Hari itu dilewati Artha dengan perasaan tak menentu. Artha merasa bahagia karena bisa menikahi pria yang dia cintai dan hidup berdua dengannya. Namun bersamaan dengan itu dia juga merasa tak nyaman dengan 'aturan' di lingkungan tempat tinggalnya yang baru.
Prashadi yang baru saja memperbaiki engsel jendela kamar yang rusak pun nampak berdiri sesaat di ambang pintu kamar sambil menatap Artha. Dalam hati Prashadi merasa iba melihat kondisi Artha yang berbeda dari biasanya. Karena Prashadi mengenal Artha sebagai sosok yang periang dan tahan banting.
Prashadi tahu saat ini istrinya masih perlu beradaptasi dengan semua hal di hidup mereka. Dengan status mereka yang baru sebagai suami istri, juga dengan tempat tinggal dan suasana yang baru.
Setelah menghela nafas panjang, perlahan Prashadi menghampiri Artha yang sedang duduk melamun di ruang tamu.
" Mikirin apa sih Sayang, kok malah bengong di sini ?" tegur Prashadi sambil merengkuh sang istri dari belakang.
" Eh, Kamu Mas," sahut Artha sambil mendongakkan kepalanya dan tersenyum.
" Mikirin apa ?" ulang Prashadi.
" Ga mikirin apa-apa ...," sahut Artha dengan enggan.
" Bohong ...," kata Prashadi sambil menatap Artha dengan lekat.
" Ck, ngapain bohong," sahut Artha sambil membuang pandangannya kearah lain.
Ucapan Artha membuat Prashadi tersenyum lalu mengusak rambut Artha dengan sayang.
" Meski pun hubungan Kita belum lama, tapi Aku cukup kenal sama karakter dan sifat Kamu lho Sayang ...," kata Prashadi mengingatkan hingga membuat Artha tak enak hati.
" Maksud Kamu apa sih Mas ?" tanya Artha pura-pura tak tahu.
" Maksud Aku, Kamu yang kaya gini tuh biasanya kan karena lagi fokus mikirin sesuatu. Aku bener kan Sayang ?" tanya Prashadi.
Pertanyaan Prashadi justru membuat Artha tertawa.
" Bahasamu berbelit-belit Mas. Bilang aja kalo Aku lagi melamun," kata Artha sambil tertawa.
Prashadi pun ikut tertawa. Dia senang melihat Artha tertawa.
" Aku gapapa kok Mas. Mungkin kecapean, makanya jadi kaya gini deh ...," sahut Artha sesaat kemudian.
" Yakin ?" tanya Prashadi tak percaya.
" Yakin dong Sayang ...," sahut Artha sambil mendaratkan kecupan lembut di pipi sang suami.
Kecupan Artha membuat Prashadi tersenyum. Prashadi pun mendekatkan wajahnya ke wajah Artha karena ingin membalas kecupannya tadi. Namun hal itu urung dilakukan karena suara gaduh di luar rumah.
Tanpa aba-aba Prashadi dan Artha pun bangkit lalu bergegas keluar rumah.
Di depan rumah, terlihat orang-orang berkerumun. Kemudian mereka menepi lalu berbaris rapi seolah sedang menunggu sesuatu. Artha yang penasaran pun sudah bersiap membuka mulut untuk bertanya, namun tepukan lembut Prashadi di punggungnya membuat Artha menoleh.
" Ada apa Mas ?" tanya Artha.
Prashadi menyilangkan jari telunjuknya di depan bibir sambil memberi isyarat agar Artha menatap ke ujung jalan.
Artha pun mengikuti arah yang ditunjuk Prashadi lalu mengangguk tanda mengerti.
" Ayo Kita gabung sama mereka ...," ajak Prashadi setengah berbisik.
" Iya Mas ...," sahut Artha sambil mengekori suaminya.
Kemudian Prashadi dan Artha bergabung bersama warga yang berdiri di pinggir jalan. Warga yang melihat kehadiran mereka pun tersenyum lalu bergeser untuk memberi ruang kepada Prashadi dan istrinya.
Tak lama kemudian sesuatu yang ditunggu itu pun hadir. Rupanya itu adalah iring-iringan pengantar jenasah. Keranda jenasah nampak diusung oleh beberapa pria berpakaian khusus. Sedangkan Kadir dan istrinya sebagai orangtua jenasah nampak berjalan paling depan. Kesedihan jelas terlihat di wajah keduanya. Meski berusaha tegar namun semua orang tahu bagaimana perasaan Kadir dan istrinya saat itu. Istri Kadir berkali-kali mengusap air matanya dengan ujung selendang yang tersampir di bahunya sambil mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.
Semua orang pun membisu dan menundukkan kepala saat rombongan pengantar jenazah itu melintas di hadapan mereka.
Jika semua orang menundukkan kepala, tapi tidak dengan Prashadi dan Artha. Keduanya justru mengamati pergerakan rombongan di hadapannya dengan intens.
Salah seorang pengusung keranda jenasah nampak mengedipkan mata seolah ingin memberi isyarat kepada Prashadi dan istrinya agar menundukkan pandangan. Namun sayang usahanya sia-sia karena Prashadi dan Artha sama sekali tak menatap kearahnya.
Prashadi dan Artha nampak sedikit bingung saat menyadari iringan pengantar jenasah itu 'terlalu panjang' seolah tak akan pernah habis. Mereka mengira hal itu disebabkan keluarga jenasah adalah keluarga terpandang. Hal itu menjadi wajar jika para kerabat ikut menunjukkan bela sungkawanya dengan cara mengantar jenasah hingga ke pemakaman.
Namun tiba-tiba Prashadi dan Artha tersentak saat mendengar suara Mak Is yang memanggil nama mereka berulangkali.
" Mas Pras, Mbak Artha ...!" panggil Mak Is sekali lagi sambil menyentuh lengan Prashadi dan Artha bersamaan.
" Astaghfirullah aladziim. I ... iya Mak. Ada apa, eh maksud Saya kenapa Mak ...?" tanya Prashadi gugup.
Pertanyaan Prashadi membuat Mak Is menggelengkan kepala. Dia yakin sesuatu telah terjadi pada pasangan suami istri di hadapannya itu.
" Kalian ngapain di sini ?" tanya Mak Is.
" Kami lagi ngeliatin ... eh, kok sepi. Kemana orang-orang Mak ?" tanya Prashadi sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
" Orang-orang yang mana Mas ?" tanya Mak Is.
" Orang sini lah. Maksud Saya, warga kampung sini Mak. Bukannya tadi mereka masih di sini ya ...?" tanya Prashadi bingung.
" Masih di sininya tuh jam berapa Mas ?. Sekarang coba liat, langit udah gelap tuh. Artinya udah mau malam kan ?. Terus kenapa Kalian masih berdiri di sini ?. Apa Kalian ga mau masuk dan terus berdiri di sini sampe Maghrib ?" tanya Mak Is.
Ucapan Mak Is tentu saja mengejutkan Prashadi dan Artha. Keduanya mendongakkan kepala dan terkejut melihat langit yang mulai gelap pertanda malam akan segera tiba.
" Lho kok begini Mas ?!" tanya Artha panik sambil memeluk lengan Prashadi dengan erat.
" Aku juga ga tau Sayang. Kayanya ada yang ga beres. Tadi Kita kan berdiri di sini bareng sama orang-orang. Tapi kok sekarang tinggal Kita aja. Terus kemana mereka. Dan kenapa ga bilang kalo iringan pengantar jenasah udah selesai," sahut Prashadi sambil mengusap wajahnya.
" Udah-udah jangan ribut lagi. Sekarang sebaiknya Kalian masuk ke dalam rumah ya. Jangan lupa basuh tangan, kaki dan muka biar sesuatu yang mengikuti Kalian pergi," kata Mak Is sambil melangkah lebih dulu menuju ke dalam rumah.
" Sesuatu apa Mak ?" tanya Artha penasaran sambil mengekori Mak Is.
Tiba-tiba Mak Is menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Artha yang masih mengikutinya. Artha pun refleks menghentikan langkahnya karena jalannya terhalang tubuh Mak Is.
" Bisa kan sekali-kali ga usah banyak tanya ?. Ikutin aja apa yang Saya bilang dan ga usah tanya macam-macam. Misalnya kenapa, ada apa, kok bisa, dan seterusnya. Bisa kan ...?" tanya Mak Is sambil menatap Artha lekat.
Merasa tertantang, Artha pun balas menatap kedua mata Mak Is tanpa mengiyakan permintaan wanita sepuh itu.
" Kalo ada sesuatu yang ga sesuai, pasti Saya tanya dong Mak. Apalagi Saya orang baru di sini dan ga tau apa-apa soal kampung ini. Wajar Saya tanya karena Saya ga mau terjadi sesuatu yang buruk," sahut Artha cepat.
" Tapi ga selamanya pertanyaan Kamu harus dijawab dan punya jawaban Mbak Artha," kata Mak Is gusar.
" Kenapa begitu Mak ?. Mak tinggal jelasin aja kok dan ...," ucapan Artha terputus karena Prashadi memotong cepat.
" Maafin Istri Saya ya Mak. Saya janji lain kali Kami ga akan kaya gini lagi deh," kata Prashadi sambil menarik Artha ke dalam pelukannya.
Ucapan Prashadi membuat Mak Is senang tapi tidak dengan Artha. Saat Mak Is mengomentari ucapan Prashadi, saat itu pula Artha membuang tatapannya kearah lain sambil berdecak kesal.
" Baik lah Mas. Saya ga akan perpanjang urusan sepele ini. Sekarang Kita masuk yuk," ajak Mak Is sambil tersenyum.
" Iya Mak ...," sahut Prashadi sambil tersenyum.
Kemudian Prashadi menggamit tangan Artha lalu membawanya melangkah dan masuk ke dalam rumah. Meski benaknya penuh dengan berbagai pertanyaan, namun Prashadi memilih bungkam sambil terus memikirkan keanehan yang dialaminya tadi.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Ulun Jhava
Kadang diam itu emas artha justru rasa penasaran yg berlebihan bs membawa petaka
2024-04-09
1
Maz Andy'ne Yulixah
Mulai Aneh🤔
2024-03-25
1
Ali B.U
next.
2024-03-24
2