Perjalanan Prashadi dan Artha menuju kota lain berjalan lancar. Di sana lah rumah yang dipinjamkan teman Prashadi itu berada.
Karena lelah menangis Artha pun tertidur di pelukan Prashadi yang kini berstatus suaminya. Berkali-kali Prashadi mendaratkan kecupan sayang di kening sang istri sambil menggumamkan banyak janji di hatinya.
" Di depan ada masjid Mas. Kita ke sana sebentar buat sholat Zuhur dan makan siang ya," kata supir bernama Marwan itu sambil menoleh kearah Prashadi.
" Iya Pak," sahut Prashadi.
Marwan pun tersenyum karena senang dengan respon Prashadi.
Mobil menepi dan Marwan pamit turun lebih dulu karena ingin ke toilet. Prashadi pun mengangguk mengiyakan. Kemudian dia menoleh kearah Artha.
" Sayang bangun. Kita sholat dulu yuk ...," bisik Prashadi sambil menepuk pipi Artha dengan lembut.
Artha pun membuka matanya perlahan lalu mengamati sekelilingnya sejenak. Setelahnya dia menegakkan tubuhnya sambil tersenyum.
" Belum sampe juga. Masih jauh ya Mas ?" tanya Artha.
" Lumayan. Insya Allah setelah Ashar Kita sampe," sahut Prashadi.
" Berarti masih lama dong," kata Artha sambil mengerucutkan bibirnya.
Melihat tingkah manja sang istri membuat Prashadi tertawa. Dengan gemas dia menarik Artha ke dalam pelukannya lalu mengecup bibirnya dengan cepat. Artha terkejut lalu menepuk lengan Prashadi.
" Jangan kaya gini Mas. Malu sama Pak Marwan," kata Artha mengingatkan.
" Santai aja Sayang. Pak Marwan udah turun duluan, katanya kebelet pipis. Jadi Aku boleh nambah peluk dong," pinta Prashadi sambil mengulurkan tangannya untuk kembali memeluk Artha.
" Ga boleh. Ntar kebablasan gimana ?!" tanya Artha sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
" Kalo kebalasan emangnya kenapa ?. Kita kan udah sah, halal ...!" sahut Prashadi.
" Iya Aku tau. Tapi Aku ga mau di sini Mas !. Walau pernikahan Kita sederhana dan bisa dibilang ala kadarnya, tapi please jangan belah duren di sini ya. Cari tempat lain lah. Ga mahal gapapa asal jangan di dalam mobil dan di area parkir masjid kaya gini !" kata Artha kesal.
Ucapan Artha tentu saja membuat Prashadi tertawa. Dia mengusak rambut Artha lalu mencubit pipinya dengan gemas.
" Kamu nih suudzon terus sama Suami. Siapa yang ngajakin belah duren di sini sih ?. Aku tuh bangunin Kamu karena mau ngajak Kamu sholat sekalian makan siang. Mungkin Kamu juga mau ke toilet buat ganti baju karena ga nyaman sama baju itu," kata Prashadi.
Artha pun ikut tertawa lalu menggelengkan kepala.
" Ga usah ganti Mas. Ribet. Aku pake baju ini aja," sahut Artha di sela tawanya.
" Ok. Kalo gitu ayo turun. Sholat dulu, abis itu Kita makan siang ...," ajak Prashadi yang diangguki Artha.
\=\=\=\=\=
Sementara itu di rumah Hisyam dan Supriyadi masih terlihat tenang. Nampaknya mereka belum menyadari kepergian anak-anak mereka.
Hisyam mengira Artha pergi hang out bersama teman-temannya seperti yang biasa dia lakukan sebelum mengenal Prashadi dulu.
Hisyam baru mencari Artha saat melihat Ari pulang dan saat jam menunjukkan pukul sembilan malam.
" Assalamualaikum ...," sapa Ari.
" Wa alaikumsalam. Lho, ini Ari Bund. Terus kemana Artha. Kok udah jam segini belum pulang juga ?" tanya Hisyam.
" Tunggu sebentar lagi Yah. Paling lagi di jalan," sahut Ina.
" Coba telepon Bund. Tanya dia dimana sekarang," pinta Hisyam.
Ina pun mengangguk lalu segera menghubungi Artha. Setelah beberapa kali mencoba ternyata gagal dan itu membuat Ina mulai cemas.
Ari yang mengetahui kecemasan kedua orangtuanya pun memilih masuk kamar dan pura-pura tak tahu.
" Gimana Bund ?" tanya Hisyam sesaat kemudian.
" Ga bisa Yah," sahut Ina.
" Kok tumben sih. Ayah coba juga tapi ga bisa. Kenapa ya ?. Apa terjadi sesuatu sama Artha Bund ?" tanya Hisyam.
" Hush ..., istighfar Yah. Jangan ngomong yang aneh-aneh. Ucapan orangtua tuh bisa jadi doa tau ga ?!" kata Ina sambil menatap kesal kearah suaminya.
" Astaghfirullah aladziim ..., maaf ya Bund. Terus gimana nih ?. Coba suruh Ari yang telepon. Kali aja kalo Ari yang telepon Artha mau jawab," pinta Hisyam.
Ari pun dipanggil dan diminta menghubungi Artha. Namun sayang ponsel Artha memang tak bisa dihubungi. Ina pun panik dan mulai menangis.
" Jangan nangis dong Bund. Kita tunggu sebentar lagi. Kalo ga bisa juga, terpaksa Kita lapor Polisi," kata Hisyam.
" Laporan Kita ga bakal ditanggapi Yah. Lebih baik Kita cari dulu ke rumah temennya Artha atau tanyain lewat telepon biar lebih praktis," saran Ari.
" Iya Ayah tau. Tapi gimana lagi caranya Ri ?. Kita kan ga punya nomor telepon atau alamat temennya Artha," kata Hisyam putus asa.
" Ayah sama Ibu tenang dulu ya. Aku ke rumah temennya Artha sebentar, nanti Aku minta alamat dan nomor ponsel temen-temen mereka," kata Ari.
" Iya deh. Tapi jangan lama-lama ya Ri, cepet pulang dan kasih kabar biar Kami ga khawatir," pinta Hisyam.
" Iya Yah. Aku pergi dulu ya," kata Ari sambil bergegas melajukan motornya meninggalkan rumah.
Sementara hal berbeda terjadi di rumah Supriyadi. Pria itu masih terlihat tenang karena mengira Prashadi sedang berlatih futsal. Prashadi memang masuk sebagai anggota inti team futsal yang sekarang sedang bersiap menghadapi pertandingan futsal yang akan digelar beberapa hari lagi. Sebulan belakangan Prashadi memang selalu pulang telat dengan alasan berlatih futsal.
Namun saat pukul sebelas malam Prashadi belum kembali, Titik dan Supriyadi pun mulai cemas. Mereka bahkan membangunkan Panji yang tertidur dan memintanya membantu mencari Prashadi.
" Aku ga seberapa kenal sama temennya Mas Pras Bu. Yang Aku tau cuma Bang Ari," sahut Panji sambil mengucek matanya.
" Ya udah gapapa. Cepet telepon si Ari dan tanyain dimana Masmu. Sekarang lagi sama dia atau ga," kata Titik.
" Emangnya boleh nelepon Bang Ari ?" tanya Panji sambil menatap kedua orangtuanya bergantian.
" Boleh. Kenapa Kamu harus nanya kaya gitu sih Ji ?" tanya Titik tak sabar.
" Kan Bapak sama Ibu pernah bilang kalo Aku dan Mas Pras ga boleh berhubungan sama keluarganya Pak Hisyam. Soalnya Bang Ari itu kan Anaknya Pak Hisyam, Kakaknya Artha ...," sahut Panji cuek.
Jawaban Panji tentu saja membuat Titik dan Supriyadi mati kutu. Keduanya nampak terdiam sesaat karena malu telah membuat peraturan seperti itu.
" Ehm, karena ini darurat, jadi Kamu boleh telepon dia Ji. Tolong tanya baik-baik ya, ga usah pake emosi. Bapak tunggu di depan," kata Supriyadi.
" Iya Pak," sahut Panji sambil tersenyum penuh makna.
Kemudian Panji menghubungi Ari. Namun sayang tak direspon oleh Ari karena saat itu Ari sedang duduk-duduk sambil bermain gitar bersama teman-temannya di pos ronda. Rupanya Ari sengaja mengulur waktu agar kedua orangtuanya tak bisa menemukan jejak Artha.
" Ga diangkat Bu," kata Panji sesaat kemudian.
Titik pun menghela nafas kecewa lalu segera keluar mengikuti suaminya.
\=\=\=\=\=
Di saat keluarga mereka sedang panik dan sibuk mencari keberadaan mereka, Prashadi dan Artha justru sedang bahagia.
Prashadi dan Artha tiba di rumah itu sekitar jam lima sore. Mereka sedikit kesulitan menemukan rumah itu. Apalagi sebelumnya mereka melewati gerbang desa yang sedikit unik. Anehnya Marwan memilih pamit setelah mengantar Prashadi dan Artha. Padahal sebelumnya Marwan berencana menginap di sana.
Kedatangan Prashadi dan Artha disambut oleh pengurus rumah yang bernama Mak Is. Wanita sepuh itu bahkan menyempatkan diri membawa Prashadi dan Artha berkeliling ke seluruh sudut rumah. Prashadi dan Artha nampak bahagia karena bisa menempati rumah yang masih dalam kondisi baik dengan perabotan yang lengkap.
" Makasih ya Mak," kata Artha dengan tulus.
" Sama-sama. Semoga Kalian betah hingga beranak pinak di sini," kata Mak Is sambil tersenyum.
" Aamiin ...," sahut Prashadi dan Artha bersamaan.
" Oh iya, satu lagi. Kalo ngambek jangan lama-lama ya. Ga enak," gurau Mak Is disambut tawa Prashadi dan Artha.
Setelah mengatakan itu Mak Is pun pulang meninggalkan sepasang pengantin baru itu begitu saja.
Kini Prashadi dan Artha sedang terbaring di tempat tidur dengan tubuh berpeluh usai melakukan kewajiban pertama mereka sebagai suami istri.
" Capek Sayang ...?" tanya Prashadi sambil menatap Artha yang sedang memejamkan mata.
" Iya. Kenapa Mas ...?" tanya Artha tanpa membuka matanya.
" Aku mau lagi," sahut Prashadi malu-malu.
" Boleh sih. Tapi ...," Artha sengaja menggantung ucapannya.
" Tapi kenapa ?" tanya Prashadi tak sabar.
" Itu Aku masih sakit Mas, capek juga. Emangnya Kamu ga capek ?. Kita kan abis jalan jauh tadi," kata Artha.
" Ga terlalu capek sih. Kita kan ga jalan tapi naik mobil tadi," sahut Prashadi.
" Ck, sama aja Mas ...," kata Artha sambil mencubit pinggang Prashadi dengan gemas hingga membuat sang suami tertawa.
Tawa Prashadi terhenti melihat Artha bangkit dari posisi berbaringnya lalu bersandar di sandaran tempat tidur.
" Kamu kenapa ?" tanya Prashadi sambil ikut bersandar di samping Artha.
" Gapapa, cuma merasa sedikit aneh aja. Apa Kamu juga ngerasain apa yang Aku rasain Mas ?" tanya Artha.
" Maksud Kamu aneh tuh apa Tha?" tanya Prashadi penasaran.
Artha pun menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan suaminya itu.
" Mmm ... jujur waktu masuk ke desa ini mendadak jantungku berdebar cepat Mas. Ga karuan banget dan debarannya terlalu cepat sampe Aku ngira kalo Aku kena serangan jantung mendadak tadi," kata Artha.
" Masa sih. Tapi Aku ga ngerasain apa-apa tuh. Kalo itu Kamu jadiin ukuran, sebenernya ga tepat ya. Wajar kalo Kamu merasa gugup karena di sini kan tempat asing dan ga seorang pun yang Kita kenal," kata Prashadi.
" Iya juga ya ...," sahut Artha hingga membuat Prashadi tersenyum.
" Terus apa lagi yang Kamu rasain ?" tanya Prashadi sambil mengusap peluh di kening Artha dengan punggung tangannya.
" Nah kalo yang ini bukan cuma perasaan, tapi Aku emang bener-bener ngeliat Mas," sahut Artha.
" Ngeliat apaan Tha ...?" tanya Prashadi.
" Waktu lewat deretan rumah besar di gerbang desa, Aku ngeliat banyak perempuan pake kemben lagi mondar-mandir di sana. Bukannya itu termasuk aneh karena pakaian kaya gitu kan jadul banget di jaman modern seperti ini. Apalagi dipake di musim penghujan kaya gini," sahut Artha.
" Perempuan mondar-mandir pake kemben ?" ulang Prashadi sambil mengerutkan keningnya.
" Iya Mas ...," sahut Artha.
" Perasaan Aku ga liat apa-apa di sana. Mungkin Kamu salah liat Sayang. Karena yang Aku liat rumah-rumah di sana semua pintunya dalam keadaan tertutup. Dan di sana juga sepi banget ga ada siapa-siapa. Emangnya Kamu ga denger waktu Aku nanya sama Pak Marwan tadi ?" tanya Prashadi.
" Nanya apa Mas ?" tanya Artha bingung.
Prashadi pun tersenyum karena yakin Artha masih melamun saat di perjalanan tadi. Keliatannya Artha masih memikirkan reaksi keluarganya atas pernikahan mereka.
" Aku tanya ini alamatnya bener atau ga. Soalnya Aku khawatir nyasar. Pak Marwan juga sempet ragu. Tapi pas masuk lebih dalem suasana desa keliatan normal kaya biasa, makanya Pak Marwan pun terus tancep gas," sahut Prashadi.
" Gitu ya ...," kata Artha yang diangguki Prashadi.
" Udah ga usah bingung. Kamu pasti cuma berhalusinasi aja tadi. Itu wajar karena Kamu kan lagi capek dan banyak pikiran," kata Prashadi sambil merengkuh bahu Artha dengan lembut.
" Iya Mas. Mungkin Aku emang salah liat tadi," sahut Artha sambil tersenyum.
" Terus sekarang gimana ?" tanya Prashadi.
" Apanya ?" tanya Artha.
" Kita ...," sahut Prashadi sambil menaik turunkan alisnya.
Artha yang mengerti isyarat suaminya pun berdecak sebal lalu membalikkan tubuhnya sambil menarik selimut.
" Ck, Kamu tuh ya. Tiduurr Mas ...!" kata Artha sambil memunggungi Prashadi.
Prashadi pun tertawa sambil menggelengkan kepala. Tak lama kemudian Prashadi ikut berbaring dan memejamkan mata seperti Artha.
Meski pun memejamkan mata, tapi Artha tidak tidur. Dia terus memikirkan keanehan yang dilihatnya di gerbang desa tadi. Artha yakin apa yang dilihatnya tadi nyata dan bukan halusinasi seperti yang dikatakan Prashadi.
" Baru hari pertama aja udah ada yang aneh. Semoga ke depannya ga ada lagi hal-hal aneh yang bakal Aku temuin. Aamiin ...," batin Artha penuh harap.
Setelah mengaminkan doanya sendiri Artha pun kembali memejamkan mata dan tidur.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
💎hart👑
dan kengerian pun dimulai
2024-04-26
1
Ali B.U
lanjut.
2024-03-24
2
Maz Andy'ne Yulixah
Kiraun santet nya didesa mereka ternyata didesa lain,,sudah mulai mau ada serem2 nya nie kak😁😅
2024-03-24
1