Bab 15 : Pulang Ke Rumah

"Benarkah ini?" gumam Ken dalam hati, lalu ia mencubit lengannya sendiri, memastikan apakah dia mimpi atau nyata.

"Wohohoho." Ken tertawa girang, ingin rasanya loncat-loncat mendengar ucapan Istrinya. Tapi dia terlalu tua untuk melakukan itu, malu rasanya.

Seperti mendapatkan bonus, akhirnya penantiannya berakhir juga. Dua hari di Bandung ia memang sempat gelisah dan bingung, ia berpikir mau dibawa kemana kisah rumah tangganya, sementara berumah tangga dengan Hanum sama sekali tidak ada perubahan ataupun kemajuan. Sempat ia menyerah dan ingin kembali seperti sedia kala, menjadi pria bebas menikmati hidup dengan wanita-wanita cantik.

Namun sayang, niat untuk melakukan itu tiba-tiba saja urung mengingat wajah Hanum terus menari-nari di kepalanya. Berat rasanya untuk mengkhianati pernikahannya dengan Hanum. Dia sudah terlanjur sayang dengan istri kecilnya itu.

Dan hari ini Ken mendengar secara langsung dari mulut istrinya, Hanum sudah bersedia untuk diajak tempur. Selamat untuk Ken, akhirnya Tarzan miliknya akan bersilahturahmi dan bergelantungan di hutan rimba milik sang istri, tentunya yang bukan ilegal.

"Om, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Hanum merasa aneh melihat suaminya seperti itu.

"Hahaha, tidak apa-apa. Kau harus cepat sembuh biar kita.....!" mata Ken kedip-kedip kayak lampu petromak, Hanum langsung nyengir merinding.

"Om, aku sudah tidak apa-apa. Kita pulang saja ya! Aku bosan di rumah sakit!"

"Jangan!" ujar Ken, "Tunggu sampai kau benar-benar pulih. Baru boleh pulang!"

"Iya. Baiklah, Om!"

"Emmm, boleh tidak kau mengubah nama panggilanmu padaku? Masa kau akan terus memanggilku Om. Nanti dikira kau sugar baby-ku!"

Mendengar protes Ken, Hanum langsung terkekeh geli. Benar saja apa yang dikatakan Om Ken. Jika dia terus memanggil suaminya dengan panggilan Om, orang yang mendengar pasti mengira kalau dirinya sugar baby-nya om Ken.

"Tapi Hanum harus panggil apa?" tanya Hanum dengan polosnya.

"Ya terserah saja. Tapi jangan Om atau Kek saja!"

Hanum semakin tertawa lepas, "Iya, baiklah. Tapi kira-kira Hanum harus panggil apa?"

"Kan sudah kubilang terserah!"

"Kalau terserah, Hanum bingung, Om!" kekeh Hanum.

"Baiklah kalau begitu. Kau panggil aku sayang atau cinta. Hubby juga boleh. Lebih romantis!"

Mendengar itu pipi Hanum langsung merona merah. Belum terbiasa tapi ia akan mencoba menjadi istri yang baik.

"Baiklah. Hanum panggil, Hubby, saja!" jawab Hanum malu-malu meong.

"Nah, tuh bagus!" Ken tertawa riang.

*****

Tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Hanum sudah diperbolehkan pulang. Ken terlihat sangat senang dan sumringah, karena sebentar lagi keinginan untuk bertempur dengan istri kecilnya akan segera terwujud, berbeda dengan Hanum, wajahnya pias, gerak tubuhnya gelisah. Dan Ken bisa melihat itu dari cara duduk Hanum yang tidak tenang.

"Kau kenapa?" tanya Ken pada Hanum yang sedari tadi gelisah di dalam mobil.

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang gelisah bertemu dengan keluarga om yang menakutkan itu! Eh, maksudnya... keluarga Hubby!" Hanum tertawa kecil, berusaha untuk mencairkan suasana.

Ken tidak marah, justru terkekeh, "Jangan takut. Mulai sekarang akan melindungi mu!" ujar Ken menggenggam tangan mungil Hanum.

"Sebenarnya bukan takut pada keluarga, Om! Justru sekarang aku takut sama, Om!" ingin rasanya Hanum mengatakan itu, tapi ia tidak bisa. Takut Ken kecewa, bukankah Hanum sendiri yang mengatakan siap menjadi seorang istri seutuhnya.

Begitu mobil sampai di halaman rumah, Ken dengan penuh perhatian membukakan pintu mobil untuk Hanum. Hanum tersenyum kecil, dia senang diperlakukan seperti itu. Merasa menjadi seorang putri di negeri dongeng.

"Hanum, kau sudah pulang?" tanya mama Ambar terlihat begitu mencemaskannya.

Sontak Hanum terkejut melihat perubahan sikap mama Ambar yang sangat aneh dipandangan gadis itu.

"Iya, Mah!" sahut Hanum seraya melirik ke arah suaminya. Ken hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.

"Maafkan mama ya! Mama harusnya nggak menghukum kamu, kamu nggak mungkin celaka. Mama juga nggak tau kalau kamu nggak bisa berenang!" ucap wanita paruh baya itu. Hanum sampai tercengang mendengar penuturannya.

Bukankah dia seneng kalo aku celaka? Aneh banget. Kenapa tiba-tiba berubah ya?!? Hanum membatin.

"Hanum baru pulang dari rumah sakit, Mah. Aku akan membawa dia naik ke atas untuk beristirahat!" sela Ken mengulum senyum tipis.

"Baiklah. Hanum memang perlu istirahat. Nanti mama akan suruh Bi nur untuk membuatkan bubur buat Hanum!"

"Terima kasih banyak mamah mau bersikap baik sama Hanum. Semoga ke depannya juga seperti itu!" sindir Ken pada mamanya.

Mama Ambar tidak membalas ucapan Ken, tapi melihat raut wajahnya, sepertinya Mama Ambar terlihat kesal dan dongkol. Entah apa yang dilakukan Ken pada mamahnya, sehingga hari ini sikap mama Ambar terlihat manis di depan Hanum.

"Kenapa sikap Mama tiba-tiba berubah? Apa yang Hubby katakan pada mama?" tanya Hanum begitu mereka sampai di kamar.

"Hehehehe, aku cuma sedikit mengancamnya. Kau tidak usah memikirkan mama. Okey!"

"Apakah Hubby menginginkan anak?" tanya Hanum tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh tanda tanya.

"Tentu saja ingin. Lagian tujuan kita menikah kan memang menginginkan anak!" jawab Ken dengan semangat, percaya bahwa tujuan pernikahan mereka jelas dan sederhana.

Hanum terkekeh pelan, sedih dan ironis. Sejenak dia menahan tawa, tangannya mencengkeram erat kain sprei.

"Apakah Hubby lupa bagaimana awal pertama kali menikah?" gumamnya pelan, terguncang oleh kenangan pahit yang mendera hati.

Sepertinya memang Ken amnesia, tak mengingat bahwa mereka menikah bukanlah karena cinta yang tulus, melainkan karena paksaan dari bapaknya yang ingin mengikat nasib mereka dalam janji suci tanpa mempertimbangkan perasaan masing-masing.

"Kenapa? Apa kau tidak menginginkan anak?" Ken balik bertanya, "Lihatlah aku. Usiaku sudah kepala tiga. Jadi aku sudah sangat pantas memiliki keturunan!"

"Kau sudah siapkan? Kau sendiri yang mengatakan kalau kau sudah siap menjadi istriku sepenuhnya. Itu berarti harus siap menjadi ibu untuk anak-anakku!" ucap Ken dengan tersenyum.

"Lalu bagaimana kalau aku hamil. Aku kan baru kuliah, Bie!"

"Memang kenapa? Banyak kok mahasiswi yang sudah menikah saat kuliah!"

"Tapi rasanya lucu, masa anak kecil hamil anak kecil!" Hanum terkikik sendiri membayangkan dirinya mempunyai bayi di usia muda.

"Sssssssstttttttt, jangan begitu! Banyak kok perempuan yang hamil di usia 18 tahun. Jika kau melahirkan mungkin kau sudah berusia 20 tahun. Usiamu sudah bukan 18 tahun lagi, tapi 19 tahun. Pas melahirkan pasti sudah berusia 20 tahun.Jadi aku rasa usiamu cukup untuk memiliki anak!" balas Ken lalu naik ke kasur. Ia membalikkan tubuh Hanum, dan menciumnya lembut.

"Om.....!" Hanum lupa, ia memanggil Ken dengan panggilan Om lagi karena saking gugupnya.

"Oh, kau lupa rupanya! Kau minta dihukum ya!" bisik Ken tepat di telinga Hanum.

"Emmm, maksudku, Hubby!" Hanum terkiki sendiri merasa geli karena tangan Ken tidak berhenti menggerayangi tubuhnya.

"Nah, itu baru bener!" balas Ken, "Tadi apa yang ingin kau tanyakan?"

"Itu....! Melakukan itu katanya sakit!" ujar Hanum, pipinya sudah semakin merona, "Aku takut!"

"Aku akan melakukannya pelan-pelan!" jawab Ken tersenyum lebar.

Terpopuler

Comments

Rosliza Maznah

Rosliza Maznah

malu lg

2024-09-10

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusceria

2024-07-29

0

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Kereeen ini panggilannya

2024-06-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kondangan
2 Bab 2 : Niat Kondangan Malah Jadi Manten
3 Bab 3 : Aku Bukan Tua, Tapi Matang!
4 Bab 4 : Tarzan Bergelantungan
5 Bab 5 : Om ganteng dan baik
6 Bab 6 : Ah, SHITT
7 Bab 7 : Kapan Godaan Ini Berakhir????
8 Bab 8 : Senam Jari
9 Bab 9 : First Kiss
10 Bab 10 : Dia Bukan Mama Kandungku!!!!
11 Bab 11 : Hanum Muram
12 Bab 12 : Sisi Terkuat Hanum
13 Bab 13 : Ken Datang Tepat Waktu
14 Bab 14 : Melakukan Apa?
15 Bab 15 : Pulang Ke Rumah
16 Bab 16 : Tarzan Gagal Bergelantungan
17 Bab 17 : Senam Jari Lagi Deh!!!!
18 Bab 18 : Ketika Dua Sahabat Bertemu
19 Bab 19 : Hanum Sakit
20 Bab 20 : Ken Diusir
21 Bab 21 : Cairan Bening, Agak Keputihan
22 Bab 22 : Aku Siap!!!!???!!!
23 Bab 23 : Mandi Bareng
24 Bab 24 : Pertemuan dengan Edo, Bikin Sesak Hati Om Ken
25 Bab 25 : Perundungan
26 Bab 26 : Kedatangan Tamu Tak Diundang
27 Bab 27 : Apakah Kedua Putrimu Bisa Diandalkan?
28 Bab 28 : Kedatangan Ken
29 Bab 29 : Gaya Menungging
30 Bab 30 : Banyolan Garing
31 Bab 31 : Kenzo Rayyan Alvaro
32 Bab 32 : Jalan-jalan Malam
33 Bab 33 : Aku Bisa Khilaf
34 Bab 34 : Restaurant
35 Bab 35 : Uncle Err dan Aunty Soraya
36 Bab 36 : Apa Hubby Cemburu????
37 Bab 37 : Kerjasama
38 Bab 38 : Kikuk-Kikuk
39 Bab 39 : Kamu Harus Tanggungjawab
40 Bab 40 : Aku Pemilik Perusahaan Itu, Hanum!!!
41 bab 41 : C E O
42 Bab 42 : Pesona Ken
43 Bab 43 : Terciduk
44 Bab 44 : Talak 3
45 Bab 45 : Apa Kau Cemburu?
46 Bab 46 : Maaf Aku Tidak Mau Ikut Campur
47 Bab 47 : Baju Mirip Saringan Teh
48 Bab 48 : Kisah Harun
49 Bab 49 : Soal Edo
50 Bab 50 : Lain Kali Tidak Mau Ikut!!!
51 Ba 51 : Dijebak Kok Sampai Hamil?!?
52 Bab 52 : Pengen Punya Anak
53 Bab 53 : Duo Gesrek
54 Bab 54 : Motor Yang Melaju Kencang
55 Bab 55 : Ken vs Harun
56 Bab 56 : Rangga Kabur
57 Bab 57 : Kemarahan Hanum
58 Bab 58 : Panggilan Dosen
59 Bab 59 : Rasa Takut Hanum
60 Bab 60 : Kemarahan Ken
61 Bab 61 : Sekarang Ken Murka
62 Bab 62 : Menyusul Hanum
63 Bab 63 : Permintaan Maaf Ken
64 Bab 64 : Nasehat Uncle Err
65 Bab 65 : Kritis
66 Bab 66 : Siapa Dalangnya?!?
67 Bab 67 : Edo Ditangkap Polisi
68 Bab 68 : Aku Nggak Rela Hanum Dinikahi Pria Tua
69 Bab 69 : Aku Sedang Palang Merah
70 Bab 70 : Sama Sekali Nggak Cocok Sama Hanum!!!
71 Bab 71 : Ke Rumah Uncle Err
72 Bab 72 : Sama-sama Diam
73 Bab 73 : Puk-Puk
74 Bab 74 : Tarsan Kepedesan
75 Bab 75 : Mau Nggak Om Jadi Pacar Aku?!!?
76 Bab 76 : Hutang
77 Bab 77 : Perempuan Tidak Punya Malu
78 Bab 78 : Saya Ingin Om Terpesona Dengan Saya!?!
79 Bab 79 : Ken Mual-Muntah
80 Bab 80 : Atau Jangan-jangan Penyakit Menular?!?
81 Bab 81 : Kehamilan Simpatik
82 Bab 82 : Kenapa Menangis Gara-gara Cowok?
83 Bab 83 : Keluarga Rakus
84 Bab 84 : Aku Nggak Bakal Diam!!!!
85 Bab 85 : Ya Jelas Aku Cemburu
86 Bab 86 : Rencana Liburan Sessions 1
87 Bab 87 : Rencana Liburan Sessions 2
88 Pengumuman
89 Bab 89 : Jalan Maju Mundur Kena
90 Bab 90 : Teman Bule
91 Bab 91 : Model Pakaianmu Jelek
92 Bab 92 : Ngidamnya Hanum
93 Bab 93 : Om Tuh Setannya!!!!
94 Episode 94 : Kecelakaan
95 Episode 95 : Panggil Bram!!!!
96 Bab 96 : Gara-gara Sayang!?!
97 Bab 97 : Ungkapan Perasaan Dave
98 Bab 98 : Gara-gara Namamu, Rumah Tanggaku Hampir Hancur!!!!
99 Bab 99 : Rencana Ngelamar
100 Bab 100 : Pengumuman
101 Bab 101 : Jadi, Pria Yang Membuat Kamu Patah Hati, Dave?
102 Bab 102 : Rumah Sakit
103 Bab 103 : Pria Bertopi Hitam
104 Bab 104 : Calon Mertua
105 Bab 105 : Belum Disunat
106 Bab 106 : Aku Belum Sunat!!!
107 Bab 107 : Disunat
108 Bab 108 : Jahitan Yang Terlepas
109 Bab 109 : Surat Apa Ini?!!?
110 Bab 110 : Bingung Mau Kasih Judul Apa???
111 Bab 111 : Ahhh, SHITT!!!!
112 Bab 112
113 Bab 113 : Lamaran Diterima
114 Bab 114 : Maaf, Saya Sudah Menikah!
115 Bab 115 : Terserah Deh, Mau Judul Apa
116 Bab 116 : Kehangatan Sebuah Keluarga
117 Bab 117 : Rencana Melamar
118 Bab 118 : Tiga Ibu Julid
119 Bab 119 : Ziarah
120 Bab 120 : Ganteng Pisan!!!!
121 Bab 121 : Liontin Bentuk Hati
122 Bab 122 : Lo Masih Idup?!?
123 Bab 123 : Jangan Main Rahasia-rahasiaan!!!
124 Bab 124 : Pertemuan Bapak dan Anak
125 Bab 125 : Kamila Andini
126 Bab 126 : Aku Sumpahin Itunya Impoten
127 Bab 127 : Pengumuman
128 Bab 128 : Rencana Pindah
129 Bab 129 : Akhirnya Sah
130 Bab 130 : Malam Ini Tidur Diluar
131 Bab 131 : Nah Ini Yang Kayak Jamur!!
132 Bab 132
133 Bab 133 : Baba
134 Bab 134 : Selamat Ya!!!
135 Bab 135 : Karya Baru
136 Bab 136 : Koper Isi Baju Haram
137 Bab 137 : Papa
138 Bab 138 : Terserah Mau Kasih Judul Apa???
139 Bab 139 : Penjelasan Jane
140 Bab 140 : Akhirnya
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145 : Lima Tahun Kemudian
146 Bab 146
147 Bab 147 : Mau Ngenalin Karya Baru Aku
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Bab 1 : Kondangan
2
Bab 2 : Niat Kondangan Malah Jadi Manten
3
Bab 3 : Aku Bukan Tua, Tapi Matang!
4
Bab 4 : Tarzan Bergelantungan
5
Bab 5 : Om ganteng dan baik
6
Bab 6 : Ah, SHITT
7
Bab 7 : Kapan Godaan Ini Berakhir????
8
Bab 8 : Senam Jari
9
Bab 9 : First Kiss
10
Bab 10 : Dia Bukan Mama Kandungku!!!!
11
Bab 11 : Hanum Muram
12
Bab 12 : Sisi Terkuat Hanum
13
Bab 13 : Ken Datang Tepat Waktu
14
Bab 14 : Melakukan Apa?
15
Bab 15 : Pulang Ke Rumah
16
Bab 16 : Tarzan Gagal Bergelantungan
17
Bab 17 : Senam Jari Lagi Deh!!!!
18
Bab 18 : Ketika Dua Sahabat Bertemu
19
Bab 19 : Hanum Sakit
20
Bab 20 : Ken Diusir
21
Bab 21 : Cairan Bening, Agak Keputihan
22
Bab 22 : Aku Siap!!!!???!!!
23
Bab 23 : Mandi Bareng
24
Bab 24 : Pertemuan dengan Edo, Bikin Sesak Hati Om Ken
25
Bab 25 : Perundungan
26
Bab 26 : Kedatangan Tamu Tak Diundang
27
Bab 27 : Apakah Kedua Putrimu Bisa Diandalkan?
28
Bab 28 : Kedatangan Ken
29
Bab 29 : Gaya Menungging
30
Bab 30 : Banyolan Garing
31
Bab 31 : Kenzo Rayyan Alvaro
32
Bab 32 : Jalan-jalan Malam
33
Bab 33 : Aku Bisa Khilaf
34
Bab 34 : Restaurant
35
Bab 35 : Uncle Err dan Aunty Soraya
36
Bab 36 : Apa Hubby Cemburu????
37
Bab 37 : Kerjasama
38
Bab 38 : Kikuk-Kikuk
39
Bab 39 : Kamu Harus Tanggungjawab
40
Bab 40 : Aku Pemilik Perusahaan Itu, Hanum!!!
41
bab 41 : C E O
42
Bab 42 : Pesona Ken
43
Bab 43 : Terciduk
44
Bab 44 : Talak 3
45
Bab 45 : Apa Kau Cemburu?
46
Bab 46 : Maaf Aku Tidak Mau Ikut Campur
47
Bab 47 : Baju Mirip Saringan Teh
48
Bab 48 : Kisah Harun
49
Bab 49 : Soal Edo
50
Bab 50 : Lain Kali Tidak Mau Ikut!!!
51
Ba 51 : Dijebak Kok Sampai Hamil?!?
52
Bab 52 : Pengen Punya Anak
53
Bab 53 : Duo Gesrek
54
Bab 54 : Motor Yang Melaju Kencang
55
Bab 55 : Ken vs Harun
56
Bab 56 : Rangga Kabur
57
Bab 57 : Kemarahan Hanum
58
Bab 58 : Panggilan Dosen
59
Bab 59 : Rasa Takut Hanum
60
Bab 60 : Kemarahan Ken
61
Bab 61 : Sekarang Ken Murka
62
Bab 62 : Menyusul Hanum
63
Bab 63 : Permintaan Maaf Ken
64
Bab 64 : Nasehat Uncle Err
65
Bab 65 : Kritis
66
Bab 66 : Siapa Dalangnya?!?
67
Bab 67 : Edo Ditangkap Polisi
68
Bab 68 : Aku Nggak Rela Hanum Dinikahi Pria Tua
69
Bab 69 : Aku Sedang Palang Merah
70
Bab 70 : Sama Sekali Nggak Cocok Sama Hanum!!!
71
Bab 71 : Ke Rumah Uncle Err
72
Bab 72 : Sama-sama Diam
73
Bab 73 : Puk-Puk
74
Bab 74 : Tarsan Kepedesan
75
Bab 75 : Mau Nggak Om Jadi Pacar Aku?!!?
76
Bab 76 : Hutang
77
Bab 77 : Perempuan Tidak Punya Malu
78
Bab 78 : Saya Ingin Om Terpesona Dengan Saya!?!
79
Bab 79 : Ken Mual-Muntah
80
Bab 80 : Atau Jangan-jangan Penyakit Menular?!?
81
Bab 81 : Kehamilan Simpatik
82
Bab 82 : Kenapa Menangis Gara-gara Cowok?
83
Bab 83 : Keluarga Rakus
84
Bab 84 : Aku Nggak Bakal Diam!!!!
85
Bab 85 : Ya Jelas Aku Cemburu
86
Bab 86 : Rencana Liburan Sessions 1
87
Bab 87 : Rencana Liburan Sessions 2
88
Pengumuman
89
Bab 89 : Jalan Maju Mundur Kena
90
Bab 90 : Teman Bule
91
Bab 91 : Model Pakaianmu Jelek
92
Bab 92 : Ngidamnya Hanum
93
Bab 93 : Om Tuh Setannya!!!!
94
Episode 94 : Kecelakaan
95
Episode 95 : Panggil Bram!!!!
96
Bab 96 : Gara-gara Sayang!?!
97
Bab 97 : Ungkapan Perasaan Dave
98
Bab 98 : Gara-gara Namamu, Rumah Tanggaku Hampir Hancur!!!!
99
Bab 99 : Rencana Ngelamar
100
Bab 100 : Pengumuman
101
Bab 101 : Jadi, Pria Yang Membuat Kamu Patah Hati, Dave?
102
Bab 102 : Rumah Sakit
103
Bab 103 : Pria Bertopi Hitam
104
Bab 104 : Calon Mertua
105
Bab 105 : Belum Disunat
106
Bab 106 : Aku Belum Sunat!!!
107
Bab 107 : Disunat
108
Bab 108 : Jahitan Yang Terlepas
109
Bab 109 : Surat Apa Ini?!!?
110
Bab 110 : Bingung Mau Kasih Judul Apa???
111
Bab 111 : Ahhh, SHITT!!!!
112
Bab 112
113
Bab 113 : Lamaran Diterima
114
Bab 114 : Maaf, Saya Sudah Menikah!
115
Bab 115 : Terserah Deh, Mau Judul Apa
116
Bab 116 : Kehangatan Sebuah Keluarga
117
Bab 117 : Rencana Melamar
118
Bab 118 : Tiga Ibu Julid
119
Bab 119 : Ziarah
120
Bab 120 : Ganteng Pisan!!!!
121
Bab 121 : Liontin Bentuk Hati
122
Bab 122 : Lo Masih Idup?!?
123
Bab 123 : Jangan Main Rahasia-rahasiaan!!!
124
Bab 124 : Pertemuan Bapak dan Anak
125
Bab 125 : Kamila Andini
126
Bab 126 : Aku Sumpahin Itunya Impoten
127
Bab 127 : Pengumuman
128
Bab 128 : Rencana Pindah
129
Bab 129 : Akhirnya Sah
130
Bab 130 : Malam Ini Tidur Diluar
131
Bab 131 : Nah Ini Yang Kayak Jamur!!
132
Bab 132
133
Bab 133 : Baba
134
Bab 134 : Selamat Ya!!!
135
Bab 135 : Karya Baru
136
Bab 136 : Koper Isi Baju Haram
137
Bab 137 : Papa
138
Bab 138 : Terserah Mau Kasih Judul Apa???
139
Bab 139 : Penjelasan Jane
140
Bab 140 : Akhirnya
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145 : Lima Tahun Kemudian
146
Bab 146
147
Bab 147 : Mau Ngenalin Karya Baru Aku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!