Meski pun telah saling menjauh, namun Hisyam dan Supriyadi masih saling mengumbar kemarahan dengan kalimat-kalimat yang menyakitkan.
" Anakmu itu persis seperti Kau, ga punya tata krama dan sopan santun. Sudah Kusuruh menjauh dari Artha, eh malah dibawa kabur !" kata Hisyam lantang.
" Jangan menuduh tanpa bukti Hisyam. Siapa tau justru Anakmu lah yang merengek minta diajak pergi. Tapi Aku maklum kenapa dia begitu. Mana ada Anak yang tahan punya orangtua munafik seperti Kau !" sahut Supriyadi tak mau kalah.
Suara pertengkaran Hisyam dan Supriyadi juga terdengar oleh Titik yang saat itu sedang memasak di dapur. Titik bergegas mematikan kompor karena penasaran siapa orang yang memancing kemarahan suaminya. Namun saat mencapai ruang tamu Titik menghentikan langkahnya. Dia merasa tak nyaman melihat kehadiran Hisyam.
" Duh, kok malah pada ribut sih. Malu kan diliat orang. Aku ga mungkin ke sana, Bapaknya Mita pasti marah dan ngira Aku sengaja keluar buat nemuin Hisyam. Tapi kalo ga keluar, bisa-bisa omongan mereka malah ngaco kemana-mana nanti ...," gumam Titik gusar.
Tepat di saat Titik sedang kebingungan itu lah terdengar suara Pramita melengking tinggi melerai pertengkaran Hisyam dan Supriyadi.
" Berhenti semuanya !" jerit Pramita hingga mengejutkan Hisyam, Supriyadi, Ari dan Panji.
" Mita ...," panggil Supriyadi lirih.
" Kenapa malah ribut sih. Bisa kan diomongin baik-baik di dalam ?. Malu Pak ...," kata Pramita sambil menatap sang ayah lekat.
Ucapan Pramita membuat Supriyadi gugup. Dia juga melirik kearah menantunya yang saat itu tengah menatap kearahnya sambil tersenyum tipis.
" Ga perlu," sela Hisyam tiba-tiba.
Ucapan Hisyam membuat semua orang menoleh kearahnya.
" Kenapa Pak ?. Bukannya Bapak datang ke sini karena ada masalah ?. Kalo gitu, ayo Kita omongin bareng-bareng. Sambil ngopi kan enak," kata Pramita dengan suara lunak.
Namun Hisyam menggeleng cepat. Setelah menolak tawaran Pramita, Hisyam memberi isyarat kepada Ari agar pergi dari tempat itu secepatnya.
Ari pun hanya bisa mengangguk lalu melangkah menghampiri sang ayah. Saat melintas di depan Panji, Ari memberi isyarat gerakan tangan yang menandakan dia akan menghubungi nanti. Panji pun mengangguk mengiyakan.
Tak lama kemudian Ari melajukan motornya perlahan. Sebelum melaju, Ari sempat menoleh lalu menganggukkan kepala kearah Pramita dan suaminya. Keduanya nampak membalas anggukan kepala Ari dengan senyum tulus.
Setelah Hisyam dan Ari pergi, Supriyadi pun membalikkan tubuhnya lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Panji, Pramita dan Heri pun mengekor di belakang.
Titik menyodorkan segelas air dan disambut cepat oleh Supriyadi. Semua orang menunggu Supriyadi menyelesaikan minumnya sambil terus mengamati ekspresi wajahnya.
" Ada apa Pak ?. Kenapa ribut-ribut di depan rumah. Malu kan diliat orang. Untung aja Bu Susilo telepon Aku, kalo ga pasti sampe sore Bapak masih ribut ...," kata Pramita.
" Bukan Bapak yang mulai Mit, dia duluan yang mulai. Datang-datang kok nuduh Pras bawa kabur Anaknya. Jelas aja Bapak ga terima !" sahut Supriyadi kesal.
" Bawa kabur Anaknya gimana sih Pak. Emangnya dia siapa ?" tanya Pramita.
" Itu Ayahnya Artha Mbak. Om Hisyam ...," sela Panji setengah berbisik.
" Oohh ... jadi itu yang namanya Om Hisyam, yang katanya musuh bebuyutan Bapak sama Ibu ?" tanya Pramita sambil menatap kedua orangtuanya bergantian.
Supriyadi dan Titik hanya membisu. Melihat sikap kedua mertuanya membuat Heri maklum. Dia pun memberi isyarat kepada Pramita agar tak menekan mereka dengan pertanyaan yang menyudutkan. Namun sayang Pramita menolak permintaan suaminya.
" Ga bisa Yah. Kalo Om Hisyam ke sini marah-marah sambil nuduh Pras bawa kabur Artha, itu artinya Artha juga minggat sama kaya Pras. Dan wajar kalo mereka nuduh kaya gitu karena sebelumnya kan Pras sama Artha pacaran. Bahkan Aku juga tau kalo Pras berencana menikahi Artha sebelum semuanya jadi kacau balau karena permusuhan Bapak Ibu sama orangtuanya Artha," kata Pramita.
Ucapan Pramita mengejutkan semua orang.
" Jangan-jangan mereka tetap berhubungan diam-diam di belakang Kita Pak ...," kata Titik tiba-tiba.
" Pasti Bu. Buktinya Hisyam ngamuk kaya gitu tadi. Tapi kok bisa ?. Bukannya selama ini Pras ga keberatan menjauhi Artha ya ...," kata Supriyadi.
" Iya Pak," sahut Titik.
" Mungkin Pras pura-pura menjauh dari Artha supaya Bapak Ibu ga ribut sama Om Hisyam. Tapi tanpa sepengetahuan Bapak Ibu, sebenarnya dia dan Artha justru menyusun rencana untuk kabur bareng dan ...," Pramita sengaja menggantung ucapannya hingga membuat semua orang penasaran.
" Dan apa ?" tanya Titik tak sabar.
" Dan menikah lah, apalagi emangnya. Kan ujung dari sebuah hubungan yang tulus emang menikah," sahut Pramita cuek.
Jawaban Pramita membuat Supriyadi dan Titik terkejut. Keduanya membisu dan mematung beberapa saat saking terkejutnya.
Melihat kedua orangtuanya yang 'shock' membuat Pramita iba. Dia pun mengakhiri pembicaraan lalu bangkit dari duduknya. Setelahnya dia mencium punggung tangan kedua orangtuanya itu diikuti Heri.
" Aku pulang dulu ya Bu. Kasian si kecil. Dia masih tidur waktu Aku tinggal ke sini tadi ...," kata Pramita.
" Iya ...," sahut Titik.
Panji pun mengantar Pramita dan Heri hingga keluar rumah. Tak lama kemudian terdengar suara deru motor Heri yang menjauh dari rumah.
" Ga usah dipikirin apa yang Mbak Mita bilang tadi Bu. Dia kan cuma nebak aja. Mana mungkin Mas Pras menikahi Artha, perempuan yang jelas-jelas ga direstui sama Bapak dan Ibu," kata Panji sambil melangkah menuju ke kamar.
Ucapan Panji ternyata cukup ampuh meredakan shock yang melanda Supriyadi dan Titik. Keduanya saling menatap sejenak lalu mengangguk mengiyakan ucapan anak bungsu mereka itu.
" Panji betul. Pras ga mungkin berani melanggar perintah Kita. Bukan kah selama ini Pras selalu nurut sama Kita Pak," kata Titik.
" Iya Bu. Mungkin Pras hanya ingin jauh dari Kita sebentar karena mau membuktikan sesuatu. Dia pasti pulang setelah cita-citanya terwujud. Lagian kalo emang bener Pras bawa kabur Artha, Kita ga rugi apa-apa Bu," kata Supriyadi sambil tersenyum penuh makna.
" Maksudnya gimana Pak ?" tanya Titik tak mengerti.
" Pras itu kan laki-laki, beda sama Artha. Kan ada pepatah yang bilang kalo pria melakukan banyak kesalahan dunia masih bisa tersenyum. Tapi kalo wanita melakukan satu kesalahan fatal, maka dunia bakal menangis. Ibu paham kan apa maksud Bapak ?" tanya Supriyadi.
Titik pun mengangguk karena paham kemana arah pembicaraan suaminya.
Panji yang tak sengaja mendengar ucapan orangtuanya itu pun ikut tersenyum. Meski tak mengerti namun Panji bahagia karena ketegangan yang sempat melanda rumah mereka tadi kini sudah berakhir.
\=\=\=\=\=
Jika di permukaan Supriyadi terlihat 'nrimo' dan bijaksana menyikapi kepergian anaknya, tapi di dalam hatinya hal bertentangan lah yang terjadi. Bahkan Supriyadi merencanakan hal buruk untuk menghancurkan Hisyam dan keluarganya.
Cara yang ditempuh Supriyadi sangat ekstrim. Karena selain melibatkan banyak orang untuk mencari Prashadi dan Artha, dia juga melibatkan praktisi ilmu hitam untuk melacak keberadaan mereka.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
💎hart👑
oleng dah dia sampe pake cara gt
2024-04-27
0
Ali B.U
next
2024-03-24
2
Ali B.U
wih,wih,wih,! kok nyampai segitunya
2024-03-24
2