Bab 19 : Hanum Sakit

Sore hari Ken mengajak Hanum pulang. Wajah istrinya juga terlihat lesu tak bersemangat. Sebelum pulang ke rumah, Ken mengajak istrinya makan malam terlebih dahulu. Hanum pun mengiyakan saja tanpa menyahuti ucapan suaminya.

"Ada apa? Hari ini kamu kelihatan lesu dan tidak bersemangat!"

"Hemm," sahut Hanum lesu dan lemas.

"Kau sakit?" Ken menempelkan punggung tangannya di kening sang istri.

Badan Hanum memang sedikit hangat, pantas sedari tadi wajahnya merah. Ternyata Hanum sedang sakit.

Ken pun membelokkan mobilnya ke apotek terdekat untuk membeli obat penurun panas, madu dan beberapa vitamin. Setelah itu ia kembali masuk ke dalam mobil melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.

"Kita nggak jadi makan diluar ya? Sepertinya kamu sedang tidak enak badan!"

Hanum hanya menganggukkan kepalanya. Dia pasrah, dan tidak mau membuat suaminya khawatir.

Sesampainya di rumah, Ken langsung membopong tubuh Hanum ala bridal style menuju kamar. Aksi Ken seperti itu, tentu membuat tanda tanya semua orang yang ada di dalam rumah. Termasuk Rangga yang kebetulan sudah pulang dari kantor.

"Bi Nur, tolong siapkan makan malam! Hanum belum makan malam. Dia harus minum obat!" titah Ken pada Bi Nur.

"Baik, Tuan!" jawab Bi Nur segera menyiapkan makanan dan minuman untuk dibawa ke lantai dua.

Begitu sampai di kamar, makanan yang dibawa Bi Nur langsung diambil Ken. Ken bergegas menyuapi istrinya dengan telaten.

"Sudah cukup. Perutku mual!" ujar Hanum memegangi perutnya.

"Tapi kamu cuma makan tiga sendok saja. Apa nanti nggak lapar?" tanya Ken dengan lembut.

"Mulutku buat makan nggak enak!" balas Hanum.

"Sudah jangan dipaksakan, Tuan. Seperti itulah kalau sakit. Buat makan nggak enak! Nanti besok bibi buatkan bubur deh!" ucap Bi Nur sambil mesam-mesem.

"Kenapa, Bi?" tanya Ken merasa senyuman Bi Nur aneh.

"Hihihi, coba beli testpack ke apotek, Tuan. Mungkin saja Non Hanum nggak sakit, tapi Non Hanum sedang ha.....!"

Krikk .... Krikk ....Krikk

Ken dan Hanum saling pandang, namun mereka tidak menjawab ucapan Bi Nur. Ken hanya mengumpat Bi Nur dalam hati, kesal bin dongkol.

Buat apa beli testpack? Nyucus aja belum. Nasib tarsan memang apes!

Lagi kesel-keselnya terdengar ditelinga, satpam jaga lagi nyetel lagu belah duren, lagu viral pada masanya yang dinyanyikan oleh almarhumah Julia Perez. Semakin dongkol lah hati Ken, dipenuhi oleh duren, duren, duren, sayangnya durennya belum bisa dibelah. Hihihi....

Yang satu ini durennya luar biasa . Bisa bikin semua nggak tahan. Sampai-sampai ketagihan

Kalo abang suka tinggal belah saja. Kalo abang mau tinggal bilang saja.

"SHITT! Apanya yang mau dibelah? Durennya aja masih dibungkus rapet!" rutuk Ken dalam hati. Ngenes.

******

Keesokan harinya, Ken duduk di samping tempat tidur, setia menunggui Hanum yang terbaring lemah. Wajahnya pucat, panas tubuhnya memang sudah turun, namun Hanum masih belum mau mengisi perutnya dengan makanan. Dengan wajah lesu, gadis itu menjelaskan bahwa mulutnya masih merasakan pahit yang tak kunjung hilang.

"Ya sudah, kamu di rumah saja. Nanti biar aku izin ke kampus kalau hari ini kamu nggak berangkat!"

"Terimakasih ya, Bie." Jawab Hanum senang karena masih ada orang yang perhatian padanya.

"Aku tinggal ke kantor sebentar nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa kok, Bie. Hubby tenang saja!"

"Pokoknya kalau kamu butuh apa-apa, langsung telpon nomorku!"

Hanum menganggukkan kepalanya dengan lemah.

Dengan perasaan berat, Ken menyelesaikan persiapan untuk pergi ke kantor. Ia merasa sedih karena harus meninggalkan istrinya, yang sedang sakit di rumah.

"Apa dia akan baik-baik saja tanpa aku di sampingnya?" batin Ken dengan khawatir.

Namun, ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya tersebut dan berpamitan kepada sang istri sambil menitipkan Hanum pada Bi Nur, pembantunya.

Sebagai seorang profesional, Ken paham bahwa pekerjaan adalah prioritas. Ia harus berangkat hari ini untuk pertemuan penting dengan klien guna membahas masalah pekerjaan yang sudah direncanakan sejak lama. Meskipun hatinya berat, ia mencoba untuk menenangkan diri, meyakinkan dirinya bahwa Hanum akan baik-baik saja di bawah pengawasan Bi Nur.

"Aku harus bisa menjaga kewarasan," gumam Ken pada diri sendri, pasalnya dia belum pernah sekhawatir ini pada seorang wanita.

Dia mengambil resiko dan mencoba untuk tidak terbawa perasaan. Ken menyakinkan dirinya sendiri bahwa dia harus profesional dalam bekerja.

Dengan penuh keyakinan, Ken melangkah keluar rumah, meninggalkan istrinya yang sedang sakit dan hati yang terus bergumul dengan perasaan cemas. Namun, demi tanggung jawab dan komitmennya pada pekerjaannya, Ken rela berkorban untuk kesuksesannya.

"Non ini bibi buatin bubur. Non Hanum makan ya!"

"Terimakasih banyak ya, Bi!"

"Kepalanya masih pusing nggak?"

"Sedikit sih, Bi. Tapi panasnya dah turun!"

"Alhamdulillah kalau begitu!" senang Bi Nur.

"Kemana semua orang, Bi?"

"Bu Ambar seperti biasa, dia sibuk dengan acara sosialitanya. Kalau Non Sofia pergi dengan teman-temannya. Kalau Non Monica, bibi kurang tau. Dia memang jarang di rumah!" jelas Bi Nur, "Apa nona butuh sesuatu lagi?"

"Nggak, Bi. Hanum mau tidur lagi!"

"Ya sudah, Bibi tinggal ke dapur ya, Non. Kalau butuh apa-apa, Non bisa telepon bibi pake telepon yang nempel di dinding. Pencet tombol satu, nanti langsung terhubung ke kami!" jelas Bi Nur lagi.

"Baik, Bi. Sekali lagi terimakasih ya, Bi!"

"Sama-sama."

*

*

*

Setelah menghabiskan bubur dan meminum obatnya, Hanum merasa kantuk menghampiri. Gadis cantik itu memejamkan matanya dan tidak lama kemudian tenggelam dalam tidur nyenyak.

Sore harinya, tiba-tiba, Hanum tersentak bangun ketika merasakan ada tangan kekar yang mengelus kulit halusnya perlahan. Dianggapnya semula sebagai mimpi, namun ternyata tidak.

Mata Hanum terbelalak, seseorang telah membekap mulutnya sebelum ia sempat berteriak. Tak hanya itu, tatapan takut Hanum mengungkapkan kepanikan dan perasaan terjebak.

Pria itu menyeringai lebar, matanya menyala penuh nafsu saat menatap Hanum. Hanum yang masih merasakan pusing di kepalanya berusaha mengumpulkan kekuatan. Dia ingin melawan, namun tenaganya sangat lemah dan lemas. Bahkan untuk berteriak, rasanya tak mampu.

"Kau sangat cantik, Hanum! Kenapa harus Ken yang mendapatkanmu? Harusnya aku. Aku, Hanum!" ejek pria itu sambil mengendalikan tatapan hausnya.

Air mata Hanum mengalir deras. Dengan penuh ketakutan, dia mencoba menepis tangan pria itu yang hendak menyentuh tubuhnya. Sementara hatinya meronta, berharap pertolongan datang segera.

"Berapa Ken membayar kamu, Hanum. Sepuluh juta? Lima belas juta? Atau dua puluh juta? Aku mampu membayar mu 100 juta untuk satu hari penuh!"

"Lepas-kan, Brengsek!"

"Kamu cantik sekali, Hanum. Pertama kali melihatmu, aku benar-benar sudah jatuh hati padamu. Tapi aku heran, kenapa kau lebih memilih pria sialan itu. Dia hanyalah anak tiri di rumah ini, yang tidak diakui oleh Mama Ambar. Harusnya kau memilihku saja. Hahahaha!"

"Lepaskan a-ku, Bedebah!"

Bersambung.....

Aku kasih dobel update. Mana votenya nih??????

Aku kasih visualnya ya, Bebz....

Ini visualnya Om Ken, meskipun sudah kepala tiga, tapi masih ganteng dan gagah.....😁😁😁😁👉👈

Dan ini aku kasih visualnya Hanum.... yang masih unyu-unyu tapi manis. Kalau nggak sesuai ekspektasi kalian, kalian bisa bayangin sendiri visualnya...👉👈

Terpopuler

Comments

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

Ken kenapa kamu TDK tinggalkan rumah itu keluargamu semua biadap masa istri mau deksti

2024-05-06

0

Nur Soleh

Nur Soleh

yahhhhh klu om ken nya segagah itu ....sy juga klepek-klepek 🤗

2024-04-23

1

Soraya

Soraya

q suka thor visualnya👍

2024-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kondangan
2 Bab 2 : Niat Kondangan Malah Jadi Manten
3 Bab 3 : Aku Bukan Tua, Tapi Matang!
4 Bab 4 : Tarzan Bergelantungan
5 Bab 5 : Om ganteng dan baik
6 Bab 6 : Ah, SHITT
7 Bab 7 : Kapan Godaan Ini Berakhir????
8 Bab 8 : Senam Jari
9 Bab 9 : First Kiss
10 Bab 10 : Dia Bukan Mama Kandungku!!!!
11 Bab 11 : Hanum Muram
12 Bab 12 : Sisi Terkuat Hanum
13 Bab 13 : Ken Datang Tepat Waktu
14 Bab 14 : Melakukan Apa?
15 Bab 15 : Pulang Ke Rumah
16 Bab 16 : Tarzan Gagal Bergelantungan
17 Bab 17 : Senam Jari Lagi Deh!!!!
18 Bab 18 : Ketika Dua Sahabat Bertemu
19 Bab 19 : Hanum Sakit
20 Bab 20 : Ken Diusir
21 Bab 21 : Cairan Bening, Agak Keputihan
22 Bab 22 : Aku Siap!!!!???!!!
23 Bab 23 : Mandi Bareng
24 Bab 24 : Pertemuan dengan Edo, Bikin Sesak Hati Om Ken
25 Bab 25 : Perundungan
26 Bab 26 : Kedatangan Tamu Tak Diundang
27 Bab 27 : Apakah Kedua Putrimu Bisa Diandalkan?
28 Bab 28 : Kedatangan Ken
29 Bab 29 : Gaya Menungging
30 Bab 30 : Banyolan Garing
31 Bab 31 : Kenzo Rayyan Alvaro
32 Bab 32 : Jalan-jalan Malam
33 Bab 33 : Aku Bisa Khilaf
34 Bab 34 : Restaurant
35 Bab 35 : Uncle Err dan Aunty Soraya
36 Bab 36 : Apa Hubby Cemburu????
37 Bab 37 : Kerjasama
38 Bab 38 : Kikuk-Kikuk
39 Bab 39 : Kamu Harus Tanggungjawab
40 Bab 40 : Aku Pemilik Perusahaan Itu, Hanum!!!
41 bab 41 : C E O
42 Bab 42 : Pesona Ken
43 Bab 43 : Terciduk
44 Bab 44 : Talak 3
45 Bab 45 : Apa Kau Cemburu?
46 Bab 46 : Maaf Aku Tidak Mau Ikut Campur
47 Bab 47 : Baju Mirip Saringan Teh
48 Bab 48 : Kisah Harun
49 Bab 49 : Soal Edo
50 Bab 50 : Lain Kali Tidak Mau Ikut!!!
51 Ba 51 : Dijebak Kok Sampai Hamil?!?
52 Bab 52 : Pengen Punya Anak
53 Bab 53 : Duo Gesrek
54 Bab 54 : Motor Yang Melaju Kencang
55 Bab 55 : Ken vs Harun
56 Bab 56 : Rangga Kabur
57 Bab 57 : Kemarahan Hanum
58 Bab 58 : Panggilan Dosen
59 Bab 59 : Rasa Takut Hanum
60 Bab 60 : Kemarahan Ken
61 Bab 61 : Sekarang Ken Murka
62 Bab 62 : Menyusul Hanum
63 Bab 63 : Permintaan Maaf Ken
64 Bab 64 : Nasehat Uncle Err
65 Bab 65 : Kritis
66 Bab 66 : Siapa Dalangnya?!?
67 Bab 67 : Edo Ditangkap Polisi
68 Bab 68 : Aku Nggak Rela Hanum Dinikahi Pria Tua
69 Bab 69 : Aku Sedang Palang Merah
70 Bab 70 : Sama Sekali Nggak Cocok Sama Hanum!!!
71 Bab 71 : Ke Rumah Uncle Err
72 Bab 72 : Sama-sama Diam
73 Bab 73 : Puk-Puk
74 Bab 74 : Tarsan Kepedesan
75 Bab 75 : Mau Nggak Om Jadi Pacar Aku?!!?
76 Bab 76 : Hutang
77 Bab 77 : Perempuan Tidak Punya Malu
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1 : Kondangan
2
Bab 2 : Niat Kondangan Malah Jadi Manten
3
Bab 3 : Aku Bukan Tua, Tapi Matang!
4
Bab 4 : Tarzan Bergelantungan
5
Bab 5 : Om ganteng dan baik
6
Bab 6 : Ah, SHITT
7
Bab 7 : Kapan Godaan Ini Berakhir????
8
Bab 8 : Senam Jari
9
Bab 9 : First Kiss
10
Bab 10 : Dia Bukan Mama Kandungku!!!!
11
Bab 11 : Hanum Muram
12
Bab 12 : Sisi Terkuat Hanum
13
Bab 13 : Ken Datang Tepat Waktu
14
Bab 14 : Melakukan Apa?
15
Bab 15 : Pulang Ke Rumah
16
Bab 16 : Tarzan Gagal Bergelantungan
17
Bab 17 : Senam Jari Lagi Deh!!!!
18
Bab 18 : Ketika Dua Sahabat Bertemu
19
Bab 19 : Hanum Sakit
20
Bab 20 : Ken Diusir
21
Bab 21 : Cairan Bening, Agak Keputihan
22
Bab 22 : Aku Siap!!!!???!!!
23
Bab 23 : Mandi Bareng
24
Bab 24 : Pertemuan dengan Edo, Bikin Sesak Hati Om Ken
25
Bab 25 : Perundungan
26
Bab 26 : Kedatangan Tamu Tak Diundang
27
Bab 27 : Apakah Kedua Putrimu Bisa Diandalkan?
28
Bab 28 : Kedatangan Ken
29
Bab 29 : Gaya Menungging
30
Bab 30 : Banyolan Garing
31
Bab 31 : Kenzo Rayyan Alvaro
32
Bab 32 : Jalan-jalan Malam
33
Bab 33 : Aku Bisa Khilaf
34
Bab 34 : Restaurant
35
Bab 35 : Uncle Err dan Aunty Soraya
36
Bab 36 : Apa Hubby Cemburu????
37
Bab 37 : Kerjasama
38
Bab 38 : Kikuk-Kikuk
39
Bab 39 : Kamu Harus Tanggungjawab
40
Bab 40 : Aku Pemilik Perusahaan Itu, Hanum!!!
41
bab 41 : C E O
42
Bab 42 : Pesona Ken
43
Bab 43 : Terciduk
44
Bab 44 : Talak 3
45
Bab 45 : Apa Kau Cemburu?
46
Bab 46 : Maaf Aku Tidak Mau Ikut Campur
47
Bab 47 : Baju Mirip Saringan Teh
48
Bab 48 : Kisah Harun
49
Bab 49 : Soal Edo
50
Bab 50 : Lain Kali Tidak Mau Ikut!!!
51
Ba 51 : Dijebak Kok Sampai Hamil?!?
52
Bab 52 : Pengen Punya Anak
53
Bab 53 : Duo Gesrek
54
Bab 54 : Motor Yang Melaju Kencang
55
Bab 55 : Ken vs Harun
56
Bab 56 : Rangga Kabur
57
Bab 57 : Kemarahan Hanum
58
Bab 58 : Panggilan Dosen
59
Bab 59 : Rasa Takut Hanum
60
Bab 60 : Kemarahan Ken
61
Bab 61 : Sekarang Ken Murka
62
Bab 62 : Menyusul Hanum
63
Bab 63 : Permintaan Maaf Ken
64
Bab 64 : Nasehat Uncle Err
65
Bab 65 : Kritis
66
Bab 66 : Siapa Dalangnya?!?
67
Bab 67 : Edo Ditangkap Polisi
68
Bab 68 : Aku Nggak Rela Hanum Dinikahi Pria Tua
69
Bab 69 : Aku Sedang Palang Merah
70
Bab 70 : Sama Sekali Nggak Cocok Sama Hanum!!!
71
Bab 71 : Ke Rumah Uncle Err
72
Bab 72 : Sama-sama Diam
73
Bab 73 : Puk-Puk
74
Bab 74 : Tarsan Kepedesan
75
Bab 75 : Mau Nggak Om Jadi Pacar Aku?!!?
76
Bab 76 : Hutang
77
Bab 77 : Perempuan Tidak Punya Malu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!