Hanum kaget saat membuka mata yang pertama dilihat adalah wajah Ken. Jarak mereka begitu dekat. Jantung Hanum kan langsung deg-degan.
Belum lagi tangan kokoh Om Ken memeluk pinggangnya. Hanum merasa risih dipeluk mesra seperti itu.
Dengan perlahan Hanum mengangkat tangan Ken agar menyingkir dari pinggangnya. Sengaja Hanum letakkan tangan Ken pada guling agar pria itu memeluk guling. Setelah itu Hanum tersenyum melihat Ken tidur sambil mendusel pada guling.
Bukankah tadi gulingnya ditengah-tengah. Kenapa tadi tidak di sana ya? gumam Hanum seraya menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.
Sementara Ken dengan mata yang masih tersisa terpejam, mengulum senyum tipis mendengar gumaman istrinya.
Hari pertama masuk kuliah, Hanum sudah berdandan rapi dan cantik sekali. Wajah cantik Hanum memang menurun dari sang ibu. Kulit putih, mulus, dan bersih, memang sudah dari sananya. Padahal dia tidak memakai pelembab atau pemutih wajah apapun, tapi wajahnya sudah glowing tanpa make up.
Hanum hanya menaburkan bedak baby di mukanya, dan lipstik pink yang memang bukan barang baru dan mahal. Tapi tetap saja tidak mengurangi kecantikan wajah Hanum.
"Om, bangun!" Hanum menggoyangkan pundak Ken.
Hanum tadi ke dapur, lalu membuat kopi untuk suaminya. Setelah itu ia kembali lagi ke kamar untuk memberikan kopi itu pada Ken, ternyata sang suami masih terlelap. Entah suaminya begadang hingga jam berapa, Hanum memang tidak tahu, karena ia sudah ke alam mimpi duluan.
"Om, hari ini aku kuliah. Katanya om mau mengantarku kuliah?" tanya Hanum masih menggoyangkan tubuh suaminya.
"Tuh aku sudah buat kopi. Nanti kopinya dingin. Ayo, Om, bangun!"
Ken mengerjapkan mata, lalu ia menatap mata indah istrinya. Gadis itu tersenyum manis. Senyum ala Pepsodent. Mendapat senyuman Hanum saja, Tarzan kecilnya sudah berdiri tegak.
Sial. Tarzan sialan! Kenapa kau malah bangun sih? Tadi malam kan kau sudah muntah banyak!
"Aku sudah buat kopi untuk om. Kalau tidak diminum nanti dingin!" ujarnya malu-malu.
"Terima kasih, Hanum. Kau sudah siap ternyata!"
"Hemm, ini adalah hari pertamaku kuliah. Aku harus berangkat awal. Aku sudah tidak sabar ingin sampai ke kampus!" senang gadis itu.
"Wah, kau senang sekali rupanya!
"Tentu saja. Om, cepatlah bangun!"
"Ya. Ya. Baiklah. Siapkan baju kantorku!" titah Ken pada istrinya.
"Eh, aku yang menyiapkan baju kantor, Om?"
"Kenapa? Tidak ada yang salah kan istri menyiapkan baju kantor untuk suaminya!"
"Hehehe. Nggak ada sih, Om! Tapi aku tidak pernah menyiapkan baju kantor sebelumnya. Emmm, bagaimana kalau om tidak suka. Atau warna yang kupilihkan untuk Om tidak cocok!"
"Siapkan saja. Apa yang nanti kau pilihkan akan aku pakai!"
"Hah, benarkah? Tapi nanti jangan protes ya!" senyum gadis itu mengembang.
"Hem. Cepat siapkan untukku!" perintah Ken seraya memasuki kamar mandi.
Hanum berjalan ke lemari pakaian suaminya. Ia memilih baju kantor untuk sang suami. Di sana sudah berjejer rapi pakaian kantor Ken, Hanum tinggal memilihkannya saja.
Ternyata tidak sulit. Tinggal menyocokkan saja kemeja dan dasinya, urusan pakaian selesai.
Setengah jam kemudian, Ken sudah selesai mandi. Pria itu keluar dari kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk di pinggangnya, melihat itu, Hanum jadi malu sendiri. Hanum pun langsung mengalihkan pandangannya pada tempat lain.
Ken yang melihat itu malah sengaja memamerkan otot-otot tangannya yang sangat seksi. Bahkan sengaja berlama-lama memamerkan dada bidangnya yang berbentuk kotak-kotak itu. Seketika pipi Hanum langsung berubah warna kemerahan. Merah bukan karena alergi, tapi saking malunya melihat suaminya bertelanjang dada seperti itu.
"Cepatlah pakai pakaian, Om! Aku tunggu Om di bawah!" ucap Hanum beranjak dari tempat duduknya.
Namun tangan Hanum langsung dicekal oleh Ken. Pria itu menatap intens manik istrinya. Tubuh Hanum membeku ditatap seperti itu.
"Om, mau apa?" jantung Hanum berdebar-debar.
Tanpa meminta izin Hanum, Ken mencium dan melumat bibir mungil gadis itu. Mata Hanum membelalak lebar, ini adalah pertama kali dirinya dicium oleh pria. Dan ciuman pertamanya sudah dicuri oleh suaminya sendiri. Apakah Hanum akan marah?
Tidak. Dia hanya terkejut dan syok. Saking syoknya, gadis itu menangis ketakutan. Ia berpikir kalau dirinya sedang diperkosa.
Melihat Hanum menangis, Ken menghentikan ciumannya. Ia baru tersadar kalau dirinya sudah menyakiti Hanum dengan memaksanya.
"Ma-af, Hanum. A-ku!"
"Aku tunggu, Om, dibawah!" ucap Hanum bergegas keluar dari kamar, meninggalkan Ken di kamar.
Hanum tidak ikut sarapan di ruang makan. Pasalnya Hanum takut dengan tatapan nakal suami Sofia. Matanya berkedip-kedip mirip lampu bohlam 5 Watt. Sungguh menyebalkan sekali.
"Kenapa kamu tidak ikut sarapan?" tanya Rangga pada Hanum.
Hanum yang tengah asyik dengan ponselnya, terkejut mendengar suara Rangga yang sudah berdiri di sampingnya sambil tersenyum lebar.
"Kau cantik sekali. Bagaimana bisa gadis secantik dan semuda dirimu menikah dengan pria dewasa seperti Ken? Apakah kau hamil duluan?"
Mata Hanum membola, "Ti-dak!"
"Jika bukan hamil duluan, lalu apa?" pria itu hendak memegang tangan Hanum, tapi Hanum langsung menepisnya, "Apa karena uang? Berapa per malamnya? Aku akan membayar 3x lipat apa yang diberikan Ken asal kau mau melayaniku juga!"
PLAKKK ....
Refleks tangan Hanum menampar pipi Rangga.
"Saya bukan wanita murahan, jaga ucapan Anda!" galak Hanum terlihat menahan amarahnya.
Rangga menatap tajam, gerahamnya menggertak kuat, tangannya terangkat ingin membalas, sayangnya saat itu juga Ken keluar dari rumah, berjalan ke arah mereka.
"Ada apa ini?" tanya Ken menatap heran pada Rangga.
"Ah, kami cuma mengobrol biasa!" ujarnya sambil mengulas senyum.
"Om, ayo! Aku sudah kesiangan ini!"
"Ah, baiklah. Ayo!"
Tanpa menoleh ke arah Rangga, Hanum langsung menaiki mobil suaminya. Jujur, sebenarnya dia sangat takut. Bahkan sempat tubuhnya bergetar hebat, tangan yang ia gunakan untuk menampar tadi, terasa kebas.
"Maafkan aku, Hanum. Tadi aku memang keterlaluan. Sekali lagi aku minta maaf!" Ken pikir, Hanum murung karena perbuatannya tadi. Ken tidak tahu saja, Hanum ketakutan gara-gara ulah Rangga.
"Tidak apa-apa, Om. Maaf, aku sudah menolak, Om. Aku belum terbiasa. Ciuman tadi memang pertama buat aku!" lirih Hanum.
"Apa? Serius kamu, Num? Jadi, tadi aku dong yang pertama nyuri ciuman kamu?" tanya Ken heran. Hanum menganggukkan kepalanya.
"Memang kamu nggak pernah ciuman sama si Edo itu?"
"Nggak, Om. Dia sangat menjaga aku. Makanya aku sayang banget sama Edo. Eh....!" Hanum keceplosan, "Maaf, Om. Hanum bukannya...!"
"Aku paham. Sepertinya kamu sayang banget sama cowok pengecut itu." Entah kenapa Ken tidak suka mendengar istrinya mengatakan sayang pada pria lain.
Hanum diam saja saat Ken mengatai Edo pengecut. Karena memang faktanya seperti itu. Edo memang pengecut.
Pria itu benar-benar sudah menyakiti hati Hanum, dengan meninggalkan Hanum sendirian di pelaminan. Bukan itu saja, gara-gara pria itu, bapaknya mengalami serangan jantung, dan akhirnya......
"Om, jangan salah paham. Dulu aku emang sayang sama Edo. Tapi dulu sebelum Edo menyakiti hatiku. Sekarang, aku sedang berusaha untuk menghapus jejak Edo di hati dan pikiran aku. Aku sedang belajar untuk menerima pernikahan kita. Aku harap, Om lebih sabar menghadapi aku ya. Dan bantu Hanum untuk...!"
"Untuk.....!" Ken menunggu kelanjutan ucapan istrinya.
"Untuk melangkah ke depan."
"Kalau begitu, ayo kita buat kesepakatan!" Ken menghentikan laju mobilnya di bahu jalan.
"Kesepakatan apa, Om?"
"Ayo kita sama-sama belajar menjalani rumah tangga ini. Aku menjadi suami yang baik, begitu juga dirimu, menjadi istri yang baik untukku."
"Om, yakin dengan pernikahan ini?"
"Kenapa? Apakah kau tidak yakin dengan pernikahan kita?"
"Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Aku ini bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah gadis miskin yatim-piatu. Jika bukan karena Om, entah jadi apa aku sekarang!"
"Jadi maksudmu Kau yakin menjalani pernikahan ini?" tanya Ken sekali lagi.
"Hemm!" Hanum menganggukkan kepalanya.
"Ah, aku pikir kau tidak yakin!" gumam Ken terlalu senang.
"Apa, Om? Om bilang apa?"
"Ah, tidak ada." Ken senyum-senyum sendiri. Ken kembali melanjutkan laju mobilnya.
"Emmm, tapi, Om tidak minta yang itu dulu kan?" tanya Hanum, malu sebenarnya bertanya seperti itu.
"Itu apa?" Ken sengaja menggoda Hanum.
"Itu.....! Sesuatu yang harus dilakukan suami istri!"
Krikk .... Krikk ... Krikk
Bersambung .....
Ayo kasih author semangat dengan kasih like, vote, dan rate bintang 5.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Rosliza Maznah
maluuu
2024-09-09
0
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
2024-07-29
0
🟢⏤͟͟͞R🔰π¹¹™𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆❤
dan tiba2 jangkrik pun berbunyi di dalam mobil🤣🤣🤣
2024-07-04
1