Takdir menentukan siapa yang kamu temui dalam hidup, tetapi hanya hatimu yang dapat memutuskan siapa yang akan tinggal dalam hidupmu.
****
"Apa? Nikah sama Om Ken? Bapak, please dong jangan ngadi-ngadi? Masa iya aku menikah sama om-om?" Hanum sama sekali tidak percaya mendengar permintaan sang bapak yang menurutnya agak konyol.
"Bapak mohon, Num. Hanya dia yang bapak percaya untuk menjaga kamu? Waktu bapak tidak banyak lagi." Ucap Arman meringis menahan kesakitan.
"Maksud bapak apa sih?" melihat bapaknya merintih kesakitan, tentu saja Hanum sangat khawatir.
"Bapak divonis mengidap kanker hati. Sudah stadium 4. Jantung bapak juga bermasalah. Bapak mohon penuhi permintaan bapak!"
"Tapi, Pak____!" Hanum menggigit bibirnya sendiri. Linangan air mata sudah tidak mampu dibendung lagi.
"Ken, aku mohon nikahi putriku. Dia masih polos. Masih perawan. Tidak tersentuh lelaki manapun. Aku percaya kamu bisa menjaganya. Waktuku sudah tidak banyak lagi. Aku mohon jagakan dia untukku!" pekik Arman, nafasnya memburu, matanya terbeliak ke atas.
"Ba-pak! Hiks!" Hanum terisak, ia terlihat rapuh saat itu.
"Man, kamu akan sembuh. Percayalah!"
"Tidak, Ken. Kanker hati yang aku derita sudah stadium 4. Aku tidak akan pernah bisa sembuh. Tolong penuhi permintaan sahabatmu yang terakhir ini!"
"Tapi_____!"
"Aku mohon _____!" pinta Arman sangat memohon.
"Baiklah." Sahut Kenzo pada akhirnya.
Hanum tidak percaya kalau Om Ken mengiyakan permintaan bapaknya. Ingin rasanya ia protes saat itu juga, namun bibirnya tak mampu mengucapkan itu, melihat kondisi bapaknya yang kritis.
Dengan kuasa uang, hari itu juga Ken mampu mendatangkan seorang penghulu dan beberapa orang saksi, seperti dokter, suster, bahkan orang lewat pun ia suruh untuk menjadi saksi. Betul kata orang, dengan uang urusan menjadi gampang dan mudah.
Kata 'Sah' akhirnya terucap dari bibir para saksi. Kenzo Rayyan Alvaro dan Hanum Salsabila akhirnya sah menjadi pasangan suami istri. Semua orang yang ada di ruangan itu mengucapkan selamat. Arman terlihat bahagia melihat putrinya kini sudah berubah status menjadi istri dari sahabatnya.
Bersamaan itu mesin Elektrokardiogram memperlihatkan gerakan yang sangat lemah, kemudian beberapa menit kemudian benar-benar berhenti. Arman sudah tidak bernafas. Pria itu benar-benar pergi untuk selamanya.
"Maaf, Pak. Pasien sudah tidak ada!" ucap dokter yang memeriksa denyut nadi Arman.
"Bapaaak. Hanum mohon jangan tinggalin Hanum, Pak. Kalau bapak pergi, Hanum sama siapa? Hiks ... Hiks ... Hiks!"
"Bapak. Bangun, Pak. Buka mata bapak. Jangan tinggalkan Hanum. Hanum mohon!" gadis itu menangis histeris melihat tubuh Arman hanya diam tidak merespon.
Bukan hanya Hanum yang sedih, sejujurnya Ken juga mengalami perasaan yang sama seperti Hanum. Tapi mana mungkin dia menangis meraung-raung seperti Hanum, dia laki-laki. Mau ditaruh di mana harga dirinya sebagai laki-laki.
Ken mendekat ke arah Hanum. Lalu ia memeluk tubuh ringkih itu untuk menyalurkan kekuatan.
"Aku tahu kamu sedih. Menangislah!" ucap pria matang itu sambil mengelus rambut Hanum dengan lembut.
"Bapak, Om. Bapak ____! Hiks ... Hiks ... Hiks!" tangisan Hanum menguraikan segala kesedihannya.
"Jangan takut. Aku ada di sini. Aku akan melindungimu!"
"Kenapa bapak ninggalin Hanum, Om?"
"Itu sudah takdir, Hanum. Kamu harus ikhlas, biar Arman____! Eh, maksud Om, biar bapak kamu tenang di sana!" Ken masih mengelus lembut untaian hitam milik gadis cantik dan manis itu.
"Hanum hanya punya bapak. Hanum tidak punya siapa-siapa lagi, Om!"
"Ada aku, Hanum. Sekarang kau kan istriku. Aku suamimu. Jadi aku yang akan bertanggung jawab atas dirimu!"
"Tapi, Om_____!"
"Sssssssstttttttt. Menangislah jika kau ingin menangis. Tapi setelah ini berjanjilah untuk tersenyum!"
"Hiks .... Hiks ...., Om!"
*******
Acara pemakaman dilaksanakan dengan khidmat dan lancar. Semua orang sudah pulang ke rumahnya masing-masing, kecuali Hanum. Dia masih betah di sana, Ken masih setia menemani gadis yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu.
Ken mendekat ke arah Hanum, ia ikut berjongkok di samping gadis itu. Tersenyum memandang nisan yang terukir indah nama Arman di sana.
"Aku berjanji, Man. Akan menjaga Hanum dengan baik. Kau tenang saja di sana ya. Tidak usah khawatirkan soal Hanum. Aku minta izin membawa Hanum ke Jakarta. Kami akan sering-sering ke sini!" tangan Ken tergerak mengelus papan nisan itu, lalu mengambil bunga, dan menaburkannya di atas tanah yang masih basah.
"Ayo kita pulang!" ajak Ken menggandeng tangan Hanum.
Gadis itu menurut tanpa membantah ucapan Ken saat pria itu menggandengnya masuk ke mobil. Dengan penuh perhatian, Ken memasangkan sabuk pengaman di tubuh sang istri.
"Kita pulang dulu ke rumahmu. Setelah itu bawa baju-baju yang kau butuhkan saja. Jangan terlalu banyak. Di kota kamu bisa beli lagi!" ucap Ken sambil fokus mengendarai mobilnya.
"Bajuku tidak banyak, Om. Tidak akan lama untuk membereskannya!"
"Baiklah."
Hanum keluar dari kamarnya hanya membawa satu tas baju. Tidak terlalu besar, tapi cukup berat saat Ken mengangkat.
"Apa isinya?"
"Beberapa foto aku dan bapak. Tidak apa-apa kan aku bawa, Om?"
"Oh, tidak masalah."
"Tapi nanti bagaimana dengan rumahku, Om?"
"Dua Minggu sekali kita akan kesini. Atau aku bisa suruh orang untuk membersihkan rumahmu setiap hari. Nanti aku akan bayar!"
"Oke. Terserah om saja! Aku ngikut!" sahut gadis itu, masih lesu dan lemah.
Ken mulai melajukan mobilnya. Selama perjalanan tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka. Hanum benar-benar diam membisu. Hingga setengah perjalanan ke arah Jakarta, Ken sengaja membelokkan mobilnya ke arah tempat makan.
Hanum tersentak kaget saat Ken dengan tiba-tiba menghentikan mobilnya di depan tempat makan.
"Kok kesini, Om?" tanya Hanum heran.
"Aku lapar. Kamu belum makan juga kan? Kita makan dulu ya!"
"Tapi aku nggak lapar, Om!"
"Jangan begitu dong, nanti bapak kamu sedih melihat kamu kayak gitu. Kamu harus makan!"
"Aku nggak lapar, Om!" tolak Hanum lagi. Matanya sembab, Ken tahu, Hanum masih sangat bersedih.
"Kalau gitu, kamu temani aku makan!"
"Tapi____!"
"Sekarang aku suamimu loh. Istri itu harus nurut kata suami. Jadi saat aku memerintahkan kamu untuk nemenin aku, kamu ya harus mau!"
"Baiklah. Aku turun. Tapi cuma nemenin om doang ya!"
Ken tersenyum senang karena berhasil membujuk gadis itu. Saat sudah memasuki tempat makan, Ken menunjuk kursi kosong dekat dengan jendela.
Ken memesan dua porsi makanan untuk dirinya dan untuk Hanum. Gadis itu menatap heran.
"Kan aku sudah bilang, Om. Aku nggak lapar."
"Tapi tetep kamu harus makan. Sedari siang kamu belum makan apa-apa. Setidaknya hargai suami kamu yang sudah memesan makanan untuk kamu! Aku harus mengeluarkan uang loh untuk membayar makanan ini!"
"Baiklah. Aku akan makan!" jawab Hanum sambil menundukkan kepalanya.
Ken tersenyum tipis. Bujukannya kembali dituruti oleh Hanum. Ternyata gadis itu cukup penurut juga.
Selesai makan, mereka kembali ke mobil. Ken melanjutkan perjalanannya yang masih setengah perjalanan lagi untuk sampai ke Jakarta. Melirik ke arah Hanum, gadis itu malah terlelap di mobil.
Ken juga terlihat kelelahan. Dia tidak tega membiarkan Hanum ketiduran di dalam mobil. Bahkan berkali-kali gadis itu terantuk mobil karena Ken mengendarai mobil cukup kencang. Pria matang itupun memutuskan untuk menginap di hotel untuk beristirahat.
Saat Ken membopong tubuh Hanum memasuki hotel, gadis itu sama sekali tidak bereaksi apa-apa. Gadis itu mungkin kelelahan, pikir Ken saat itu.
Beberapa petugas menyapa Ken, Ken mengulum senyum tipis, mereka tahu siapa itu Kenzo. Dia adalah tamu VIP hotel tersebut. Jika ada perjalanan bisnis keluar kota, Kenzo selalu menginap di hotel tersebut. Makanya petugas hotel begitu hafal siapa Kenzo.
Petugas langsung memberikan kunci kamar pada pria tampan itu.
"Ya Ampun. Gadis ini kebo sekali. Bahkan sampai di kamar pun, dia sama sekali tidak bangun, "gumam Ken sambil geleng-geleng kepala.
Sedetik kemudian ia tersenyum menatap Hanum. Gadis cantik nan manis yang tak lain putri dari wanita yang dulu pernah ada dihatinya, kini menjadi bagian hidupnya. Wajahnya bagai pinang dibelah dua dengan wajah Miranti. Hanya saja tubuh Hanum lebih berisi, dan bagian dadanya cukup montok. Eh....
Tidak dapat ibunya, anaknya pun jadi, gumam Ken dalam hati.
Bersambung ....
Ayo kasih bunga buat Om Ken!!!!! Jangan lupa like-nya*!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
T€RL∆NJURG∆L∆U
klo aku lewat situ mungkin bisa jadi saksi ya Thor 😅
2025-01-11
0
Muawanah
😁😁😁 ibunya g dpt anak pun jadi
2025-01-04
1
Rosliza Maznah
wah lumayan
2024-09-09
0