"Benarkah ini?" gumam Ken dalam hati, lalu ia mencubit lengannya sendiri, memastikan apakah dia mimpi atau nyata.
"Wohohoho." Ken tertawa girang, ingin rasanya loncat-loncat mendengar ucapan Istrinya. Tapi dia terlalu tua untuk melakukan itu, malu rasanya.
Seperti mendapatkan bonus, akhirnya penantiannya berakhir juga. Dua hari di Bandung ia memang sempat gelisah dan bingung, ia berpikir mau dibawa kemana kisah rumah tangganya, sementara berumah tangga dengan Hanum sama sekali tidak ada perubahan ataupun kemajuan. Sempat ia menyerah dan ingin kembali seperti sedia kala, menjadi pria bebas menikmati hidup dengan wanita-wanita cantik.
Namun sayang, niat untuk melakukan itu tiba-tiba saja urung mengingat wajah Hanum terus menari-nari di kepalanya. Berat rasanya untuk mengkhianati pernikahannya dengan Hanum. Dia sudah terlanjur sayang dengan istri kecilnya itu.
Dan hari ini Ken mendengar secara langsung dari mulut istrinya, Hanum sudah bersedia untuk diajak tempur. Selamat untuk Ken, akhirnya Tarzan miliknya akan bersilahturahmi dan bergelantungan di hutan rimba milik sang istri, tentunya yang bukan ilegal.
"Om, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Hanum merasa aneh melihat suaminya seperti itu.
"Hahaha, tidak apa-apa. Kau harus cepat sembuh biar kita.....!" mata Ken kedip-kedip kayak lampu petromak, Hanum langsung nyengir merinding.
"Om, aku sudah tidak apa-apa. Kita pulang saja ya! Aku bosan di rumah sakit!"
"Jangan!" ujar Ken, "Tunggu sampai kau benar-benar pulih. Baru boleh pulang!"
"Iya. Baiklah, Om!"
"Emmm, boleh tidak kau mengubah nama panggilanmu padaku? Masa kau akan terus memanggilku Om. Nanti dikira kau sugar baby-ku!"
Mendengar protes Ken, Hanum langsung terkekeh geli. Benar saja apa yang dikatakan Om Ken. Jika dia terus memanggil suaminya dengan panggilan Om, orang yang mendengar pasti mengira kalau dirinya sugar baby-nya om Ken.
"Tapi Hanum harus panggil apa?" tanya Hanum dengan polosnya.
"Ya terserah saja. Tapi jangan Om atau Kek saja!"
Hanum semakin tertawa lepas, "Iya, baiklah. Tapi kira-kira Hanum harus panggil apa?"
"Kan sudah kubilang terserah!"
"Kalau terserah, Hanum bingung, Om!" kekeh Hanum.
"Baiklah kalau begitu. Kau panggil aku sayang atau cinta. Hubby juga boleh. Lebih romantis!"
Mendengar itu pipi Hanum langsung merona merah. Belum terbiasa tapi ia akan mencoba menjadi istri yang baik.
"Baiklah. Hanum panggil, Hubby, saja!" jawab Hanum malu-malu meong.
"Nah, tuh bagus!" Ken tertawa riang.
*****
Tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Hanum sudah diperbolehkan pulang. Ken terlihat sangat senang dan sumringah, karena sebentar lagi keinginan untuk bertempur dengan istri kecilnya akan segera terwujud, berbeda dengan Hanum, wajahnya pias, gerak tubuhnya gelisah. Dan Ken bisa melihat itu dari cara duduk Hanum yang tidak tenang.
"Kau kenapa?" tanya Ken pada Hanum yang sedari tadi gelisah di dalam mobil.
"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang gelisah bertemu dengan keluarga om yang menakutkan itu! Eh, maksudnya... keluarga Hubby!" Hanum tertawa kecil, berusaha untuk mencairkan suasana.
Ken tidak marah, justru terkekeh, "Jangan takut. Mulai sekarang akan melindungi mu!" ujar Ken menggenggam tangan mungil Hanum.
"Sebenarnya bukan takut pada keluarga, Om! Justru sekarang aku takut sama, Om!" ingin rasanya Hanum mengatakan itu, tapi ia tidak bisa. Takut Ken kecewa, bukankah Hanum sendiri yang mengatakan siap menjadi seorang istri seutuhnya.
Begitu mobil sampai di halaman rumah, Ken dengan penuh perhatian membukakan pintu mobil untuk Hanum. Hanum tersenyum kecil, dia senang diperlakukan seperti itu. Merasa menjadi seorang putri di negeri dongeng.
"Hanum, kau sudah pulang?" tanya mama Ambar terlihat begitu mencemaskannya.
Sontak Hanum terkejut melihat perubahan sikap mama Ambar yang sangat aneh dipandangan gadis itu.
"Iya, Mah!" sahut Hanum seraya melirik ke arah suaminya. Ken hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Maafkan mama ya! Mama harusnya nggak menghukum kamu, kamu nggak mungkin celaka. Mama juga nggak tau kalau kamu nggak bisa berenang!" ucap wanita paruh baya itu. Hanum sampai tercengang mendengar penuturannya.
Bukankah dia seneng kalo aku celaka? Aneh banget. Kenapa tiba-tiba berubah ya?!? Hanum membatin.
"Hanum baru pulang dari rumah sakit, Mah. Aku akan membawa dia naik ke atas untuk beristirahat!" sela Ken mengulum senyum tipis.
"Baiklah. Hanum memang perlu istirahat. Nanti mama akan suruh Bi nur untuk membuatkan bubur buat Hanum!"
"Terima kasih banyak mamah mau bersikap baik sama Hanum. Semoga ke depannya juga seperti itu!" sindir Ken pada mamanya.
Mama Ambar tidak membalas ucapan Ken, tapi melihat raut wajahnya, sepertinya Mama Ambar terlihat kesal dan dongkol. Entah apa yang dilakukan Ken pada mamahnya, sehingga hari ini sikap mama Ambar terlihat manis di depan Hanum.
"Kenapa sikap Mama tiba-tiba berubah? Apa yang Hubby katakan pada mama?" tanya Hanum begitu mereka sampai di kamar.
"Hehehehe, aku cuma sedikit mengancamnya. Kau tidak usah memikirkan mama. Okey!"
"Apakah Hubby menginginkan anak?" tanya Hanum tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh tanda tanya.
"Tentu saja ingin. Lagian tujuan kita menikah kan memang menginginkan anak!" jawab Ken dengan semangat, percaya bahwa tujuan pernikahan mereka jelas dan sederhana.
Hanum terkekeh pelan, sedih dan ironis. Sejenak dia menahan tawa, tangannya mencengkeram erat kain sprei.
"Apakah Hubby lupa bagaimana awal pertama kali menikah?" gumamnya pelan, terguncang oleh kenangan pahit yang mendera hati.
Sepertinya memang Ken amnesia, tak mengingat bahwa mereka menikah bukanlah karena cinta yang tulus, melainkan karena paksaan dari bapaknya yang ingin mengikat nasib mereka dalam janji suci tanpa mempertimbangkan perasaan masing-masing.
"Kenapa? Apa kau tidak menginginkan anak?" Ken balik bertanya, "Lihatlah aku. Usiaku sudah kepala tiga. Jadi aku sudah sangat pantas memiliki keturunan!"
"Kau sudah siapkan? Kau sendiri yang mengatakan kalau kau sudah siap menjadi istriku sepenuhnya. Itu berarti harus siap menjadi ibu untuk anak-anakku!" ucap Ken dengan tersenyum.
"Lalu bagaimana kalau aku hamil. Aku kan baru kuliah, Bie!"
"Memang kenapa? Banyak kok mahasiswi yang sudah menikah saat kuliah!"
"Tapi rasanya lucu, masa anak kecil hamil anak kecil!" Hanum terkikik sendiri membayangkan dirinya mempunyai bayi di usia muda.
"Sssssssstttttttt, jangan begitu! Banyak kok perempuan yang hamil di usia 18 tahun. Jika kau melahirkan mungkin kau sudah berusia 20 tahun. Usiamu sudah bukan 18 tahun lagi, tapi 19 tahun. Pas melahirkan pasti sudah berusia 20 tahun.Jadi aku rasa usiamu cukup untuk memiliki anak!" balas Ken lalu naik ke kasur. Ia membalikkan tubuh Hanum, dan menciumnya lembut.
"Om.....!" Hanum lupa, ia memanggil Ken dengan panggilan Om lagi karena saking gugupnya.
"Oh, kau lupa rupanya! Kau minta dihukum ya!" bisik Ken tepat di telinga Hanum.
"Emmm, maksudku, Hubby!" Hanum terkiki sendiri merasa geli karena tangan Ken tidak berhenti menggerayangi tubuhnya.
"Nah, itu baru bener!" balas Ken, "Tadi apa yang ingin kau tanyakan?"
"Itu....! Melakukan itu katanya sakit!" ujar Hanum, pipinya sudah semakin merona, "Aku takut!"
"Aku akan melakukannya pelan-pelan!" jawab Ken tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Rosliza Maznah
malu lg
2024-09-10
0
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-07-29
0
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Kereeen ini panggilannya
2024-06-17
1