7. Tradisi Kampung ?

Keesokan paginya Artha dan Prashadi bangun sedikit telat sehingga hampir tertinggal sholat Subuh. Beruntung Mak Is datang dan membangunkan mereka dengan cara mengetuk pintu berulang kali.

Di luar rumah, para tetangga yang melihat Mak Is mengetuk pintu pun bingung karena setahu mereka rumah itu telah lama kosong tanpa penghuni.

" Kok ngetuk pintunya kaya gitu Mak. Kaya ada orangnya aja," tegur salah satu tetangga bernama Hanah.

" Emang ada orangnya Nah. Kan kemarin yang mau nempatin rumah ini udah sampe," sahut Mak Is.

" Masa sih ?. Dateng jam berapa Mak, kok Kami ga tau ...," kata tetangga yang lain bernama Rumi.

" Masih sore kok. Tapi Mak ga liat jam, jadi ga tau jam berapa. Pokoknya ga lama setelah mereka sampe, kedengeran suara adzan Maghrib di langgar," sahut Mak Is.

" Oh, yang dianter pake mobil warna biru ya Mak ?" tanya Sari.

" Iya," sahut Mak Is sambil tersenyum.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka dari dalam. Prashadi pun tersenyum lalu mempersilakan Mak Is masuk ke dalam rumah.

" Maaf ya Mas kalo Saya ngagetin," kata Mak Is sambil melangkah masuk.

" Gapapa Mak. Saya yang terima kasih karena Mak udah bangunin Saya sama Istri Saya. Kalo ga, mungkin Kami kesiangan," sahut Prashadi.

" Wajar lah kalo Kalian kesiangan. Tempat baru, suasana baru, ditambah perjalanan jauh. Saya yakin Kalian pasti kecapean Mas," kata Mak Is yang diangguki Prashadi.

Tanpa bertanya lagi Mak Is pun melangkah ke dapur untuk membuat sarapan.

Satu jam kemudian Artha dan Prashadi keluar dari kamar. Mak Is tersenyum lalu mempersilakan mereka makan.

Namun di saat sedang asyik menikmati sarapan pagi buatan Mak Is, tiba-tiba terdengar suara keributan di luar rumah. Prashadi bergegas keluar diikuti Artha dan Mak Is.

Tepat di depan rumah terlihat beberapa warga sedang berkumpul. Mereka bicara serius sambil menunjuk ke suatu tempat. Mak Is pun menyapa Sari yang juga ada di sana.

" Ada apa pagi-pagi begini udah ribut Sar ?" tanya Mak Is hingga membuat Sari menoleh.

" Itu Mak. Anaknya Pak Kadir mendadak sakit. Katanya sih kena santet," sahut Sari.

" Santet ?" ulang Prashadi.

" Iya Mas," sahut Sari.

" Tau darimana kalo itu santet. Siapa tau emang sakit beneran Mbak. Sebaiknya segera dibawa berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat supaya dapat penanganan lebih cepat. Kalo terlambat kan bisa gawat," kata Prashadi.

Ucapan Prashadi membuat Sari dan semua orang saling menatap kemudian tersenyum. Nampaknya mereka ingin menertawakan Prashadi. Tapi karena tak enak hati, mereka memilih diam sambil terus tersenyum.

Tiba-tiba terdengar suara jeritan yang membahana dan yang mengejutkan semua orang. Mereka menoleh kearah sumber suara dan melihat seorang wanita tengah berlari sambil menggaruk kepalanya. Rambut dan pakaiannya terlihat kusut, wajahnya nampak mengeluarkan darah. Dan saat diamati, darah itu keluar dari luka cakar yang ada di wajah wanita itu.

" Huaaa ... !. Anakku pergi. Anakku mati gara-gara santet. Ada yang kirim santet ke rumahku ...!" jerit wanita itu sambil terus berlari.

" Inna Lillahi Wainna ilaihi rojiuun ...," gumam semua orang bersamaan.

" Siapa dia Mak. Kenapa jerit-jerit kaya orang ga waras begitu ...?" bisik Artha.

" Dia Istrinya Pak Kadir yang lagi diomongin warga Mbak," sahut Mak Is.

" Apa maksud ucapannya tadi. Kenapa dia malah keliling kampung sambil jerit-jerit begitu ?. Harusnya kan dia berusaha mengobati Anaknya supaya cepet sembuh, bukan malah lari-lari ga karuan kaya gitu Mak," kata Artha gusar.

Ucapan Artha membuat Mak Is tersenyum.

" Itu tradisi di kampung ini Mbak," kata Mak Is.

" Tradisi gimana maksudnya Mak ?" tanya Artha tak mengerti.

" Tradisi kampung sini memang unik Mbak. Kalo ada keluarga yang meninggal ga wajar atau katakan lah kena santet, maka harus ada yang ngabarin ke seluruh kampung supaya semua warga bisa waspada. Harus keluarga atau orangtua korban yang mengabarkan langsung biar semua orang percaya. Karena warga khawatir santet bakal menyebar kemana-mana dan memakan korban. Makanya sebelum korban lain berjatuhan, keluarga yang tertimpa musibah mengumumkannya di jalan supaya keluarga lain bisa lebih waspada. Harusnya dilakukan sebelum korban santet meninggal. Tapi keliatannya Pak Kadir dan Istrinya masih berharap Anaknya sembuh, makanya ga keliling daritadi," sahut Mak Is sambil menerawang jauh ke depan.

Jawaban Mak Is membuat Artha dan Prashadi saling menatap bingung. Mereka terdiam karena tak tahu harus bersikap seperti apa.

" Apa Kami boleh melayat Mak ?" tanya Artha beberapa saat kemudian.

" Tentu saja. Selesai sarapan Kita ke sana bareng-bareng ya Mbak," sahut Mak Is sambil tersenyum.

Artha pun mengangguk lalu masuk ke dalam rumah untuk menyelesaikan sarapan disusul Prashadi. Setengah jam kemudian mereka telah berada di rumah duka.

Dalam kesempatan itu Artha dan Prashadi pun menyempatkan diri untuk berkenalan dengan warga yang mereka temui. Semua orang menyambut mereka dengan hangat hingga dalam waktu singkat Artha dan Prashadi telah membaur dengan warga.

" Jadi yang meninggal perempuan ya Mbak ?" tanya Artha.

" Iya, masih remaja, belum nikah juga. Kasian Pak Kadir. Pasti terpukul banget dengan kematian Anaknya. Soalnya ini Anak ketiga yang meninggal gara-gara kena santet," sahut Hanah prihatin.

" Eh, maksudnya gimana Mbak ?" tanya Artha karena khawatir salah dengar tadi.

" Iya Tha. Pak Kadir punya empat Anak. Dua laki-laki dan dua perempuan. Dua Anaknya yang laki-laki udah meninggal duluan tahun kemarin. Bayangin, satu tahun dia kehilangan dua Anaknya sekaligus. Nah, tahun ini giliran Anak yang ketiga," sahut Hanah.

" Darimana Mbak Hanah yakin mereka meninggal gara-gara santet ?" tanya Artha.

" Karena mereka meninggal dengan cara ga wajar Tha. Satu meninggal saat mengaji, yang satunya meninggal saat mancing. Dua-duanya meninggal mendadak setelah sakit perut dua hari berturut-turut. Bukannya itu aneh ?. Kalo dipikir-pikir mana ada sakit perut yang bikin orang meninggal. Makanya orang berpendapat Anak-anaknya Pak Kadir kena santet," sahut Hanah.

" Betul. Dan yang ini, walau sedikit beda jalan ceritanya, tapi tetep aja sama. Semua orang yakin Anak perempuannya Pak Kadir meninggal gara-gara disantet," sela Rumi sambil berbisik.

" Apalagi ceritanya kali ini Mbak ?" tanya Artha penasaran.

" Katanya sebelum meninggal, Anaknya Pak Kadir sempet ketakutan kaya dikejar-kejar sesuatu," sahut Rumi.

" Dikejar apaan Mbak, hantu ?" tanya Artha.

" Mungkin bisa dibilang begitu. Bu Kadir bilang penampilannya ga seserem hantu. Wujudnya manusia kok, perempuan kaya Kita tapi pake kemben dan jumlahnya banyak. Mereka ada dimana-mana dan terus ngikutin Anaknya kemana pun. Kalo dikejar terus sama penampakan ga kasat mata kaya gitu, biar ga serem, lama-lama takut juga lah," sahut Rumi.

" Perempuan berkemben ?!" tanya Artha memastikan.

" Iya Tha. Kenapa kaget gitu keliatannya, apa Kamu pernah ngeliat mereka juga ?" tanya Rumi sambil menatap Artha lekat.

" Oh ... ga kok," sahut Artha gugup.

" Syukur lah ...," kata Rumi, Hanah dan Sari bersamaan sambil menghela nafas lega.

Melihat reaksi ketiga tetangganya itu membuat Artha bertanya-tanya. Namun saat dia bersiap membuka mulut untuk bertanya, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memecah suasana. Suara berwibawa itu membuat semua orang menoleh kearah sumber suara.

Saat itu lah Artha melihat sosok pria tua berkharisma, yang kemudian diketahui sebagai tetua kampung, sedang bicara memberi semacam nasehat kepada para tamu.

Artha mengamati reaksi semua orang saat tetua kampung itu bicara. Dan saat itu tak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan Prashadi. Pria itu nampak menggelengkan kepala dan memberi isyarat agar Artha menundukkan kepala. Meski tak mengerti dengan permintaan suaminya, Artha pun mengangguk lalu menundukkan kepalanya sambil mendengarkan petuah bijak yang disampaikan tetua kampung.

Setelah selesai mendengarkan nasehat tetua kampung, warga diminta keluar dari rumah duka dengan tertib. Hanya beberapa orang saja yang diminta tinggal untuk membantu mengurus jenasah anak pak Kadir.

Artha dan Prashadi pun mellninggalkan rumah duka bersama warga lainnya. Mak Is tak ikut pulang bersama mereka karena diminta membantu mengurus jenasah anak pak Kadir.

" Mas ...," panggil Artha.

" Hmmm ...," sahut Prashadi sambil menoleh kearah sang istri.

" Menurut Kamu kampung ini aneh ga Mas ?" tanya Artha.

" Aneh apanya ?" tanya Prashadi.

" Ya tradisinya itu lho. Mulai dari keliling kampung sambil jerit-jerit ngumumin kematian Anaknya, sampe semua warga diminta meninggalkan rumah duka. Bukannya si mayit butuh doa ?. Kalo warga pulang, terus siapa yang mau ngedoain ?" tanya Artha bingung.

" Kan masih ada orangtuanya dan beberapa warga yang masih ada di sana. Kamu juga tau kalo ga semua warga diminta pulang tadi," sahut Prashadi.

" Tapi ...," ucapan Artha terputus karena Prashadi menyilangkan jari telunjuknya di depan bibir.

" Sssttt ... udah Sayang. Hormati aja tradisi yang ada di kampung ini. Kita kan orang baru, udah sewajarnya Kita mengikuti semua aturan yang ada," bisik Prashadi.

" Iya Mas ...," sahut Artha sambil mengangguk.

Prashadi tersenyum lalu menggamit tangan sang istri dan membawanya melangkah. Di sepanjang jalan mereka menyapa beberapa orang yang mereka temui untuk memperkenalkan diri.

Meski Artha tampak selalu tersenyum, namun benaknya masih dipenuhi banyak pertanyaan.

Apakah hantu wanita berkemben yang mengejar almarhumah anak pak Kadir dan membuatnya tewas sama dengan wanita berkemben yang dia lihat di gerbang desa kemarin ?.

Atau mungkin kah wanita berkemben itu juga akan mengejarnya dan membuatnya tewas ?.

Artha menghela nafas panjang karena tak yakin bisa menyimpan semuanya sendiri tanpa perlu merasa takut.

\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

💎hart👑

💎hart👑

kejanggalan dan kejanggalan pun trs bermunculan

2024-04-26

1

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Semoga Mas Prashadi sama Arta gak kenapa2,makin penasaran dengan kampung ini🤔😁

2024-03-25

1

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-03-24

2

lihat semua
Episodes
1 1. Ngetest
2 2. Ketemu Artha
3 3. Kok Marah ...?
4 4. Penyebabnya Adalah ...
5 5. Pamit
6 6. Keanehan Pertama
7 7. Tradisi Kampung ?
8 8. Kemana Orang-orang ?
9 9. Saling Menuduh
10 10. Paham Kan ...?
11 11. Jangan Jam Empat !
12 12. Gara-gara Artha ?
13 13. Hantu Wanita Berkemben
14 14. Disantet
15 15. Didatangi Arwah
16 16. Kasian Harun ...
17 17. Didemo
18 18. Pengakuan ...
19 19. Selalu Diam
20 20. Batu Berhala
21 21. Resiko
22 22. Istri Berubah
23 23. Kena Guna - Guna
24 24. Diajak Ke Rumah
25 25. Kiriman Itu ...
26 26. Sesuatu Yang Lain
27 27. Siapa Mak Is ...?
28 28. Kenapa Artha ?
29 29. Ke Tempat Seharusnya
30 30. Titipan Obat
31 31. Artha Hilang !
32 32. Dimana Ini ?
33 33. Ga Kenal
34 34. Dikirimi Santet
35 35. Menyelamatkan Sari
36 36. Rahasia Erni
37 37. Mengejar Ki Warso
38 38. Pinjem Raga ?
39 39. Jadi Sosok Lain
40 40. Hantu Itu Ternyata ...
41 41. Meledak
42 42. Siuman Tapi ...
43 43. Doa Prashadi
44 44. Jangan Nengok Ke Belakang
45 45. Pesan Yang Sama
46 46. Lelah ...
47 47. Berkomunikasi
48 48. Ayuning
49 49. Dendam Ayuning
50 50. Bingung
51 51. Artha Pulang
52 52. Jangan-Jangan Artha ...
53 53. Ke Rumah Om Usman
54 54. Artha Kerasukan
55 55. Diserang Banaspati
56 56. Dikejar Mayat Hidup
57 57. Mendadak Nongol ?
58 58. Kampung Yang Hilang
59 59. Ga Ada ...!
60 60. Nama Aneh Dan Horror
61 61. Ki Warso Masih Hidup ?
62 62. Mulai Mengaji
63 63. Semua Panik
64 64. Mengamuk
65 65. Senjata Makan Tuan ?
66 66. Tentang Maaf
67 67. Ditarik Ke Dalam Jurang
68 68. Bertemu Mereka ...
69 69. Dikira Begal
70 70. Kenapa Begini ?
71 71. Proses Penjemputan
72 72. Ismail Kenapa ?
73 73. Keluarga Ghaib
74 74. Perpisahan
75 75. Penjelasan Kek Zuhri
76 76. Prashadi dan Artha Bertemu
77 77. Restu ...
78 78. Persiapan Kek Zuhri
79 79. Pertempuran Dua Saudara
80 80. Tak Akan Kembali
81 81. Cara Yang Pantas
82 82. Pengakuan Prashadi
83 83. Serangan Panji
84 84. Ketemu Mantan
85 85. Ga Diundang ?
86 86. Pesta Impian Artha
87 87. Adu Domba
88 88. Gagal Membujuk
89 89. Hasrat Kayla
90 90. Mencari Ari
91 91. Bersedia Membantu
92 92. Rumah Pengobatan ?
93 93. Orang Dalam Foto ...
94 94. Kembang Orang Mati
95 95. Peristiwa Ghaib ?
96 96. Menjenguk Kayla
97 97. Menepi ...
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Ngetest
2
2. Ketemu Artha
3
3. Kok Marah ...?
4
4. Penyebabnya Adalah ...
5
5. Pamit
6
6. Keanehan Pertama
7
7. Tradisi Kampung ?
8
8. Kemana Orang-orang ?
9
9. Saling Menuduh
10
10. Paham Kan ...?
11
11. Jangan Jam Empat !
12
12. Gara-gara Artha ?
13
13. Hantu Wanita Berkemben
14
14. Disantet
15
15. Didatangi Arwah
16
16. Kasian Harun ...
17
17. Didemo
18
18. Pengakuan ...
19
19. Selalu Diam
20
20. Batu Berhala
21
21. Resiko
22
22. Istri Berubah
23
23. Kena Guna - Guna
24
24. Diajak Ke Rumah
25
25. Kiriman Itu ...
26
26. Sesuatu Yang Lain
27
27. Siapa Mak Is ...?
28
28. Kenapa Artha ?
29
29. Ke Tempat Seharusnya
30
30. Titipan Obat
31
31. Artha Hilang !
32
32. Dimana Ini ?
33
33. Ga Kenal
34
34. Dikirimi Santet
35
35. Menyelamatkan Sari
36
36. Rahasia Erni
37
37. Mengejar Ki Warso
38
38. Pinjem Raga ?
39
39. Jadi Sosok Lain
40
40. Hantu Itu Ternyata ...
41
41. Meledak
42
42. Siuman Tapi ...
43
43. Doa Prashadi
44
44. Jangan Nengok Ke Belakang
45
45. Pesan Yang Sama
46
46. Lelah ...
47
47. Berkomunikasi
48
48. Ayuning
49
49. Dendam Ayuning
50
50. Bingung
51
51. Artha Pulang
52
52. Jangan-Jangan Artha ...
53
53. Ke Rumah Om Usman
54
54. Artha Kerasukan
55
55. Diserang Banaspati
56
56. Dikejar Mayat Hidup
57
57. Mendadak Nongol ?
58
58. Kampung Yang Hilang
59
59. Ga Ada ...!
60
60. Nama Aneh Dan Horror
61
61. Ki Warso Masih Hidup ?
62
62. Mulai Mengaji
63
63. Semua Panik
64
64. Mengamuk
65
65. Senjata Makan Tuan ?
66
66. Tentang Maaf
67
67. Ditarik Ke Dalam Jurang
68
68. Bertemu Mereka ...
69
69. Dikira Begal
70
70. Kenapa Begini ?
71
71. Proses Penjemputan
72
72. Ismail Kenapa ?
73
73. Keluarga Ghaib
74
74. Perpisahan
75
75. Penjelasan Kek Zuhri
76
76. Prashadi dan Artha Bertemu
77
77. Restu ...
78
78. Persiapan Kek Zuhri
79
79. Pertempuran Dua Saudara
80
80. Tak Akan Kembali
81
81. Cara Yang Pantas
82
82. Pengakuan Prashadi
83
83. Serangan Panji
84
84. Ketemu Mantan
85
85. Ga Diundang ?
86
86. Pesta Impian Artha
87
87. Adu Domba
88
88. Gagal Membujuk
89
89. Hasrat Kayla
90
90. Mencari Ari
91
91. Bersedia Membantu
92
92. Rumah Pengobatan ?
93
93. Orang Dalam Foto ...
94
94. Kembang Orang Mati
95
95. Peristiwa Ghaib ?
96
96. Menjenguk Kayla
97
97. Menepi ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!