamaah yuk Mak. Pake mukenaku aja, biar ga usah bolak balik ke rumah," kata Artha sambil mengulurkan mukena bersih miliknya kepada Mak Is.

" Maaf Mbak. Saya ... Saya ga sholat," sahut Mak Is ragu.

Jawaban Mak Is membuat Artha dan Prashadi saling bertatapan sejenak dengan tatapan tak terbaca.

" Ehm ..., maksudnya ga sholat karena Mak lagi M ya. Iya kan ...?" tanya Artha sambil tersenyum.

" Bukan Mbak. Saya memang ga pernah sholat seumur hidup Saya," sahut Mak Is tegas.

" Oh maaf Mak. Kami kira Mak muslim, makanya Kami ajakin sholat tadi," kata Artha tak enak hati.

Mak Is hanya membisu sambil membuang pandangannya kearah lain.

" Ya udah Sayang, Kita sholat berdua aja yuk," kata Prashadi menengahi.

Artha mengangguk lalu bergegas menggelar sajadah. Tak lama kemudian sepasang suami istri itu nampak telah larut dalam kekhusuan sholat mereka.

Saat Prashadi dan Artha sedang menunaikan sholat, diam-diam Mak Is keluar dari rumah. Di depan pintu wanita sepuh itu nampak menghela nafas panjang sambil menatap ke langit malam. Setelahnya dia pergi meninggalkan tempat itu tanpa pamit.

Prashadi dan Artha yang menyadari kepergian Mak Is usai sholat pun hanya bisa saling menatap dalam diam.

\=\=\=\=\=

Jika Prashadi dan Artha masih sibuk beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal yang baru, kedua orangtua mereka justru sibuk mencari keberadaan mereka.

Hisyam yang terpukul dengan kepergian putri kesayangannya itu pun hanya bisa terpaku tak percaya. Di sampingnya terlihat Ina yang tak berhenti menangis. Sedangkan Ari nampak berdiri sambil menatap kedua orangtuanya dengan tatapan iba. Dalam hati ia mengucap kata maaf berkali-kali karena telah menyembunyikan kepergian Artha.

" Bisa berhenti nangisnya kan Bund ?. Kamu tau kan kalo tangismu itu ga bisa membantu sama sekali," kata Hisyam kesal.

Ucapan Hisyam membuat Ina tersentak. Dia tersinggung karena merasa air matanya diremehkan.

" Tapi jangan lupa kalo air mataku ini lah yang berjasa menyambut Anak-anak Kita lahir ke dunia ini Yah !" sahut Ina tak kalah ketus hingga membuat Hisyam menoleh.

" Apa maksudmu Bund ...?" tanya Hisyam tak mengerti.

" Kamu jangan pura-pura lupa Yah. Di saat Aku berjuang bertaruh nyawa melahirkan Ari dan Artha, Kamu malah sibuk mengejar cinta wanita lain. Kok bisa-bisanya sekarang Kamu hina air mataku. Asal Kamu tau ya, air mata ini yang menyambut kelahiran mereka ke dunia ini. Hanya air mata ini tanpa Kamu atau siapa pun !" sahut Ina sambil menatap Hisyam dengan tatapan tajam.

" Jaga ucapanmu Bund, ada Ari di sini. Aku ga mau dia salah paham nanti," kata Hisyam gusar.

" Kenapa memangnya ?. Kamu malu ?" tanya Ina.

" Bunda !" panggil Hisyam sambil bangkit dari duduknya.

Wajah Hisyam yang menegang dengan tatapan yang dingin mau tak mau membuat Ina gentar. Dia pun membuang pandangannya kearah lain. Sedangkan Ari yang mengamati dari jauh pun ikut terkejut melihat sikap sang ayah. Sesaat kemudian Ari maju untuk melerai kedua orangtuanya.

" Maaf Yah, Bund. Tolong hentikan pembicaraan ga penting ini. Kita fokus sama Artha dulu ya ...," pinta Ari hati-hati.

Ucapan Ari berhasil meluluhkan kemarahan Hisyam dan Ina. Setelah menghela nafas panjang Hisyam pun kembali duduk di samping istrinya.

" Kamu betul Ri. Terus gimana, apa Kamu punya info lain ?" tanya Hisyam.

" Belum Yah ...," sahut Ari sambil menggelengkan kepala.

" Gimana sama ... Pras ?" tanya Ina ragu namun berhasil membuat Hisyam dan Ari menoleh kearahnya.

" Kenapa Kamu nyebut nama itu lagi Bund ?" tanya Hisyam tak suka.

Ina pun menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan suaminya.

" Gapapa. Mungkin Pras tau kemana Artha pergi. Kan cowok terakhir yang deket sama Artha ya cuma Pras ...," sahut Ina dengan enggan.

" Tapi sayangnya Pras udah resign jauh-jauh hari sebelum Artha pergi Bund," sela Ari tiba-tiba.

" Resign ?. Kapan ...?" tanya Hisyam dan Ina bersamaan.

" Kalo ga salah dua bulan yang lalu," sahut Ari.

" Kenapa dia resign ?" tanya Hisyam.

" Ga tau Yah. Aku kan udah lama jaga jarak sama Pras persis seperti yang Ayah suruh. Jadi Aku ga tau apa-apa soal keputusannya itu. Aku tau dia resign ya dari temenku," sahut Ari berbohong.

Jawaban Ari membuat Hisyam dan Artha terdiam. Mereka bingung kemana harus mencari Artha. Sedangkan untuk membuat laporan ke polisi pun mereka enggan. Mereka khawatir Artha malu saat mengetahui kepergiannya melibatkan pihak kepolisian.

" Kenapa saat Pras resign, Artha juga pergi ya. Jangan-jangan ...," ucapan Ina terputus karena Hisyam memotong cepat.

" Bisa aja diam-diam mereka masih menjalin hubungan di belakang Kita Bund. Dan mereka sengaja nyusun rencana untuk kabur !" kata Hisyam.

" Ga mungkin Yah. Aku selalu ngawasin Artha dan Pras. Dan Aku tau persis kalo hubungan mereka udah lama berakhir," kata Ari berusaha meyakinkan.

Namun sayang ucapan Ari justru membuat Hisyam dan Ina curiga. Mereka yakin jika Prashadi terlibat dengan kepergian Artha.

" Jangan-jangan Pras tau dimana Artha," kata Ina kemudian.

" Betul. Atau justru Anak itu yang membawa Artha pergi lalu menyembunyikannya di suatu tempat," tebak Hisyam.

" Kalo gitu Kamu harus temuin Pras dan tanya dimana Artha, Yah ...," kata Ina tak sabar.

" Iya Bund. Kalo gitu Aku pergi sekarang. Kamu tunggu di rumah ya. Ayo Ri ...," kata Hisyam sambil bergegas melangkah keluar rumah.

Ari pun hanya bisa mengikuti sang ayah. Dia berharap tak akan ada keributan di rumah orangtua Prashadi nanti.

Kemudian Ari melajukan motornya dengan kecepatan tinggi seperti yang diminta sang ayah. Berkali-kali Hisyam protes dengan cara Ari mengendarai motornya.

" Lelet banget sih. Sini, biar Ayah aja yang bawa Ri !" kata Hisyam tak sabar.

" Ga usah Yah. Kalo Ayah yang bawa, bisa-bisa Kita bukan ke rumahnya Pras tapi malah ke Rumah Sakit !" sahut Ari.

Ucapan Ari mau tak mau membuat Hisyam terdiam. Dia sadar kemarahannya bisa membahayakan diri dan anaknya. Beruntung Ari bisa mengendalikan diri hingga tak ikut terpancing seperti dirinya.

Setengah jam kemudian motor Ari pun memasuki halaman rumah Supriyadi. Tepat di saat Ari memarkirkan motornya, saat itu lah Supriyadi keluar dari rumah diikuti Panji. Rupanya Supriyadi juga berniat pergi ke rumah Hisyam.

" Wah kebetulan sekali. Bapak dan Anak sama-sama ga tau malu. Sudah tau ga diterima tapi masih memaksa masuk," kata Supriyadi sambil tersenyum mengejek.

" Terserah !. Aku juga ga sudi ke sini kalo ga terpaksa. Sekarang dimana Pras dan kemana dia membawa pergi Anak gadisku ?!" tanya Hisyam.

" Heeeii ... jaga mulutmu Hisyam !. Anakku memang ga ada di rumah. Tapi dia juga ga mungkin membawa pergi anakmu. Justru Anakmu yang kegat*lan dan ga tau malu. Bisa-bisanya perempuan nyamperin laki-laki !" sahut Supriyadi lantang.

" Kau ...," kata Hisyam sambil melotot.

Dan perdebatan pun tak terelakkan lagi. Masing-masing bersikukuh dengan pendiriannya. Ari dan Panji yang memang telah saling mengenal pun hanya bisa membisu sambil mengamati aksi Hisyam dan Supriyadi.

Setelah lama berdebat, akhirnya Hisyam dan Supriyadi pun sama-sama mendekat dan bersiap baku hantam. Melihat hal itu Ari dan Panji pun bergegas melerai. Mereka memegangi ayah masing-masing lalu membawanya menjauh.

\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Lama2 nanti lak luluh jadi Akur wong dulu sahabat gara2 cinta jadi musuhan,,dan untung Anak2 nya gak ikut2 musuhan,mereka berfikiran positif masalah ortu bukan masalah mereka,kalau ikut2 bisa makin besar masalah nya,tapi sayang Prashadi dan Arta pergi kekampung yang salah😌😌

2024-03-25

1

Ali B.U

Ali B.U

sama2 kelapa batu

2024-03-24

2

lihat semua
Episodes
1 1. Ngetest
2 2. Ketemu Artha
3 3. Kok Marah ...?
4 4. Penyebabnya Adalah ...
5 5. Pamit
6 6. Keanehan Pertama
7 7. Tradisi Kampung ?
8 8. Kemana Orang-orang ?
9 9. Saling Menuduh
10 10. Paham Kan ...?
11 11. Jangan Jam Empat !
12 12. Gara-gara Artha ?
13 13. Hantu Wanita Berkemben
14 14. Disantet
15 15. Didatangi Arwah
16 16. Kasian Harun ...
17 17. Didemo
18 18. Pengakuan ...
19 19. Selalu Diam
20 20. Batu Berhala
21 21. Resiko
22 22. Istri Berubah
23 23. Kena Guna - Guna
24 24. Diajak Ke Rumah
25 25. Kiriman Itu ...
26 26. Sesuatu Yang Lain
27 27. Siapa Mak Is ...?
28 28. Kenapa Artha ?
29 29. Ke Tempat Seharusnya
30 30. Titipan Obat
31 31. Artha Hilang !
32 32. Dimana Ini ?
33 33. Ga Kenal
34 34. Dikirimi Santet
35 35. Menyelamatkan Sari
36 36. Rahasia Erni
37 37. Mengejar Ki Warso
38 38. Pinjem Raga ?
39 39. Jadi Sosok Lain
40 40. Hantu Itu Ternyata ...
41 41. Meledak
42 42. Siuman Tapi ...
43 43. Doa Prashadi
44 44. Jangan Nengok Ke Belakang
45 45. Pesan Yang Sama
46 46. Lelah ...
47 47. Berkomunikasi
48 48. Ayuning
49 49. Dendam Ayuning
50 50. Bingung
51 51. Artha Pulang
52 52. Jangan-Jangan Artha ...
53 53. Ke Rumah Om Usman
54 54. Artha Kerasukan
55 55. Diserang Banaspati
56 56. Dikejar Mayat Hidup
57 57. Mendadak Nongol ?
58 58. Kampung Yang Hilang
59 59. Ga Ada ...!
60 60. Nama Aneh Dan Horror
61 61. Ki Warso Masih Hidup ?
62 62. Mulai Mengaji
63 63. Semua Panik
64 64. Mengamuk
65 65. Senjata Makan Tuan ?
66 66. Tentang Maaf
67 67. Ditarik Ke Dalam Jurang
68 68. Bertemu Mereka ...
69 69. Dikira Begal
70 70. Kenapa Begini ?
71 71. Proses Penjemputan
72 72. Ismail Kenapa ?
73 73. Keluarga Ghaib
74 74. Perpisahan
75 75. Penjelasan Kek Zuhri
76 76. Prashadi dan Artha Bertemu
77 77. Restu ...
78 78. Persiapan Kek Zuhri
79 79. Pertempuran Dua Saudara
80 80. Tak Akan Kembali
81 81. Cara Yang Pantas
82 82. Pengakuan Prashadi
83 83. Serangan Panji
84 84. Ketemu Mantan
85 85. Ga Diundang ?
86 86. Pesta Impian Artha
87 87. Adu Domba
88 88. Gagal Membujuk
89 89. Hasrat Kayla
90 90. Mencari Ari
91 91. Bersedia Membantu
92 92. Rumah Pengobatan ?
93 93. Orang Dalam Foto ...
94 94. Kembang Orang Mati
95 95. Peristiwa Ghaib ?
96 96. Menjenguk Kayla
97 97. Menepi ...
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Ngetest
2
2. Ketemu Artha
3
3. Kok Marah ...?
4
4. Penyebabnya Adalah ...
5
5. Pamit
6
6. Keanehan Pertama
7
7. Tradisi Kampung ?
8
8. Kemana Orang-orang ?
9
9. Saling Menuduh
10
10. Paham Kan ...?
11
11. Jangan Jam Empat !
12
12. Gara-gara Artha ?
13
13. Hantu Wanita Berkemben
14
14. Disantet
15
15. Didatangi Arwah
16
16. Kasian Harun ...
17
17. Didemo
18
18. Pengakuan ...
19
19. Selalu Diam
20
20. Batu Berhala
21
21. Resiko
22
22. Istri Berubah
23
23. Kena Guna - Guna
24
24. Diajak Ke Rumah
25
25. Kiriman Itu ...
26
26. Sesuatu Yang Lain
27
27. Siapa Mak Is ...?
28
28. Kenapa Artha ?
29
29. Ke Tempat Seharusnya
30
30. Titipan Obat
31
31. Artha Hilang !
32
32. Dimana Ini ?
33
33. Ga Kenal
34
34. Dikirimi Santet
35
35. Menyelamatkan Sari
36
36. Rahasia Erni
37
37. Mengejar Ki Warso
38
38. Pinjem Raga ?
39
39. Jadi Sosok Lain
40
40. Hantu Itu Ternyata ...
41
41. Meledak
42
42. Siuman Tapi ...
43
43. Doa Prashadi
44
44. Jangan Nengok Ke Belakang
45
45. Pesan Yang Sama
46
46. Lelah ...
47
47. Berkomunikasi
48
48. Ayuning
49
49. Dendam Ayuning
50
50. Bingung
51
51. Artha Pulang
52
52. Jangan-Jangan Artha ...
53
53. Ke Rumah Om Usman
54
54. Artha Kerasukan
55
55. Diserang Banaspati
56
56. Dikejar Mayat Hidup
57
57. Mendadak Nongol ?
58
58. Kampung Yang Hilang
59
59. Ga Ada ...!
60
60. Nama Aneh Dan Horror
61
61. Ki Warso Masih Hidup ?
62
62. Mulai Mengaji
63
63. Semua Panik
64
64. Mengamuk
65
65. Senjata Makan Tuan ?
66
66. Tentang Maaf
67
67. Ditarik Ke Dalam Jurang
68
68. Bertemu Mereka ...
69
69. Dikira Begal
70
70. Kenapa Begini ?
71
71. Proses Penjemputan
72
72. Ismail Kenapa ?
73
73. Keluarga Ghaib
74
74. Perpisahan
75
75. Penjelasan Kek Zuhri
76
76. Prashadi dan Artha Bertemu
77
77. Restu ...
78
78. Persiapan Kek Zuhri
79
79. Pertempuran Dua Saudara
80
80. Tak Akan Kembali
81
81. Cara Yang Pantas
82
82. Pengakuan Prashadi
83
83. Serangan Panji
84
84. Ketemu Mantan
85
85. Ga Diundang ?
86
86. Pesta Impian Artha
87
87. Adu Domba
88
88. Gagal Membujuk
89
89. Hasrat Kayla
90
90. Mencari Ari
91
91. Bersedia Membantu
92
92. Rumah Pengobatan ?
93
93. Orang Dalam Foto ...
94
94. Kembang Orang Mati
95
95. Peristiwa Ghaib ?
96
96. Menjenguk Kayla
97
97. Menepi ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!